Pengaruh Kematangan Emosi terhadap Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan Usia Dini

Perkawinan
Ilustrasi: pixabay.com

Abstrak

Judul artikel ini adalah Pengaruh Kematangan Emosi terhadap Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan Usia Dini. Latar belakang artikel ini adalah untuk berharap menikah di usia dini harus dipersiapkan dengan matang.

Tujuan artikel ini adalah untuk memberitahu bahwa menikah di usia muda tidaklah mudah, harus dipersiapkan secara mental. Manfaat membaca artikel ini adalah supaya anda bisa mengetahui bahwa pengaruh kematangan emosi terhadap perkawinan pada pasangan usia dini itu sangat penting.

Kata Kunci: Pengaruh, Kematangan Emosi, Penyesuaian, Faktor-Faktor.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Risiko Pernikahan Dini bagi Remaja Perempuan

Pendahuluan

Pernikahan di usia muda masih sangat tinggi, hal tersebut bisa dilihat dari pernikahan usia muda pada kalangan remaja. Dan banyak terjadi di berbagai tempat di tanah air baik di perkotaan maupun di pedesaan, baik menengah ke atas maupun kalangan menengah ke bawah.  

Adapun penyebab pernikahan anak remaja dini disebabkan juga karena pandemi dan ini tidak jauh berbeda dengan penyebab pernikahan dini pada kondisi normal. Pada sekitar 400-500 anak perempuan usia 10-17 tahun berisiko menikah dini akibat pandemi Covid-19.

Sering kali juga pernikahan dini dengan alasan karena orang tua ingin segera lepas dari tanggung jawabnya karena dengan menikahkan anak, mereka menganggap bahwa tanggung jawab dialihkan kepada suami anaknya.

Selain itu juga ada orang tua yang beralasan bahwa menikah dini untuk menghindari fitnah. Dan sering kali juga pernikahan dini terjadi pihak perempuan telah hamil di luar nikah.

Akibat dari perkawinan usia muda ini mempunyai dua dampak yaitu dampak postif dan dampak negatif, dampak positif nikah usia muda adalah meringankan beban salah satu pihak dari keluarga walaupun tidak sepenuhnya, karena dengan pernikahan tersebut beban keluarganya akan sedikit terkurangi.

Sedangkan dampak negatifnya adalah banyak keluarga yang menikah muda yang berakhir dengan perceraian. Untuk kasus ini perceraian di Indonesia semakin meningkat dan perceraian di Indonesia yang paling tinggi yaitu pada pasangan usia dini. Dalam proses perkawinan dibutuhkan kematangan emosi agar tidak salah dalam mengambil keputusan dalam berumah tangga.

Baca Juga: Faktor Penyebab Pernikahan Dini

Kematangan Emosi terhadap Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan Usia Dini

Pasangan usia dini merupakan masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik.

Remaja terkadang terlihat sedih dan pada saat bersamaan bisa terlihat begitu gembira, kesedihan dan kegembiraan bahkan sulit untuk dikendalikan jika itu terjadi sehingga ketika dihadapkan pada suatu permasalahan cenderung menghadapi dengan emosi yang meluap-luap dan terjadilah pengambilan keputusan dengan jalan perceraian.

Sebab di mana usia dini itu sedang masa labil biasanya punya sikap egois dan maunya menang sendiri sehingga kemungkinan terjadinya konflik keluarga sangat besar. Itulah mengapa banyaknya perceraian terjadi pada kalangan pasangan yang menikah dini karena dengan memiliki emosi yang cenderung meledak-ledak sulit untuk menyesuaikan perkawinan.

Berdasarkan beberapa pengertian penyesuaian pernikahan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian pernikahan merupakan poses interaksi dan sejumlah perasaan suami dan istri terhadap pernikahan mereka, menyesuaikan diri, mengembangkan, serta menumbuhkan interaksi, dan pencapaian kepuasan yang maksimum terhadap hubungan yang mereka bentuk.

Mereka dihadapkan dengan suatu permasalahn yang sulit maka kemampuan penyesuaian diri inilah yang nantinya akan membawa mereka mencari solusi yang baik atau bahkan solusi yang berdampak buruk.

Dalam perkawinan adalah kematangan emosi. Kematangan emosi akan menentukan apakah orang tersebut mampu melakukan penyesuaian terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam perkawinan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kematangan emosi dengan penyesuaian perkawinan pada pasangan dini.

Hipotesa

Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara kematangan emosi terhadap penyesuaian perkawinan pada pasangan yang menikah usia dini. Semakin tinggi kematangan emosi, maka semakin baik penyesuaian perkawinannya.

Baca Juga: Pernikahan Dini Dianjurkan dalam Islam, Benarkah?

Dan adapun beberapa faktor-faktor kematangan emosi:

  • Kemandirian, mampu memutuskan apa yang dikehendaki dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya;
  • Kemampuan menerima kenyataan, mampu menerima kenyataan bahwa dirinya tidak selalu sama dengan orang lain, mempunyai kesempatan, kemampuan, serta tingkat intelegensi yang berbeda dengan orang lain;
  • Kemampuan beradaptasi, orang yang matang emosinya mampu beradaptasi dan mampu menerima beragam karakteristik orang serta mampu menghadapi situasi apapun;
  • Kemampuan merespon dengan tepat, individu yang matang emosinya memiliki kepekaan untuk merespon terhadap kebutuhan emosi orang lain, baik yang diekspresikan maupun yang tidak diekspresikan;
  • Merasa aman, individu yang memiliki tingkat kematangan emosi tinggi menyadari bahwa sebagai mahluk sosial ia memiliki ketergantungan pada orang lain;
  • Kemampuan berempati, mampu berempati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan memahami apa yang mereka pikirkan atau rasakan;
  • Kemampuan amarah, individu yang matang emosinya dapat mengetahui hal-hal apa saja yang dapat membuatnya marah, maka ia dapat mengendalikan perasaan marahnya.

Menurut Hurlock (1990), faktor yang mempengaruhi kematangan emosi yaitu:

  1. Usia. Semakin bertambah usia individu, diharapkan emosinya akan lebih matang dan individu akan lebih dapat menguasai dan mengendalikan emosinya. Individu semakin baik dalam kemampuan memandang suatu masalah, menyalurkan, dan mengontrol emosinya secara lebih stabil dan matang secara emosi.
  2. Perubahan fisik dan kelenjar. Perubahan fisik dan kelenjar pada diri individu akan menyebabkan terjadinya perubahan pada kematangan emosi. Sesuai dengan anggapan remaja adalah periode “badai dan tekanan”, emosi remaja meningkat akibat perubahan fisik dan kelenjar.

Beberapa ahli juga berpendapat faktor yang mempengaruhi kematangan emosi yaitu:

  1. Pola asuh orang tua. Dari pengalamannya berinteraksi dengan keluarga menentukan pula-pola perilaku anak terhadap orang lain dalam lingkungannya.
  2. Lingkungan. Kebebasan dan kontrol yang mutlak dapat menjadikan penghalang dalam pencapaian kematangan emosi remaja.
  3. Jenis kelamin. Laki-laki dikenal lebih berkuasa jika dibandingkan dengan perempuan, mereka memiliki pendapat tentang kemaskulinan terhadap dirinya sehingga cenderung kurang mampu mengeksperesikan emosi seperti perempuan.

Baca Juga: Pembentukan Karakter bagi Remaja untuk Menghindari Pernikahan Dini, Kekerasan, dan Seks Bebas

Kesimpulan

Dapat dibuktikan bahwa seseorang yang belum matang emosinya tentu sulit untuk menyesuaikan diri bilamana dihadapkan dengan situasi yang mempengaruhi bahtera rumah tangga mereka sehingga berdampaklah kepada keutuhan rumah tangga.

Oleh karena itu dalam perkawinan masing-masing individu yang terikat perkawinan tersebut perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian.

Kematangan emosi di sini sangatlah penting karena untuk menggabungkan dua karakter kepribadian yang berbeda dan kekurangan-kekurangan dari pasangan satu sama lain sangatlah susah apabila pada pasangan baru menikah, dapat dikatakan pada tahun-tahun pertama mengalami kriris dalam rumah tangga karena pada masa ini mereka pasangan suami istri bisa jadi mengalami kekecewaan yang mendalam karena rumah tangga mereka jauh dari apa yang mereka harapkan atau mereka impikan selama ini sehingga menimbulkan perbedaan pendapat yang tidak pernah tampak sebelumnya.

Di sinilah bentuk peran penyesuaian diri pada perkawinan, apabila seseorang belum mencapai kematangan emosi, di mana ketika mereka dihadapkan dengan suatu permasalahan sulit maka kemampuan penyesuaian diri inilah yang nantinya akan membawa mereka mencari solusi yang baik atau bahkan solusi yang berdampak buruk.

Penulis: 

Nabila Mahmuda
Mahasiswa Psikologi Universitas Binawan

Dosen Pengampu: 

Apriani Riyanti, S.Pd., M.Pd.

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Daftar Pusaka

Amas, A. (2006). Hubungan antara penerimaan diri dan kematangan emosi. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

 Anjani, C., & Suryanto. (2006). Pola penyesuaian perkawinan pada periode awal. Insan Media Psikologi, 8 (3),198-210.

Tadjuddin, A. K. (2010). Hubungan penyesuaian kematangan emosi dengan penyesuaian diri pada masa pernikahan awal. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Psikologi.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI