Meretas Masa Depan Pendidikan Indonesia: Perjalanan dan Wawasan Ki Hadjar Dewantara

Masa Depan Pendidikan Indonesia
Anwar Kholis (Sumber: Dokumentasi Penulis)

Belajar adalah hal wajib dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia. Negara Indonesia mendukung penuh hingga mengeluarkan anjuran wajib belajar 12 tahun.

Setiap generasi muda harus belajar dan dididik supaya mendapatkan ilmu atau sesuatu yang berfaedah baginya baik secara batiniah dan lahiriah. Dalam mendidik, generasi milenial harus dilatih secara konsisten akan pentingnya penerapan nilai-nilai kebudayaan, nilai nilai kemanusiaan.

Meraka harus dituntun serta ditunjukan teori dan praktik yang benar agar mereka kelak selamat dalam menerapkan ilmunya dan menjadi mengaruh positif dimasyarakat dan menjadi manusia yang beradap.

Bacaan Lainnya
DONASI

Dapat dianalogikan jika generasi muda mau belajar dan bisa dididik, maka ia bagaikan biji benih yang disemai terlebih dahulu sebelum ditancapkan langsung ke tanah, sehingga berpeluang besar hasilnya akan berhasil. 

Menurut Ki hajar Dewantoro (2009) “Pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.

Pendidikan dan pembelajaran sangat berguna bagi generasi muda dikehidupannya kelak, supaya mereka bisa berkreasi mengembangkan ide serta gagasan terbaru dan tidak bergantung pada tangan orang lain.

Melalui tingkatan-tingkatan yang dilaluinya dalam belajar, pikiran, kemampuan, kekuatan dan imajinasi dapat tumbuh secara apik sehingga membuatnya bisa mandiri, tangguh, tidak pesimis, besar hati, serta dapat memutuskan suatu perkara dengan baik dan benar.

Landasan pendidikan dan proses pembelajaran yang epik menurut Ki Hajar Dewantoro yaitu Asih, kemudian Asuh, dan yang terakhir Asah. Banyak Guru/Instruktur salah dalam menerapkan dasar ajar ini.

Maka penting bagi Guru milenial untuk memahami atau mengupas dasar ajar tersebut sehingga berhasil mengajar generasi muda suatu ilmu  secara lahiriyah dan batiniyahnya sambung antara guru dan peserta didik.

Intisari yang dibawa oleh landasan tersebut sesungguhnya adalah tentang makna mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang menekankan pendeketan kasih sayang dan mengutamakan pembentukan karakter unggul pada peserta didik.

Dalam memulai belajar dan mendidik peserta didik, Guru harus mengutamakan aspek asih yang penuh akan kasih sayang, simpati, empati, tulus dari hati dan perhatian lebih kepada mereka. Kesinambungan emosional antara Guru dan peserta didik dapat menjadi awal yang baik sebagai perantara dalam mentranfer ilmu pengetahuan.

Dengan landasan asih Pendidik dapat melakukan pembinaan dan pengarahan secara intens kepada setiap peserta didik. Pendekatan ini butuh sabar, teliti, ulet, sehingga mampu masuk dan mengetahui masing-masing latar belakang peserta didik.

Pendidik wajib tahu kebutuhan setiap muridnya. Pendekatan, pembinaan pembimbingan kepada peserta didik yang dilakukan secara soliter, diharapkan mampu menumbuhkan rangsangan otak untuk tertarik dalam pembelajaran.

Setelah adanya kesinambungan emosional pikiran dan hati antara keduanya dan telah dilakukan pendekatan secara berbeda-beda disetiap murid, Guru akan lebih mudah untuk memberikan ilmu dan mengasah pikiran mereka.

Peserta didik dididik dan dilatih untuk mandiri, bersama sama membuka jendela pengetahuan, serta memperluas wawasan. Sehingga tumbuh daya pikir yang cerdas dan kritis, serta diimbangi sifat empati dan simpati yang baik dan mampu menerapkan nilai nilai budaya dan nilai nilai kemanusiaan dilingkungan sekitarnya.    

Semboyan Ki Hajar Dewantara yakni Ing ngarsa Sung tuladha, Ing madya mangun karya, Tut wuri handayani, adalah subuah pedoman atau prinsip setiap Pendidik di Negara Indonesia. Guru mumpunyai peranan penting dalam proses pembelajaran dan mendidik serta menjadi pusat motivator bagi murid.

Dengan dasar ajar Asih Asuh dan Asah, Pendidik harus memberikan contoh serta arahan yang baik kepada murid. Dengan kemampuan berpikir peserta didik, mereka dapat melihat, menilai dan meniru setiap tindakan guru. Evaluasi dan refleksi menjadi penting agar peserta didik dapat kembali melihat dan menilai baik buruknya suatu tindakan.

Dalam sistem pendidikan Merdeka Belajar, murid yang sudah dikelompok-kelompokan menempati posisi pelaku utama, guru akan mematik murid dengan pertanyaan dan penyataan inspiratif. Hal ini dapat merangsang ide untuk mencari jalan keluar sehingga mereka lebih maju dalam berpikir.

Guru terus membakar semangat murid melalui diskusi yang berbobot yang mampu menumbuhkan ide dan pikiran positif mereka sehingga gagasan murid mampu  melompat jauh kedepan.

Dengan dasar ajar dan ajar dasar oleh Ki hajar Dewantoro, peluang keberhasilan belajar dan  mendidik generasi muda akan semakin tinggi.

Generasi milenial mampu menjalankan amanah serta menjaga kepercaayaan dari pendidik untuk selalu berlaku baik dalam masyarakat, menggunakan ide kreatif serta gagasan terbarukan untuk kemaslahatan umat menuju kehidupan yang lebih baik.

Generasi milenial juga diharapkan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai budaya dan nilai-nilai kemanusiaan dengan didadasari rasa kasih sayang dengan sesama, tingkat kepedulian, empati, simpati yang tinggi serta rasa bertanggung jawab dengan memberikan contoh baik, motivasi dan dukungan kepada generasi selanjutnya.

 

Penulis: Anwar Kholis
Mahasiswa Bahasa Jawa PPG Prajabatan Gelombang 2 Tahun 2023, Universitas Negeri Surabaya

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI