Mimpi Besar Sang Visioner Saat Menjejaki Garda Terdepan NKRI

Pada senin, 18 November kemarin, Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), melakukan kunjungan kerja ke salah satu wilayah perbatasan RI-RDTL tepatnya di Desa Haumeni Ana, Kecamatan Bikomi Nilulat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), dengan agenda; dialog bersama masyarakat perbatasan di wilayah tersebut. Tentu saja antusiasme dan totalitas dalam persiapan dari masyarakat setempat sangatlah berapi-api kala mendengar “orang nomor satu” NTT itu akan berkunjung ke wilayah mereka. Wilayah yang berada di pelosok NKRI, yang hingga saat ini belum tersentuh oleh infrastruktur jalan, memiliki kualitas SDM yang sangat rendah, jika SDM sudah rendah maka secara logika mutu pendidikan sangatlah masif. Jika dinilai dari dua sudut pandang, maka warga Jakarta menyebut wilayah tersebut adalah “emperan”, namun aparat sipil (TNI dan POLRI) memaknainya sebagai “teras NKRI”.

Akan tetapi, jika menyentil soal nasionalisme dalam praktek kehidupan berbangsa dan bernegara, soal siapa yang taat dan patuh dalam memaknai Pancasila dan menjaga marwah NKRI, maka jangan ragu sama mereka (masyarakat) yang berada di garda terdepan, loyalitas dan tanggung jawab sebagai masyarakat Indonesia sangatlah total dalam menjaga kearifan dan keharmonisan bangsa ini. Walaupun lemah dalam berteori, namun soal implementasinya mereka lebih hebat ketimbang orang-orang yang berdomisili di perkotaan yang terkadang berseteru hanya karena agama, dan isu kontradiksi lainnya. Tentunya kebanggaan dan rasa haru itu akan muncul sesaat berkunjung ke pintu batas RI-RDTL.

Visi Besar VBL Kala “Mengecup” Masyrakat Dipintu Perbatasan

Riang gembira penyambutan Gubernur NTT beserta para stakeholder Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten tentu saja menghadirkan suatu kebanggaan tersendiri bagi masyrakat setempat. Apalagi dengan kondisi wilayah yang memprihatinkan, tentu saja masyarakat mengharapkan ada rasa kepedulian yang lebih dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat (dalam hal ini lembaga terkait) guna sesegara mungkin merealisasikan apa yang menjadi keluhan dan kebutuhan sedari Indonesia merdeka hingga kini. Dalam momen kunjungan kerja (Kunker) tersebut, di saat memasuki sesi sambutan dari VBL, ada beberapa hal yang disampaikan terkait pengelolaan SDA, pengembangan SDM, dan visi besar yang turut diutarakan guna membangun Pulau Timor, wilayah NTT agar lebih dikenal tak hanya sebatas lingkup nasional, namun yang didambakan adalah NTT harus dikenal diseluruh dunia.

Dalam durasi waktu sekitar 40 menit, VBL meyampaikan demikian; Pulau Timor sangat spesial dimata VBL dikarenakan satu pulau yang memiliki dua negara. Oleh karena itu, ia mengharapkan pemerintah harus mengerjakan secara baik dari segi pengelolaan infrasturkturnya, pengelolaan SDA dan harus diimbangi dengan pengembangan SDM yang mumpuni. Semua itu dibangun secara bersinergi, antara pemerintah dan masyarakat. Ia mengharapkan jika suatu saat Pulau Timor menjadi salah satu Pulau yang bisa dikenal di seluruh dunia. Ia mengajak masyarakat dan pemerintah untuk fokus dalam bekerja. Fokus yang dimaksud misalkan, hari ini jika TTU membangun rumah layak huni, yah bangun rumah saja, besok baru adakan pengelolaan air bersih. Agar arah kerjanya fokus pada satu sektor. Jika pemerintah merangkap segala sektor pembangunan, maka yang terlihat sangat simpangsiur. Dan akan memakan waktu yang bertahun-tahun baru bisa terselesaikan. Disatu sisi ini akan menghambat segala aktivitas dan kebutuhan masyarakat.

Di samping itu pula, ia mengharapkan jika suatu saat mutu pendidikan siswa dan kualitas guru di NTT dapat bersaing dengan provinsi lain. Oleh karena itu, ia mengajak siswa agar rajin untuk membaca buku, dan menghimbau kepada para guru agar disiplin dalam menerapkan literasi kepada siswa/i. Dengan alasan, bahwasannya untuk mendongkrak mutu pendidikan, SDM, dan menghilangkan kesenjangan sosial atau menurunkan angka kemiskinan, semua harus diseimbangkan dengan literasi yang terpadu dalam hal ini mengembangkan budaya membaca, merubah mindset atau pola pikir dan karakter, dan bukan saja bagi kaum terpelajar terutama bagi masyarakat pada umumnya.

Sambutan VBL Dan Optimisme Masyarakat

Merujuk dari apa yang disampaikan oleh Viktor Laiskodat dalam sambutannya sebagaimana yang dipaparkan di atas, tentu saja hal tersebut menjadi impian terbesar masyarakat yang berada di garis perbatasan. Apalagi dalam menyampaikan pidato VBL terlihat begitu berapi-api, walaupun ia bukan seorang orator namun ketegasannya mampu menggerogoti optimisme warga yang turut serta dalam kegiatan tersebut. Masyarakat seolah terhipnotis oleh ketegasan VBL, karena yang terlihat ia sedang berusaha merubah cakrawala berpikir masyarakat, membangun kesadaran diri dari masyarakat guna bersama membangun dan memajukan wilayah perbatasan terutama NTT pada umumnya. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan, apakah dengan pola yang dipakai oleh Gubernur NTT saat ini, dapat terealisasi dan menjawab segala permasalahan diseluruh wilayah perbatasan dalam jangka waktu 4 tahun kedepan? Karena realita di lapangan, yang menjadi keluhan dari masyarakat bukan soal timbulnya degradasi nasionalisme kebangsaan, akan tetapi, terjadi permasalahan sosial, meliputi; angka kemiskinan yang begitu tinggi, infrastuktur jalan, infrastuktur sekolah, kualitas guru yang sangan rendah, SDM yang sangat lemah, permasalahan di sektor kesehatan yakni stunting, kebutuhan air bersih, lapangan pekerjaan dan lain sebagainya.

Viktor Lasikodat terlihat begitu sangat optimis hingga negara bagian Eropa yang pernah dikunjunginya, ia jadikan sample di tengah kerumunan masyarakat yang 80% di antara mereka tak pernah melihat ataupun mendengar coklat belgia, coklat kelor, sophia, maupun salju itu sendiri. Dengan bahasa yang dipakai oleh Viktor semoga dapat dipahami oleh seluruh komponen masyarakat. Namun, bukan hal itu yang menjadi permasalahan, akan tetapi mimpi besar Gubernur NTT kala mendongkrak semangat dan ambisi masyarakat guna bersinergi membangun wilayah perbatasan, wilayah NTT dapat terjawab sesegera mungkin. Dikarenakan Pulau Timor memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Mulai dari sektor pertanian, peternakan, kelautan, kehutanan, dan pertambangan khusunya garam yang saat ini sedang difokuskan oleh pemerintah provinsi. Oleh sebab itu, semoga visi dari “kita bangkit kita sejahtera” tak hanya sebatas slogan semata. Yang diharapkan adalah implementasi yang ril dari pemerintah, agar kelak dimasa kepemimpinan dari VBL-Joseph Naisoi tak dikatakan sebagai penghianat rakyat. Namun pemimpin yang benar-benar telah menjadi penyambung lidah rakyat.

Bapthista Mario Y. Sara
(Pemerhati Sosial dan Mahasiswa Fakuktas Peternakan, UNDANA)

Kirim Artikel

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.