Ngaji Online Bukan Sekadar Tren: Reorientasi Metode Akidah Gen-Z

Ngaji Online
Ilustrasi Al-Qur'an Digital (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Abstract

The development of digital technology has encouraged the emergence of the phenomenon of “reciting the Koran online” among Generation Z (Gen-Z), who were born and grew up in the internet era. This article aims to analyze how reciting the Koran online is not only a trend at that time, but can also be used as an example of strategic reorientation of faith teaching methods that are more relevant and effective for Gen-Z.

This research uses a qualitative phenomenological approach with data collection techniques in the form of interviews, observations and documentation of Gen-Z who actively participate in bold studies. Online Koran reading is considered capable of answering the need for religious learning that is flexible, interactive, and in line with Gen-Z learning styles.

However, its effectiveness requires a reorientation method that involves technology integration, contextualization of material, collaboration with Muslim influencers, and the formation of a community of spiritual courage. With this approach, online Koran reading can be a strategic tool in strengthening the faith and understanding of Gen-Z’s beliefs amidst the challenges of the digital world.

Keywords: Online Koran, Gen-Z, faith, digital Islamic education, religious literacy

Bacaan Lainnya

 

Abstrak

Perkembangan teknologi digital telah mendorong munculnya fenomena “ngaji online” di kalangan Generasi Z (Gen-Z), yang lahir dan tumbuh di era internet. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana ngaji online tidak hanya menjadi tren sesaat, tetapi juga dapat dijadikan strategi reorientasi metode pengajaran akidah yang lebih relevan dan efektif bagi Gen-Z.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi terhadap Gen-Z yang aktif mengikuti kajian daring.

Ngaji online dinilai mampu menjawab kebutuhan akan pembelajaran agama yang fleksibel, interaktif, dan sesuai dengan gaya belajar Gen-Z. Namun, efektivitasnya memerlukan reorientasi metode yang melibatkan integrasi teknologi, kontekstualisasi materi, kolaborasi dengan influencer Muslim, serta pembentukan komunitas spiritual daring.

Dengan pendekatan tersebut, ngaji online dapat menjadi sarana strategis dalam memperkuat iman dan pemahaman akidah Gen-Z di tengah tantangan dunia digital.

Kata Kunci: Ngaji online, Gen-Z, akidah, pendidikan Islam digital, literasi keagamaan

 

Pendahuluan

Di era digital yang serba cepat, perkembangan teknologi digital telah merubah berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan agama islam. Salah satu fenomena yang muncul adalah meningkatnya minat generasi Z (Gen-Z) terhadap pembelajaran agama secara online, yang sering disebut sebagai “ngaji online.”

Fenomena ini bukan hanya sekadar tren, tetapi mencerminkan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh generasi muda dalam memahami dan mengamalkan akidah Islam di tengah arus informasi yang semakin deras.

Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1997 hingga 2012, dikenal sebagai generasi yang sangat akrab dengan teknologi dan media sosial. Gen-Z, memiliki karakteristik dan kebutuhan berbeda dalam menerima ilmu agama (Setiawan & Cempaka, 2024).

Gen-Z memiliki cara berpikir yang kritis dan terbuka terhadap berbagai ide dan informasi. Namun, mereka juga menghadapi tantangan dalam mempertahankan identitas keagamaan di tengah pengaruh budaya global yang sering bertentangan dengan nilai-nilai agama. Dalam hal ini, ngaji online muncul sebagai alternatif yang menarik, menawarkan kemudahan akses dan fleksibilitas dalam belajar.

Ngaji online merupakan bentuk pembelajaran agama yang memanfaatkan teknologi digital untuk menyampaikan materi keagamaan, khususnya dalam pembelajaran akidah, fiqh, dan tafsir (Najamudin, 2021).

Dengan menggunakan platform seperti video konferensi, aplikasi pembelajaran, dan media sosial, ngaji online memungkinkan peserta untuk mengikuti kajian agama dari mana saja dan kapan saja, tanpa batasan geografis. Metode ini memberikan fleksibilitas, sehingga dapat diakses oleh siapa saja, termasuk generasi Z yang cenderung memiliki mobilitas tinggi dan kesibukan yang padat (Hasanah, 2024).

Selain itu, ngaji online juga sering dilengkapi dengan berbagai fitur interaktif, seperti sesi tanya jawab, diskusi kelompok, dan materi multimedia, yang dapat meningkatkan keterlibatan peserta.

Dengan demikian, ngaji online tidak hanya berfungsi sebagai alternatif pembelajaran, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat komunitas keagamaan di kalangan generasi muda, menjembatani kesenjangan antara tradisi dan modernitas dalam memahami ajaran Islam.

Namun, ngaji online dapat menggantikan metode pembelajaran tradisional. Ngaji online memerlukan reorientasi dalam pendekatan dan metode pengajaran akidah yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan Gen-Z (Fitriana & Ridhwan, 2024).

Metode yang digunakan harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis yang sering muncul di benak Gen-Z, serta memberikan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi bagaimana ngaji online dapat dioptimalkan sebagai sarana pendidikan akidah yang relevan dan efektif bagi generasi muda.

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis fenomena ngaji online sebagai bagian dari reorientasi metode akidah bagi Gen-Z.

Dengan memahami dinamika dan karakteristik generasi ini, diharapkan dapat ditemukan strategi yang tepat untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran agama, sehingga dapat memperkuat pemahaman dan pengamalan akidah di kalangan generasi muda. Melalui kajian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan agama yang lebih relevan dan adaptif di era digital.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis untuk memahami secara mendalam pengalaman dan persepsi Generasi Z (Gen-Z) terhadap fenomena ngaji online sebagai metode pembelajaran akidah.

Pendekatan ini dipilih agar dapat menggali makna dan konteks yang melatarbelakangi preferensi serta perubahan metode pembelajaran agama di kalangan Gen-Z.

Subjek penelitian terdiri dari anggota Gen-Z yang aktif mengikuti kajian atau ngaji online melalui berbagai platform digital seperti YouTube, Instagram, podcast, dan aplikasi pengajian, dengan lokasi penelitian di beberapa komunitas daring dan offline yang mewakili beragam latar belakang sosial dan geografis.

Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan model analisis interaktif yang meliputi tiga tahap: reduksi data, penyajian data, dan verifikasi serta penarikan kesimpulan melalui triangulasi data untuk memastikan validitas hasil penelitian.

Sampel penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling, dengan jumlah respondennya 30 orang. Metode penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran komprehensif mengenai bagaimana ngaji online bukan sekadar tren, melainkan sebuah reorientasi metode pembelajaran akidah yang relevan dan efektif bagi Generasi Z.

 

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa Gen-Z menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga akidah dan moralitas mereka di era digital. Paparan informasi yang tidak terfilter di internet menjadi salah satu tantangan utama, dimana Gen-Z rentan terhadap ideologi yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Tanpa bimbingan yang kuat dan literasi digital yang memadai, mereka dapat mengalami kebingungan dan kegoyahan iman. Hal ini sejalan dengan temuan penelitian oleh Nababan et al (2023) yang menyatakan bahwa generasi muda saat ini sering terpapar pada konten-konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, sehingga memerlukan panduan yang jelas untuk menavigasi informasi yang beragam.

Selain itu, penelitian oleh Hidayat et el (2025) juga menunjukkan bahwa kurangnya pemahaman tentang literasi digital Gen-Z dapat menyebabkan mereka mudah terpengaruh oleh paham-paham yang menyimpang.

Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan pendekatan yang lebih terarah dalam pendidikan agama, terutama dalam kondisi digital yang semakin mendominasi kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini harus mencakup penguatan literasi digital dan pemahaman kritis terhadap informasi, sehingga Gen-Z dapat lebih bijak dalam menyaring konten yang mereka konsumsi dan tetap teguh dalam akidah.

Baca juga: Mengaji Teknologi ala Santri Salafi

Perubahan pola belajar dan sosialisasi keagamaan juga menjadi sorotan penting bagi Gen-Z. Metode pembelajaran konvensional, seperti pengajian tatap muka dan kajian kitab, dianggap kurang menarik dan relevan oleh Gen-Z, yang lebih terbiasa dengan interaksi yang cepat dan dinamis.

Hal ini berpotensi mengurangi minat mereka terhadap kajian agama, karena mereka merasa bahwa metode tradisional tidak sesuai dengan gaya hidup yang serba cepat dan berbasis teknologi. Selain itu, interaksi sosial yang lebih banyak terjadi di dunia maya membuat praktik keagamaan cenderung individual dan terfragmentasi.

Penelitian oleh Azwar & Iskandar (2024) menunjukkan bahwa platform pembelajaran online dapat meningkatkan partisipasi Gen-Z dalam kajian agama, karena mereka dapat mengakses materi kapan saja dan di mana saja, tanpa harus terikat pada waktu dan tempat tertentu.

Selain itu, ngaji online juga memungkinkan penggunaan berbagai format konten, seperti video, infografis, dan kuis interaktif, yang dapat meningkatkan keterlibatan dan minat belajar mereka.

Namun, untuk memastikan bahwa ngaji online tidak hanya menjadi tren sesaat, diperlukan reorientasi metode pembelajaran akidah yang inovatif dan relevan. Integrasi teknologi dalam pembelajaran menjadi kunci, dimana para pendakwah dan guru agama harus menguasai teknologi digital untuk menyajikan materi akidah dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.

Kontekstualisasi materi akidah dengan isu-isu aktual yang dihadapi Gen-Z, seperti etika digital dan tantangan menjaga iman di ruang maya, juga sangat penting agar ajaran agama terasa relevan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Kolaborasi dengan influencer dan komunitas digital dapat memperluas jangkauan dakwah dan membuat pesan agama lebih mudah diterima oleh Gen-Z. Penelitian oleh Husna & Mairita (2024) menunjukkan bahwa konten yang disampaikan oleh influencer yang memiliki pengaruh di media sosial cenderung lebih efektif dalam menarik perhatian generasi muda, karena mereka merasa lebih terhubung dengan figur publik yang mereka ikuti.

Influencer dapat menyampaikan nilai-nilai akidah dengan cara yang lebih relatable dan menarik, sehingga dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan beragam. Dengan memanfaatkan platform-platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, pesan-pesan keagamaan dapat disampaikan dalam format yang lebih kreatif, seperti video pendek, tantangan, atau konten interaktif yang sesuai dengan selera Gen-Z.

Pembentukan komunitas daring yang mendukung juga menjadi langkah strategis untuk mengurangi risiko isolasi spiritual, menciptakan ruang diskusi, dan saling mendukung dalam perjalanan spiritual mereka.

Penelitian oleh Naufaldhi (2024) menunjukkan bahwa komunitas online dapat berfungsi sebagai wadah bagi Gen-Z untuk berbagi pengalaman, bertanya, dan mendiskusikan isu-isu keagamaan yang relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Komunitas ini tidak hanya memberikan dukungan emosional, tetapi juga menciptakan lingkungan yang positif untuk pertumbuhan spiritual, di mana anggota dapat saling menguatkan dalam menjalani nilai-nilai agama. Selain itu, penguatan akhlak dan spiritualitas harus menjadi bagian integral dari pembelajaran akidah, agar pendidikan agama tidak hanya berfokus pada pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan karakter yang kuat.

 

Simpulan

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan, menunjukkan bahwa Gen-Z menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga akidah dan moralitas mereka di era digital. Paparan informasi yang tidak terfilter di internet membuat mereka rentan terhadap ideologi yang bertentangan dengan ajaran Islam, dan tanpa bimbingan yang kuat serta literasi digital yang memadai, mereka dapat mengalami kebingungan dan kegoyahan iman.

Perubahan pola belajar dan sosialisasi keagamaan di kalangan Gen-Z menunjukkan bahwa metode pembelajaran konvensional dianggap kurang menarik dan relevan.

Ngaji online muncul sebagai solusi yang menawarkan fleksibilitas dan variasi konten yang dapat meningkatkan keterlibatan mereka. Namun, untuk memastikan efektivitas ngaji online, diperlukan reorientasi metode pembelajaran yang inovatif dan relevan, termasuk integrasi teknologi dan kontekstualisasi materi akidah dengan isu-isu aktual yang dihadapi Gen-Z.

Kolaborasi dengan influencer dan pembentukan komunitas digital juga menjadi langkah strategis untuk memperluas jangkauan dakwah dan mengurangi risiko isolasi spiritual. Komunitas online dapat berfungsi sebagai wadah dukungan emosional dan pertukaran pengalaman, yang penting untuk pertumbuhan spiritual Gen-Z.

 

Referensi

Aly Najamudin, A. (2021). Ritual Kesalehan Virtual Di Musim Pandemi (Studi Kasus Ngaji Online Media di You Tube). Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama (JISA), 4(2), 96-112.

Fitriana, E., & Ridlwan, M. K. (2021). Ngaji Online: Transformasi ngaji kitab di media sosial. ASANKA: Journal of Social Science And Education, 2(2), 203-220.

Hasanah, D. U. (2024). Efektivitas Strategi Dakwah Fuadh Naim Dalam Metamorfosa Penggemar Korea Pada Komunitas X-Traordinary Korean Wavers (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry).

Hidayat, C., Effendi, I., & Zarkasyi, F. I. (2025). Pembentukan Literasi Digital Gen Z Berbasis Nilai Kearifan Lokal dalam Membendung Konten Propaganda Terorisme Siber. JCIC: Jurnal CIC Lembaga Riset dan Konsultan Sosial, 7(1), 1-14.

Husna, A. H., & Mairita, D. (2024). Gen Z dan Perilaku Konsumsi Konten Influencer pada TikTok. Jurnal Riset Komunikasi, 7(1), 86-100.

Nababan, S., Sianturi, E., Rantung, D. A., Naibaho, L., & Boiliu, E. R. (2023). Peran Pendidikan Agama Kristen dalam Mengatasi Dampak Penggunaan Teknologi bagi Remaja di era Digital. Harati: Jurnal Pendidikan Kristen, 3(2), 205-217.

Setiawan, I., Cempaka, F. G., & Reksoprodjo, Y. (2024). Pancasila Sebagai Landasan Gen Z dalam Mempertahankan Nilai Persatuan Pada Era Globalisasi. JPK (Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan), 9(1), 54-65.

 

Penulis: Father Rachman

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News-

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses