Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning Saat Pandemi Covid 19 terhadap Siswa SD

Belajar Online, gambar dari Pexels.

Pada saat pandemi Covid 19, Pemerintah menetapkan kebijakan terkait pendidikan di Sekolah Dasar yaitu memberlakukan sistem pembelajaran daring. Namun, tidak semua sekolah dapat menerapkan kebijakan dari pemerintah, salah satunya di daerah Kabupaten Purworejo.

Di Purworejo sebagian ada yang menerapkan pembelajaran daring dan ada yang tidak bisa menerapkan pembelajaran daring secara terus-menerus. Sekolah yang tidak menerapkan pembelajaran daring secara terus-menerus memberlakukan sistem pembelajaran Blended Learning yaitu online dan daring tergantung dari kebijakan sekolah masing–masing.

Blended Learning merupakan pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar, dan gaya pembelajaran yang berbeda serta ditemukan pada komunikasi terbuka di antara seluruh bagian yang terlibat dengan pelatihan.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Metode Pembelajaran di Masa Pandemi terhadap Teori Belajar di Era Digital

Menurut Driscol (2002) Blended Learning merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan atau menggabungkan berbagai teknologi berbasis web, untuk mencapai tujuan pendidikan.

Dari pengertian tersebut, model pembelajaran Blended Learning dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang dilakukan dengan cara menggabungkan, mencampurkan, mengkombinasikan sistem pendidikan konvensional dengan sistem pendidikan berbasis digital.

Manfaat dari model Blended Learning diantaranya: (1) pembelajaran lebih fleksibel karena siswa tidak harus setiap hari datang ke sekolah; (2) Efektif meningkatkan hasil belajar siswa; (3) Meningkatkan keterlibatan siswa; dan (4) Meningkatkan partisipasi siswa.

Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan Blended Learning tentu saja tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru, siswa, dan bagi orang tua, hal ini dikarenakan menggunakan sistem Blended Learning maka jadwal peserta didik dalam pembelajaran berdasarkan dari kebijakan sekolah.

Ada sekolah yang memberlakukan sistem pembelajaran tiga hari luring dan tiga hari daring, dan jadwal tersebut bergantian dengan kelas-kelas yang lain. Misalnya kelas 1, 2, dan 3 hari Senin daring, maka untuk kelas 4, 5, dan 6 luring.

Tentu saja dari pembagian jadwal tersebut mungkin tidak efektif bagi siswa, karena jadwal peserta didik ke sekolah bergantian yaitu luring ataupun daring. Siswa yang kurang mampu atau yang belum memiliki handphone dalam pembelajaran tidak bisa semaksimal mungkin.

Hal ini dikarenakan siswa tersebut kurang mendapat informasi mengenai pembelajaran yang dilakukan secara daring dan untuk mengatasi permasalahan tersebut orang tua atau wali siswa biasanya akan menyuruh tetangganya untuk menginformasikan pembelajaran siswa di hari itu.

Selain itu bagi siswa yang tempat tinggal terpencil akan terkendala sinyal sehingga mengakibatkan proses belajar yang dilakukan secara daring menjadi tidak efektif.

Bagi sebagian guru mungkin merasa asing dengan pembelajaran menggunakan sistem Blended Learning sehingga dalam pengaplikasiannya dalam pembelajaran masih kurang baik yang mengakibatkan komponen dalam pembelajaran menjadi tidak terpenuhi.

Sedangkan, dalam kurikulum 2013 pembelajaran tematik materinya digabung, yang membuat guru merasa bingung dalam mengaplikasikan atau mengaitkan pembelajaran mengunakan sistem Blended Learning dalam pembelajaran tematik kurikulum 2013.

Guru yang merasa bingung dalam mengaplikasikan pembelajaran Blended Learning secara daring, cenderung hanya akan membagikan materi disertai tugas tanpa adanya video pembahasan materi dari guru tersebut. Maka hal itu akan mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalam menguasai materi.

Adanya pemberian tugas yang sangat banyak membuat siswa merasa bosan dan mungkin dari orang tua yang tidak memahami materi atau tugas yang diberikan oleh guru kepada anaknya, orang tua tidak bisa membimbing anaknya dalam pembelajaran Blended Learning secara baik.

Baca Juga: Meningkatkan Semangat dan Motivasi Belajar di Masa Pandemi Covid-19 Melalui Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) Agar Tercipta Media Pembelajaran yang Menyenangkan

Kelebihan pembelajaran Blended Learning yaitu menghemat waktu. Sedangkan, kekurangan dari pembelajaran Blended Learning diantaranya keterbatasan dalam sarana dan prasarana yang tidak memadai tentu akan kesulitan ketika mengakses pembelajaran.

Adapun kekurangan dari model pembelajaran Blended adalah peserta tidak didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, ketergantungan terhadap internet dan media elektronik, kurangnya pengawasan dari orang tua, serta akses di tempat tertentu juga masih menjadi kendala bagi peserta.

Sedangkan, kekurangan bagi guru yaitu kesulitan mendesain cara pembelajaran dan guru belum mendapatkan solusi yang terbaik dalam mendesain pembelajaran yang menarik bagi peserta didik.

Blanded learning bisa menjadi solusi guna untuk: (1) membangun sinergi antara sekolah, siswa, dan rumah; (2) membangun pembelajaran yang esensial; dan (3) membangun pembelajaran yang relevan, kaya, dan menarik.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Blended Learning adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan cara menggabungkan, mencampurkan, mengkombinasikan sistem pendidikan konvensional dengan sistem pendidikan berbasis digital.

Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan Blended Learning tentu saja tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru, siswa, dan bagi orang tua.

Maka diperlukan solusi membangun sinergi antara sekolah, siswa, dan rumah, membangun pembelajaran yang esensial, dan membangun pembelajaran yang relevan, kaya, dan menarik.

Penulis: Retno Febriyanti, Anis Budiarti, dan Shirley Zahra Zeta

Mahasiswa Jurusan PGSD Universitas Muhammadiyah Purworejo

Editor: Ika Ayuni Lestari

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI