Metode Pendidikan yang Kurang Baik, Berdampak pada Peserta Didik

opini
Ilustrasi: istockphoto

Hal ini sangat disayangkan karena bidang pendidikan merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia nasional. Ada beberapa faktor yang menyebabkan permasalahan itu, salah satunya pemilihan metode pembelajaran.

Hal tersebut sangat berdampak bagi peserta didik. Oleh karena itu, kita sebagai generasi emas harus memperbaiki permasalahan tersebut. Artikel kali ini membahas tentang metode pendidikan.

Apa itu metode pendidikan? Apa dampak metode pendidikan jika kurang baik? Mari kita bahas lebih lanjut!

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Pentingnya Paradigma Pendidikan di Rumah dan Sekolah

Metode adalah suatu jalan yang harus dilewati untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan metode pendididkan adalah cara yang digunakan pendidik dalam proses belajar mengajar, agar peserta didik mencapai tujuan pendidikan.

Untuk mendapatkan hasil terbaik yang sesuai dalam tujuan pembelajaran, seseorang pendidik harus memperhatikan metode yang baik dan sesuai dengan situasi, kondisi, dan materi yang ingin diajarkan kepada peserta didik. Karena metode yang tidak sesuai akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif afektif maupun psikomotorik.

Pada saat ini, pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran terkesan membosankan dan tidak dapat dipahami bagi para peserta didik. Hal ini disebabkan karena masih banyak pendidik yang belum memiliki kemampuan kreatifitas dalam menentukan metode kegiatan belajar mengajar di kelas.

Kegiatan pembelajaran dengan kondisi kelas yang kaku dan sunyi dapat menyebabkan siswa merasa bosan dan mengantuk di kelas. Oleh karena itu dibutuhkan inovasi metode pengajaran yang menarik dalam proses pembelajaran sehingga dapat menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan.

Metode pengajaran haruslah tepat supaya peserta didik paham materi yang diajarkan oleh pendidik. Salahnya dalam pemilihan metode atau kurang baiknya metode dapat berdampak buruk bagi peserta didik. Salah satu contohnya adalah pemikiran bahwa matematika sulit, sebenarnya matematika bukanlah pelajaran yang sulit.

Pemikiran tersebut timbul karena motede pengajaran pendidik kurang baik, sehingga peserta didik sulit memahami dan sulit mengerti pelajaran matematika, dari situlah muncul mindset (pemikiran) bahwa matematika itu sulit.

Metode yang kurang baik dapat mengakibatkan ketidakpahaman atau ketidakbisaan peserta didik terhadap apapun, sehingga munculah kata “bodoh” yang sering dilontarkan dari mulut masyarakat. Meskipun anak tersebut pandai dalam bidang lain, tetap saja dibilang bodoh karena tidak bisa menguasai bidang akademik.

Baca Juga: Paradigma Pendidikan Demokratik dan Otoriter

Menurut Yohanes Surya Fisikiawan Indonesia, “Tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapatkan kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode yang tepat”.

Kemudian untuk membuktikan pendapatnya ini, beliau pun pergi ke Papua untuk mencari murid yang paling bodoh, yang sering tinggal kelas dan yang paling tertinggal di antara murid-murid lainnya. Kemudian dibawa ke Jakarta untuk dilatih 1-2 tahun, dalam tempo waktu 6 bulan.

Ternyata anak-anak tersebut sudah menguasai pelajaran matematika dari kelas 1-kelas 6 SD. Bahkan ada satu orang di antara anak tersebut yang tinggal kelas 4 kali, akhirnya berhasil menjadi juara nasional olimpiade matematika dan juara robotic tingkat nasional.

Anak-anak Papua yang dianggap paling bodoh tersebut, dilatih oleh Profesor Yohanes dengan metode terbaik yang Ia miliki. Akhirnya di tahun 2011, anak-anak tersebut pun berhasil menjuarai Olimpiade Sains dan Matematika tingkat Asia.

Dengan ini beliau berhasil membuktikan perkataannya, beliau juga berkata bahwa guru yang baik adalah guru yang mampu menginspirasi muridnya dan mampu membuat muridnya merasa senang dengan pelajaran yang Ia bawakan. 

Prof. Yohanes juga menerangkan bahwa metode yang Ia gunakan haruslah metode yang mudah dan menyenangkan ialah metode pendidikan sains dan matematika dengan konsep “Gampang, Asyik, dan Menyengkan” yang disingkat GASING.

Di sisi lain, sekolah sekarang dapat dikatakan masih mengikuti sistem metode pembelajaran lawas yang fokus berpacu pada teori. Sistem pendidikan sekolah di Indonesia masih bersifat monoton di mana pusat kegiatan pembelajaran bukanlah peserta didik melainkan pendidik.

Padahal seharusnya dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik harus menjadi subjek yang paling aktif bukannya menjadi pasif. Dalam kegiatan pembelajaran seharusnya lebih diperbanyak kegiatan yang dapat mendorong peserta didik untuk aktif di kelas seperti berdiskusi, presentasi, tanya jawab, kuis, dan kegiatan lainnya.

Kegiatan tersebut dapat menciptakan  softskill peserta didik seperti mudah untuk berpikir kreatif, berani untuk speak up dan problem solving. Softskill seperti ini nantinya sangat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dan juga sebagai bekal masa depan supaya siap dalam menghadapi segala perubahan.

Baca Juga: Pendidikan Mengubah Pola Pikir

Sebagai pendidik juga harus mempertimbangkan beberapa hal dalam pemilihan metode pendidikan yaitu:

  1. Tujuan kegiatan belajar yang ingin dicapai;
  2. Urutan materi/ bahan pembelajaran;
  3. Perkembangan dan pertumbuhan fisik serta psikologis peserta didik;
  4. Kebutuhan dan karakteristik peserta didik;
  5. Motivasi/ minat peserta didik;
  6. Kemampuan peserta didik dalam melakukan sesuatu;
  7. Ukuran kelas dan suasana lingkungan pembelajaran;
  8. Alokasi waktu pembelajaran yang tersedia;
  9. Kemampuan peserta didik; dan
  10. Sarana dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Ada banyak cara atau metode pendidikan yang dapat digunakan dalam pembelajaran seperti metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode karyawisata, dan masih banyak yang lainnya.

Setiap metode pendidikan memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Tidak ada suatu metode pendidikan yang dianggap ampuh untuk segala situasi. Suatu metode pendidikan dapat dikatakan ampuh untuk situasi tertentu, tetapi tidak ampuh untuk situasi lain.

Seringkali pembelajaran dilakukan dengan berbagai metode pendidikan secara bervariasi. Dapat juga suatu metode pendidikan dilaksanakan dengan berdiri sendiri. Hal ini tergantung pada pertimbangan yang didasarkan pada situasi belajar mengajar yang relevan.

Penulis: Nisa Rahma Alimah
Mahasiswa Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI