Metode Tepat dalam Mengelola Persediaan Bahan Baku pada Industri Makanan dan Minuman

Industri
Ilustrasi Industri Makanan dan Minuman.

Industri makanan dan minuman diproyeksi masih menjadi salah satu sektor andalan penopang pertumbuhan manufaktur dan ekonomi nasional. Peran penting sektor ini terlihat dari kontribusinya yang konsisten dan signfikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri non-migas serta peningkatan realisasi investasi.

Kementerian Perindustrian mencatat, sumbangan industri makanan dan minuman kepada PDB industri non-migas mencapai 34,95 persen pada triwulan III tahun 2017. Hasil kinerja ini menjadikan sektor tersebut kontributor PDB industri terbesar dibanding sub-sektor lainnya.

Industri baik dalam skala rumahan dan juga yang berskala besar sudah bisa dipastikan memiliki beragam bahan baku yang jenis dan prosesnya diolah untuk dijadikan suatu produk final.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: UU Cipta Kerja, Apakah bisa Mencapai Industrial Peace?

Bahan baku merupakan salah satu faktor penentu kelancaran dalam proses produksi, sehingga setiap perusahaan harus mempunyai persediaan bahan baku yang sangat cukup dalam menunjang proses produksi.

Bahan baku akan menunjukkan proses terbentuknya suatu produk yang disebut suatu bentuk barang jadi. Sehingga, bahan tersebut bisa diperjualbelikan dan disalurkan, yang di dalamnya terdapat biaya ongkos kirim, harga bahan, penyimpanan, dan masih banyak lagi.

Dalam industri makanan dan minuman pasokan bahan baku merupakan penggerak industri tersebut sekaligus memiliki arti penting dan strategis bagi perekonomian nasional.

Karena, mendukung ketahanan pangan dan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja maupun dalam perolehan devisa.

Namun bagimana proses pengelolaan persediaan bahan baku tersebut?

Hal yang harus dilakukan bagi pelaku usaha tentunya dapat mengelola bahan baku dengan baik untuk nantinya akan diolah menjadi barang jadi.

Kegiatan amat penting dalam bagian pengendalian persediaan barang pada suatu perusahaan adalah penyimpanan dan pemesanan barang, barang yang dipakai untuk aktivitas sehari-hari pada operasional perusahaan dan bahan produksi merupakan bahan baku yang harus ada di dalam gudang penyimpanan.

Dengan sediaan yang baik dan benar, perusahaan mampu memastikan seberapa banyak sediaan bahan baku yang pantas, sehingga mampu menyeimbangkan dan menghemat keperluan bahan baku maupun persediaan tersebut.

Persediaan bisa dikatakan sebagai kekayaan perusahaan yang mempunyai peran penting dalam operasi bisnis.

Oleh karena itu perusahaan perlu melakukan manajemen yang pro-aktif, artinya perusahaan harus mampu mengantisipasi keadaan atau tantangan yang ada dalam manajemen persediaan untuk mencapai sasaran akhir, dengan meminimalkan total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menangani persediaan.

Baca Juga: Harapan Besar untuk Industri Makanan di Indonesia bagi Rakyat Indonesia

Beberapa perusahaan yang menghasilkan produk makanan memiliki permasalahan dalam hal persediaan bahan baku yang belum optimal secara manajerial. Maka dari itu untuk menganalisis optimalisasi persediaan agar tidak terjadi kekurangan bahan baku ataupun penumpukan pada pergudangan untuk persediaan bahan baku perlu adanya beberapa metode tertentu.

Kegiatan produksi yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi permasalahan tersebut yaitu dengan memastikan permintaan atau pemesanan bahan baku untuk dibutuhkan dengan bijak menggunakan metode Just in Time (JIT).

Penerapan ini bertujuan untuk memastikan persediaan bahan baku telah ditentukan dan sesuai dengan kebijakan perusahaan dan permintan dari pelanggan atau konsumennya.

Metode Just in Time adalah salah satu metode yang membantu perusahaan lebih efisien dalam mengelola persediaanya bersangkutan jumlah dan waktu yang tepat, juga metode yang relevan untuk digunakan pada zaman sekarang dibandingkan dengan metode yang lain terkait persediaan dengan kualitas produk yang dihasilkan.

Dengan menerapkan sistem Just In Time ini maka diharapkan perusahaan dalam proses produksinya akan mencapai laba yang maksimum, memiliki biaya yang rendah, harga jual yang murah, kualitas yang baik, dan kemampuan ketepatan waktu pengiriman kepada pelanggan.

Salah satu contoh dari perusahaan yang menerapkan metode Just In Time yaitu McDonald, sebagai perusahaan franschise terbesar pada tahun 2018 yang tercatat mengoperasikan 37.855 restoran tersebar di 120 negara yang telah sukses mengimplementasikan sistem JIT, mereka menyebutnya sebagai sistem produksi “Made For You”.

Melalui perjalanan panjang McD mengadopsi sistem JIT sebagai standar pengelolahan bahan baku mereka hingga menjadi produk siap saji yang kita kenal sekarang.

Dari penyimpanan bahan bakunya, McDonald’s telah menetapkan sistem penyimpanan yang mencakup penyimpanan harian, mingguan, pertengahan, dan akhir bulan. Namun hanya beberapa item penting yang digunakan dalam sistem penyimpanan harian.

Penerapan teknik penyimpanan mingguan untuk bahan makanan seperti roti daging sapi dan ayam. Pengaplikasian untuk penyimpanan tengah dan akhir bulan berlaku untuk semua item. Untuk barang beku dan kering, McDonald’s memiliki jadwal mingguan sistem pemesanan yang mengharuskan pesanan ditempatkan tiga kali per minggu.

Baca Juga: Aplikasi Ozon pada Industri Pangan

Susu segar dan ayam yang merupakan produk sehari-hari dipesan dua kali sehari dan untuk sayuran dipesan dua kali seminggu. Meskipun demikian untuk mencegah kelangkaan pihak restoran selalu melakukan pengecekan mingguan untuk melihat jumlah bahan baku yang tersisa.

Semua proses itu dikemas dengan menggunakan model FIFO (first in first out) untuk mengurangi kemungkinan mudahnya pencurian dan kerusakan material.

Dari pengolahan persediaan penyimpanan yang ditunjukan oleh McD ini menjadi satu contoh kecil dari rangkaian kompleks yang terjadi di dalamnya, pihak perusahaan masih harus memperhatikan pendistribusian ke setiap cabang-cabang di seluruh dunia, pemanfaatan bahan baku lokal dan masih banyak lagi yang menjadi rangkaian rantai kegiatan manajemen persediaan bahan baku yang sekarang ini kita kenal.

Namun perlu diingat bahwa metode JIT oleh McD berarti “harus” menunggu sampai setelah pesanan dilakukan. Untuk mulai melakukan proses memasak (memanaskan dan merakit) membuat produk precook terlebih dahulu dan akan disempurnakan ketika pelanggan telah melakukan pemesanan dan pembayaran.

Gaya ini sudah mulai diadopsi oleh banyak perusahaan yang bergerak di bidang industri sejenis, alasan sederhananya ialah untuk menjaga produknya tetap segar ketika mencapai tangan pelanggan.

Penulis: 

Anggi Novita Abidin
Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI