Pembuatan Pupuk Organik dengan MA-11, Apakah Lebih Baik?

Petani
Penyuluhan tentang pembuatan pupuk organik dengan menggunakan kotoran kambing (srintil) dengan MA-11.

Pupuk organik merupakan salah satu pupuk yang sering dipilih oleh petani lokal, karena pupuk organik memberikan keunggulan yang baik dibanding pupuk kimia salah satunya adalah dengan meningkatnya produktivitas lahan yang ada dan juga tidak berbahaya bagi kesehatan dibanding dengan pupuk kimia.

Maka dari itu peran pupuk di sini sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan tanaman, karena jika tidak memperhatikan kualitas tanah dan kualitas pupuk yang akan digunakan maka tanaman tidak akan bisa untuk bertumbuh dengan maksimal.

Maka dari itu, pentingnya bagi petani lokal untuk terus memperbaharui ilmu agar bisa terus untuk meningkatkan kualitas pupuk yang akan digunakan sehingga juga akan meningkatkan kualitas tanaman yang akan dihasilkan.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Mempertahankan Ketahanan Pangan Negara menjadi Petani Milenial

Salah satu cara yang bisa dilakukan agar para petani bisa terus memperbaharui pengetahuan dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan adalah dengan mengikuti penyuluhan.

Maka dari itu pada tanggal 12 Oktober 2022, terbentuklah sebuah kegiatan penyuluhan tentang pembuatan pupuk organik dengan menggunakan kotoran kambing (srintil) dengan MA-11 dan juga penyuluhan tata cara pembuatan pembasmi hama organik kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) yang berada di RW 05 Kelurahan Tanggung Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar.

Yang menjadi narasumber bagi penyuluhan ini adalah Bapak Yoko, beliau adalah ketua gabungan kelompok tani yang berada di RW 05.

Pada materi awal penyuluhan, Bapak Yoko menjelaskan secara singkat cara mengukur jumlah tanah yang berada dalam polybag, “Jumlah tanah yang ada di dalam polybag maksimal 80% dari volume polybag, agar ketika kita menyiram air ke tanaman tidak tumpah, ditambah jika ada pertumbuhan dari tanaman tersebut, maka pertumbuhan tersebut tidak akan terganggu,” ujar beliau.

Selain dari jumlah tanah yang harus diperhatikan agar bisa mendapatkan hasil yang baik, kualitas tanah yang dipakai pun juga harus yang baik.

Menurut bapak Yoko kualitas tanah yang baik untuk menanam tanaman adalah tanah yang bertekstur gembur, selain itu tanah yang digunakan harus bebas dari zat logam berat, hal ini ditandai dengan tanah yang berwarna kuning kemerah-merahan atau warna yang hampir menyerupai besi tua.

Baca Juga: Menjadi Bintang bagi Petani Kopi

Setelah menjelaskan tentang tanah, Pak Yoko lalu menjelaskan tentang cara membuat pembasmi hama organik, terdapat dua pembasmi hama organik yang bisa dibuat dengan mudah yaitu dengan menggunakan tembakau dengan kualitas yang rendah dan juga menggunakan nasi basi sebagai bahan dasar.

Cara pembuatan dari pembasmi hama ini sedikit memerlukan waktu, untuk pembasmi hama dengan nasi basi memerlukan waktu 5 hari agar bisa digunakan menjadi pambasmi hama. Hal ini dilakukan dengan cara merendam nasi dengan air bersih dan ditutup rapat.

Lalu pembuatan pembasmi hama lainnya adalah menggunakan tembakau yang berkualitas rendah, memerlukan waktu 12 jam untuk proses fermentasi agar bisa digunakan untuk menjadi pembasmi hama.

Pak Yoko pun juga menjelaskan bagaimana cara pembuatan dari pembasmi hama organik ini, “Yang ini adalah pembasmi hama dengan menggunakan tembakau, pastikan tembakau yang dipakai adalah tembakau dengan kualitas yang paling rendah, direbus dengan alat khusus namun jika tidak mempunyai alat tersebut bisa menggunakan alternatif dengan cara menuangkan air panas ke tembakau tersebut dan ditutup rapat hingga 12 jam, hingga air tembakau tersebut dingin,” ujar Pak Yoko.

Lalu jika ingin dijadikan sebagai pembasmi hama, air tembakau tersebut dicampur dengan air perasan bawang merah dengan komposisi 1 ons bawang merah dengan 2 liter air, setelah itu ambil masing-masing 2 tutup botol dari air tembakau dan air bawang merah dicampur dengan air sebanyak 1 liter.

Pak Yoko menyarankan agar pembasmi hama ini disemprotkan di belakang daun, karena hama pada tanaman biasanya muncul di belakang daun.

Lalu materi terakhir yang disajikan oleh Bapak Yoko adalah tentang pembuatan pupuk, pupuk yang dipresentasikan adalah pupuk yang terbuat dari kotoran kambing, menurut Bapak Yoko, proses fermentasi pupuk menggunakan kotoran kambing memperlukan waktu yang cukup lama yaitu 1 bulan, hal ini dikarenakan oleh beberapa hal yaitu seminggu pertama pupuk ini akan melalui proses airasi untuk pengomposan lalu untuk 3 minggu selanjutnya pupuk ini harus didiamkan untuk menghilangkan bau amoniak agar siap digunakan.

Baca Juga: Berkebun sebagai Media Belajar Cara Mengenal Alam

Setelah materi berakhir, penyuluhan ini dilanjutkan dengan praktik pembuatan pupuk organik dengan menggunakan kotoran kambing dan MA-11, MA-11 sebenarnya tidak jauh berbeda dengan MOL yang digunakan pada pupuk organik pada umumnya namun, MA-11 mempunyai keunggulan karena kandungan Microbacter Alfaafa, dengan adanya Microbacter Alfaafa-11 kandungan gizi akan meningkat secara signifikan.

Setelah penjelasan tentang keunggulan produk MA-11 ini Pak Yoko berlanjut kepada proses pembuatannya. Bahan dan alat yang perlu disiapkan adalah:

  • Terpal;
  • Cangkul;
  • Ember;
  • Sekam bakar;
  • 100 kg kotoran kambing;
  • 7.5 liter air;
  • MA-11;
  • 1 ons gula pasir dan garam dapur.

Lalu cara pembuatan agar menjadi pupuk organik adalah:

  1. Siapkan pupuk yang sudah dicampur dengan kotoran kambing;
  2. Siapkan ember berisi air dengan perbandingan 7,5 liter : 100 kg kotoran kambing;
  3. Campur air dengan larutan MA-11;
  4. Siram larutan ke campuran pupuk dan kotoran kambing;
  5. Tutup rapat dengan terpal.
Prroses pembuatan pupuk.

Dengan adanya penyuluhan ini diharapkan bisa menambah wawasan baru dan meningkatkan produktivitas kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) yang berada di RW 05 Kelurahan Tanggung Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar.

Penulis: Kelompok 29 KKN-T Gelombang II 2022
1. Abraham Immanuel Vergi Tambunan
2. Dian Ayu Anjani Prasetyo
3. Sugma Cantikasari
4. Elit Ella Mustika
5. Elkana Yolanda Br Tarigan
6. Nizar Abdurrahman
7. Fauzan Atha Prakoso
8. Fanni Silvana
9. Gadis Elvira Amanda
10. Dandy Wahyu Ali Mashuri
11. Ken Bintang Rafi

Mahasiswa Jurusan Agribisnis UPN Veteran Jawa Timur

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI