Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang sangat besar bagi para pelaku usaha, terutama bagi bagian usaha mikro kecil menegah yang bergerak dalam bidang kuliner yaitu makanan dan minuman. Kabupaten Wonogiri, menjadi salah satu kabupaten yang terdampak. Padahal di sini banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada usaha sehari-hari.
Banyak usaha yang mengalami penutupan akibat Covid-19. Sebenarnya Wonogiri sering disebut sebagai salah satu daerah penghasil berbagai makanan, dan berbagai minuman dari yang tradisional sampai yang kekinian. Selain itu, usaha di Kabupaten Wonogiri pasti bertempat pada letak yang strategis, sehingga ini mudah di jangkau oleh semua orang, yang dulu usahanya sangat ramai sekarang sangat berkurang.
Baca Juga: Problematika Bisnis di Tengah Pandemi
Kenapa itu bisa terjadi? Ini terjadi karena banyak masyarakat yang di-PHK, dan PPKM yang terus diperpanjang sehingga menyebabkan semakin sulitnya perekonomian di daerah ini.
Hal ini seperti yang dirasakan para pelaku usaha di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Salah satunya Nanang (25) yang mengalami dampak Covid-19 pada usahanya. Rumah makan yang bernama Sido Asih (Putra Belangan) ini menjadi saksi kerugian yang di timbulkan akibat Covid-19 bagi perekonomiannya.
Usaha ini dirintis sendiri dan dibantu oleh keluarga sejak tahun 2014, dihitung sudah 7 tahun lamanya. Usaha ini tepatnya terletak depan BMT Mandiri di jalan Karang lor, Manyaran, Wonogiri.
Sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan psysical distancing serta selalu diperpanjangnya PPKM yang bertujuan untuk melindungi warganya, hingga berdampak pada berkurangnya para pembeli.
Baca Juga: Antara GWM, Bank dan PHK
“Pandemi Covid-19 ini sangat mempengaruhi usaha rumah makan ini, saya sangat merasakan dampaknya,” keluh Nanang laki-laki berusia 25 tahun tersebut pada minggu (19/9).
Hal itu diungkapkan karena omzet yang di dapatkan perhari sangat menurun, dari hari-hari sebelum adanya pandemi ini “Omzet saya menurun sampai 50 %” tutur Nanang (25). Apalagi ada beberapa bahan makanan yang mengalami kenaikan, yang menyebabakan rumah makan ini hanya balik modal dan mendapatkan keuntungan yang sedikit.
“Biasanya omzet saya per harinya mencapai 1-1,5 juta sekarang hanya setengahnya,” ungkap Nanang. Pengelola rumah makan Sido Asih juga mengharapkan bisa mengeluarkan beberapa inovasi agar usaha yang sudah di bangun bertahun-tahun tetap berjaya walaupun di masa-masa yang sulit seperti ini.
Para pelaku usaha sebenarnya sulit untuk keluar dari permasalahan yang seperti ini. Para pengusaha yang tidak dapat bertahan pada akhirnya dengan berat hati menutup usahanya karena tidak ada pemasukan sedangkan untuk usaha sehari-harinya harus ada modal yang selalu berputar dengan berdagang.
Baca Juga: Bisakah UMKM Menguat di Musim Pandemi?
Jika tidak ada pemasukan usaha harus terpaksa di tutup total atau permanen. Para pengusaha juga mengharapkan bantuan dari pemerintah setempat untuk mengembalikan usaha, pemerintah di harapkan mampu memberi bantuan bagi pelaku usaha yang terdampak, yang tutup akibat pandemi.
Sebenarnya banyak hal yang bisa di lakukan, sebaiknya untuk mengatasi hal tersebut rumah makan Sido Asih (Putra Belangan) harus memiliki inovasi agar bisa bertahan selama pandemi. Dalam peningkatan penjualan, seperti upaya dalam memperluas pasar melalui media digital seperti mulai bergabung dengan Goofood dan Grabfood.
Selain itu, mulai mengeluarkan menu baru, melakukan promosi melalui media sosial, dan yang terpenting rumah makan tetap menerapkan protokol kesehatan, dengan berbagai hal tersebut akan menambah kepercayaan dari pembeli.
Dian Erawati & Putri Dwi Cahyani, SE., M.EI
Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Fakultas Ekonomi
Editor: Diana Pratiwi