Minat Baca Kian Terkikis: Masihkah Buku Bacaan Eksis?

“Baca bukumu, jangan biarkan sampai berdebu. Buka bukumu, jangan sia-siakan waktumu”. Kutipan lagu ini memiliki makna bahwasannya buku tidak boleh dibiarkan begitu saja, namun harus dibaca dan dimaknai setiap katanya. Namun, apakah pesan ini sudah sampai ke Masyarakat?

Berbicara lebih jauh mengenai membaca, maka tidak terlepas dengan minat baca. Minat baca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang tarhadap kegiaan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri (Sandjaja, 2005). Minat baca dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara seperti terbiasa membaca buku yang disenangi, meluangkan waktu membaca buku, dan sebagainya.

Namun, kenyataan terkadang tidak sesuai dengan realita yang ada. Berdasarkan data, minat baca masyarakat Indonesia disebut masih rendah bila dibandingkan negara lain. Dari data Perpustakaan Nasional tahun 2017 menunjukkan frekuensi tingkat membaca orang Indonesia rata-rata hanya tiga sampai empat kali per minggu. Sementara jumlah buku yang dibaca rata-rata hanya Lima hingga sembilan buku per tahun.

Bacaan Lainnya

Betapa ironisnya kondisi negara ini jika dibandingkan dengan negara lain. Angka tersebut sangatlah rendah dengan korelasi populasi penduduk indonesia yang besar. United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menyebutkan bahwa dari 1000 warga Indonesia hanya ada satu orang yang memiliki minat untuk membaca. Sehingga dapat disimpulkan bahwa satu buku di Indonesia hanya dibaca oleh lebih dari 15 ribu orang. Padahal ideal rata-rata masyarakat dunia adalah satu buku untuk dua orang.

Minat baca Indonesia masih menjadi masalah fundamental di negara yang besar ini. Di tengah banyaknya tantangan global yang menghantui manusia, ironisnya Indonesia masih mempermasalahkan minat baca yang masih rendah. Tidak dapat dipungkiri, pesatnya perkembangan teknologi sangat mempengaruhi pola pikir serta perilaku manusia. Masyarakat saat ini memiliki kecenderungan minat yang tinggi terhadap inovasi teknologi, terutama di bidang animasi, desain, maupun informasi. Terlebih lagi, masuknya masa Industri 4.0 semakin menitikberatkan segala kebutuhan manusia pada pengunaan teknologi.

Tak hanya itu, distribusi buku juga menjadi permasalahan di daerah terpencil, terluar, dan tertinggal di Indonesia. Perlu kita akui memang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas dengan demografi yang berbeda beda setiap daerahnya. Ini adalah salah satu tantangan yang harus dapat diselesaikan. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Artinya setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali. Namun pada kenyataannya pendidikan belum bisa dirasakan oleh semua warga negara Indonesia, terutama masyarakat yang berada di Pulau Terdepan, Terpencil dan Terluar (3T)

Buku Digital untuk Daerah Melek Teknologi

Sesuai dengan permasalahan yang ada bahwa kebanyakan pengguna internet atau gadget adalah orang perkotaan karena aksesibilitas yang lebih mudah bagaikan buah simalakama bagi masyarakat kota. Untuk itu, meningkatkan niat membaca anak anak harusnya dilakukan dengan cara yang lebih kreatif sehingga dapat menyaingi atau bahkan melebihi kesenangan yang didapat dari bermain game atau berselancar di sosial media.

Buku digital hadir memberikan solusi dari permasalahan ini. Buku digital adalah bentuk digital dari buku cetak yang terdiri dari berbagai macam informasi digital berupa text, gambar, audio, video yang dapat dibuka melalui komputer, tablet, smartphone atau perangkat elektronik lainnya. Dengan kemampuan mengakses Internet yang baik, maka masyarakat perkotaan dapat mengakses buku digital dengan mudah. Namun, buku digital biasa tidaklah cukup untuk meredam kenikmatan yang didapat ketika cahtting maupun bermain game.

Oleh karena itu, buku digital tampil dengan desain yang menarik berupa textbook yang dilengkapi gambar gambar sepertri komik atau semacamnya. Selain itu, buku digital juga perlu disisipkan pendidikan karakter atau informasi informasi mengenai budi pekerti sehingga buku hadir tidak hanya memberika pengetahuan umum, namun juga membenahi karakter anak bangsa.

Hal ini sesuai dengan gerakan revolusi mental yang sangat gencar dilanksanakan oleh pemerintah mengingat banyaknya efek negatif dari adanya degradasi moral yang kini merongrong anak bangsa. Sederhananya, orang yang berilmu namun tidak memiliki karakter akan mengasilkan manusia yang tidak memiliki orientasi. Analoginya, orang yang mahir dalam bidang kimia namun menggunakan kepintarannya dengan melakukan tindakan radikalisme atau terorisme sangatlah berbahaya. Itu mengapa, selain memperhatikan kecerdasan otak, sangat penting untuk diimbangi dengan kecerdasan karakter atau budi pekerti yang bagus.

Pemerintah juga harus hadir dalam hal ini. Generasi bangsa yang cerdas akan melahirkan inovasi inovasi yang akan memajukan bangsa dan negara. Pembangunan Manusia yang cerdas dan berorientasi kedepan adalah visi presiden untuk periode kedua ini. Buku menjadi aspek penting dalam proses menuju negara cerdas dan berbudi pekerti luhur.

Putu Indah Oktapiani

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI