Karakter seseorang bukanlah suatu hal yang dengan instan dapat diperoleh dengan memberikan teori. Namun, hal ini memerlukan kesabaran dan ketaatan untuk mencapainya. Karakter merupakan bagian dari diri anak dan akan selalu melekat dalam dirinya baik perkataan maupun perbuatan yang dilakukan oleh orang sekelilingnya. Namun, banyak kasus yang terjadi saat ini adalah rusaknya karakter mereka dikarenakan pola didik yang tidak sesuai. Hal ini memiliki dampak negatif bagi kehidupan masa depan anak-anak sebagai penerus bangsa.
Faktor-faktor Rusaknya Karakter Anak
Perilaku kurang baik yang dilakukan oleh anak di masa pertumbuhannya dapat mempengaruhi kualitasnya di masa depan. Salah satu penyebab rusaknya karakter anak adalah dengan pola asuh yang tidak sesuai dengan usia anak. Seperti contohnya tidak adanya batasan penggunaan gadget pada anak, kurangnya sosialisasi anak terhadap lingkungan sekitar, dan kurangnya perhatian orang tua dan guru merupakan dasar dari lemahnya karakter anak.
Dengan semakin berkembangnya teknologi memang pengetahuan umum akan semakin mudah diakses oleh siapa saja. Pada masa kini, media sosial seringkali menjadi salah satu hiburan oleh anak di bawah umur. Namun dengan adanya akses yang tidak terbatas, seringkali anak-anak menyalahgunakannya sebagai media pengetahuan sosial dimana mungkin banyak informasi yang seharusnya belum dapat mereka terima. Seperti contohnya aksi kejahatan fisik, pornografi, maupun bullying yang dilakukan oleh tokoh idola maupun orang asing. Lalu siapakah yang akan bertanggung jawab atas rusaknya generasi muda Indonesia? Apakah cukup dengan sosialisasi orang tua dan guru agar semakin meningkatnya kesadaran masyarakat? Atau dengan memperketat media sosial dengan Undang-Undang? Atau malah dibiarkan berlalu begitu saja?
Kasus Kriminalitas pada Anak
Fakta mengungkapkan bahwa pada 2018 lalu kasus kriminalitas anak dibawah umur semakin meningkat layaknya tren. Hal ini diungkapkan oleh Kapolres Kombes Indarto pada Oktober tahun 2018. Melihat fakta yang ada mengenai kriminalitas anak dibawah umur di negara ini membuat masyarakat semakin khawatir atas masa depan bangsa dan negara.
Memang perkembangan teknologi tidak dapat ditolak begitu saja, namun dengan adanya pengawasan dari orang dewasa di sekelilingnya dapat mengurangi kejadian yang tidak diinginkan. Peran orang tua dan guru di sekolah dalam mendidik putra-putrinya merupakan aspek yang terpenting dalam pembentukan karakter anak. Selain itu, peran lingkungan tempat tinggal yang baik juga dapat mempengaruhi perkembangan pribadi anak. Dengan pola asuh yang benar dan tepat, anak akan dengan mudah membatasi dirinya sendiri di kemudian hari.
Salah satu kasus yang belakangan ini sempat menggemparkan masyarakat Indonesia adalah berita tentang kematian balita yang dibunuh oleh remaja berusia 15 tahun. Di usia ini seorang anak dibawah umur sudah menjadi tersangka pembunuhan. Remaja ini dengan sadis membunuh balita karena ingin melampiaskan dendamnya. Dengan mencekik dan mengikat korban, remaja ini mengaku terinspirasi dari film yang ia tonton dan merasa puas atas perbuatannya. Pada 8 Maret lalu, seorang psikolog forensik, Reza Indradiri menanggapi tentang kejadian ini bahwa, anak-anak yang berperilaku kejam seperti ini memiliki bagian otak yang tidak bekerja secara normal sehingga ia tidak memiliki empati. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kejadian yang membuatnya trauma atau tidak terima di masa hidupnya seperti perlakuan orang disekitarnya.
Peran Orang Tua, Guru, dan Lingkungan Sekitar
Peran orang tua merupakan hal yang terpenting untuk mencegah adanya tindak kriminal anak dibawah umur. Orang tua merupakan tokoh role model anak sejak berada dalam kandungan hingga ia dewasa. Anak meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya tanpa mengenal baik dan buruknya. Oleh karena itu orang tua perlu berhati-hati dalam memberikan contoh teladan hidup. Orang tua harus memiliki sikap tegas dan berpikir lebih kritis dalam melaksanakan tugasnya sebagai orang tua. Apabila anak sudah mulai menunjukan perilaku buruk, orang tua sebaiknya peka dengan memberinya nasihat maupun bertindak tegas tanpa harus ada kekerasan di dalamnya.
Ketika anak telah memasuki masa pembelajaran di sekolah, otomatis kegiatan belajar mengajar sepenuhnya akan dibebankan kepada guru. Anak-anak lebih condong berkegiatan di sekolah setiap harinya, maka dari itu anak-anak akan lebih sering bertemu dengan guru, staf, dan teman-temannya. Peran guru dalam perkembangan karakter anak sangatlah penting dimana guru tidak hanya sebagai penyampai materi namun juga mengembangkan bakat dan kepribadian anak. Dengan menjadi guru yang berwawasan luas dan profesional, peserta didik dapat dengan mudah menggali bakatnya. Nilai moral baik yang guru lakukan di lingkungan sekolah dapat menciptakan peserta didik yang bermoral sama. Karena pada dasarnya sekolah merupakan fasilitas pendidikan utama bagi anak-anak Indonesia.
Selain peran orang tua dan guru, lingkungan tempat tinggal juga sangat berpengaruh dalam perkembangan karakter anak. Dengan lingkungan yang positif, anak-anak akan lebih terbantu dalam segi pembentukan kepribadian. Sebagai contoh, apabila ada seorang anak sedang berkunjung ke rumah tetangga yang memiliki sifat jujur, maka anak juga akan terpengaruhi untuk bersikap jujur begitupun sebaliknya. Tentu orang tua memiliki tanggung jawab atas lingkungan positif ini dengan menimbang dengan siapa mereka akan bersosialisasi dan bagaimana mengatasi perilaku anak. Dengan lingkungan yang positif dapat membentuk karakter anak menjadi positif pula dikarenakan menjadi keseharian anak melihat hal tersebut. Demi mewujudkan impian Indonesia yang sejahtera dan bermoral, Indonesia memerlukan generasi yang cemerlang. Dengan terbentuknya karakter anak yang baik sebagai penerus bangsa, lingkungan hidup anak merupakan faktor yang penting. Cara mendidik dan perilaku yang ditampilkan didepan anak adalah sesuatu yang harus diperhatikan dengan cermat, dengan begitu generasi penerus bangsa menjadi berkualitas
Shifa Inges Yudita
Mahasiswa Universitas Sampoerna