Optimalisasi Proses Pembelajaran Karya Seni oleh Guru Seni Budaya di SMAN 1 Ponggok untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran yang diinginkan

Karya Seni
Dokumentasi Kegiatan (Sumber: Dokumentasi Penulis)

Seni, sebagai ‘ilmu’ yang diajarkan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, mengalami proses yang menjadikannya objek yang dipertimbangkan, didiskusikan, serta di analisis menjadi bagian-bagian terpisah. Dalam perjalanan ini, seni menjadi suatu objek yang dilihat dan dipahami dari berbagai sudut pandang.

Namun, dalam proses tersebut, kebebasannya untuk secara utuh mengekspresikan diri dan memberikan makna pada fenomena bersama-sama dengan dimensi fisik dan psikis manusia menjadi terbatas (Surtantini, 2016).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Malang melalui wawancara online dengan seorang guru di SMA Negeri 1 Ponggok mengenai sistem dan inovasi pembelajaran Seni Budaya, bahwasanya sekolah menyediakan fasilitas yang dapat menunjang pembelajaran teori dan realisasi didalam kelas maupun diluar kelas.

Bacaan Lainnya
DONASI

Tentunya, pembelajaran di luar kelas memberikan kesan yang berbeda dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Dengan bimbingan yang teratur dan penyampaian materi yang jelas oleh guru, dipercayai bahwa materi yang diajarkan akan diserap dengan baik oleh para siswa-siswi.

Umumnya, pembelajaran seni budaya di kelas terbatas karna dalam seni budaya perlu memperluas ide dari siswa-siswi, melalui hasil wawancara dengan Bapak Subroto, seorang guru seni budaya di SMA Negeri 1 Ponggok, Beliau memberikan contoh bahwa pembelajaran seni budaya berkaitan dengan teori dilakukan di dalam kelas, namun pada saat ekplorasi selain bisa dilakukan di dalam kelas untuk mendapakan hasil yang efektif dan maksimal bisa juga dilakukan di luar kelas bahkan di luar sekolah.

Baca juga: Bersama Para Seniman, Mahasiswa Hukum 2021 UPN Veteran Jakarta Gelar Pengabdian Masyarakat Sosialisasi Pemberdayaan Seniman melalui Perlindungan Hak Cipta dalam Rangka Meningkatkan Kreativitas dan Produktivitas Seniman

“Ketika praktik, siswa rata-rata menggambar sketsa/gambar bentuk. Nanti di lapangan siswa mencari objek-objek yang menarik  dan mereka akan ditugasi untuk menggambar langsung di tempat   atau lebih dikenal dengan sebutan on the spot” ujar Bapak Subroto dalam wawancara.

Dalam kegiatan praktik, siswa membawa alat-alat secara individu yang sebelumnya telah disediakan oleh Pak Broto. Media yang digunakan termasuk cat air, kuas, pensil, dan lain sebagainya. Guru memberikan evaluasi dan tanggapan mengenai karya-karya siswa secara bersama-sama pada akhir pembelajaran.

Ketika memulai suatu pembelajaran, penting bagi seorang guru untuk melakukan diagnose awal dan diskusi dengan murid-muridnya terkait dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, serta mencari langkah – langkah terbaik supaya proses belajar mengajar berjalan lancar tanpa hambatan.

“Saya tau bahwasannya minat siswa itu berbeda karena itu saya membiarkan mereka untuk berekspresi sesuai kemauannya”, ungkap pak Subroto.

Dari wawancara dengan Bapak Subroto, seorang guru di SMA Negeri 1 Ponggok, diperoleh pemahaman bahwa kunci untuk menyesuaikan media pembelajaran dalam mengajar Seni Budaya, khususnya seni rupa, di SMA Negeri 1 Ponggok adalah dengan memahami karakteristik para siswa.

Guru perlu memahami potensi siswa/i, termasuk minat dan bakat mereka, serta kebutuhan individual siswa-siswi. Dengan demikian, guru dapat memilih media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa.

Penggunaan media yang cocok dengan gaya belajar siswa/i misalnya apakah mereka lebih efektif ketika menggambar sesuai dengan gaya masing-masing atau ketika diberi arahan oleh guru untuk membuat sesuatu yang sudah ditentukan sebelumnya. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang efektif dimulai dengan pemahaman tersebut.

Penyesuaian media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar Seni Budaya, khususnya dalam bidang seni rupa di SMA Negeri 1 Ponggok, seringkali dihadapi oleh pengajar seni rupa dengan beberapa tantangan khusus.

Salah satunya adalah kurangnya pemahaman material yang dibutuhkan seperti kanvas, cat, kertas, dan peralatan lainnya, yang dapat menghambat efektivitas pembelajaran. Terkadang, para siswa/i juga kurang peduli terhadap persiapan material untuk pembelajaran.

Hal ini mengakibatkan kesulitan bagi pengajar dalam menyampaikan materi karena material yang tidak memadai dapat mengganggu proses pembelajaran, bahkan menyebabkan siswa/i tertinggal dari pembelajaran yang disampaikan.

Selain itu, variasi gaya belajar dan kemampuan individual siswa/i juga menjadi tantangan bagi pengajar. Dengan setiap siswa/i memiliki kemampuan yang berbeda, pengajar perlu menemukan cara untuk mengakomodasi perbedaan tersebut agar semua siswa/i dapat mengikuti pembelajaran secara bersamaan tanpa ada yang tertinggal.

Di SMA Negeri 1 Ponggok, pendekatan pembelajaran yang dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa/i adalah melalui pembelajaran realisasi dengan mengeksplorisasi tidak  hanya di dalam kelas melainkan juga praktik langsung di luar kelas. Para siswa/i diberi kebebasan untuk memilih objek gambar yang mereka inginkan, sehingga mereka menjadi lebih antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Setiap guru memiliki pendekatan yang berbeda dalam mengajar. Namun, harapan mereka adalah agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa-siswi SMAN 1 Ponggok.

Maka cara pengembangan yang dilakukan oleh Bapak Subroto yakni pengembangan diluar sekolah dengan mendirikan sebuah sanggar lukis secara pribadi untuk siswa-siswinya yang memiliki minat lebih dalam bidang seni rupa.

Sanggar lukis ini terbuka untuk umum juga, sehingga tidak hanya siswa-siswi dari sekolahnya yang dapat bergabung, tetapi orang-orang dari semua kalangan, mulai dari tingkat SD hingga orang dewasa.

Berdasarkan hasil observasi melalui wawancara online, disimpulkan bahwa pada dasarnya guru telah berhasil menciptakan iklim belajar yang membuat siswa/i merasa nyaman. Meskipun cara untuk menarik minat siswa-siswi mungkin belum sepenuhnya efektif, namun pendekatan dalam pembelajaran seni budaya sudah cukup baik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pemanfaatan media pembelajaran, termasuk guru, materi, peralatan, teknik, dan lingkungan, dapat sangat membantu dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran. Meskipun menggunakan alat dan bahan yang sederhana, proses pembelajaran tetap dapat berlangsung dengan baik, memungkinkan siswa-siswi untuk berekspresi secara bebas sesuai dengan keinginan mereka dalam berkarya.

 

Penulis:

  1. Anggilia Dwi Anesti
  2. Dhea Maharani
  3. Mahira Isnaini Hanum
  4. Wildatus Sholikha
  5. Nadya Rizma Amellia
  6. Ghani Zelbinarta
  7. Dirgantara Andi Londy

Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Malang

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI