Pengaruh Pengetahuan terhadap Tumbuh Kembang si Kecil: Bunda di Wilayah Lahan Basah Juga Bisa!

Tumbh Kembang si Kecil
Ibu dan Bayi (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Lahan basah memiliki karakteristik penduduk yang dominan akan bekerja sebagai nelayan, penyarap, serta pedagang.

Laki-laki dan perempuan memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam melakukan pekerjaannya.

Melakukan rutinitas bekerja tersebut tidak dipungkiri adalah pekerjaan turun-temurun yang diwariskan ke generasi selanjutnya, sehingga pekerjaan diatas tidak dilandasi standar pendidikan, nilai akademik, dan ilmu pengetahuan secara general.

Bacaan Lainnya
DONASI

Dengan begitu, penduduk wilayah lahan basah tidak perlu memikirkan pendidikan dan cenderung memiliki tingkat pendidikan yang rendah paling tidak pendidikan penduduk wilayah lahan basah adalah lulusan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan 1/4 penduduk bersekolah sampai sekolah menengah atas.

Bukankah Pendidikan Menjadi Hal yang Esensial?

Tentu saja, tanpa pendidikan dan ilmu pengetahuan hidup tidak akan seimbang, akan ada ketimpangan sosial yang terjadi akibat hal ini.

Wilayah lahan basah juga memiliki karakteristik penyakit sendiri, sehingga dengan adanya pendidikan, masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara melindungi dirinya masing-masing.

Secara garis besar pendidikan dan pengetahuan yang memumpuni bagi seluruh penduduk merupakan hal penting, apalagi bila penduduk dengan berjenis kelamin perempuan mengutamakan pendidikannya terlebih dahulu sebelum akhirnya melakukan pekerjaan seperti menjadi nelayan, penyarap, dan pedagang.

Pendidikan sangatlah penting khususnya bagi perempuan yang sudah menikah dan sedang berada di usia subur memiliki keturunan adalah hal yang tidak bisa dicegah apalagi dengan kurangnya ilmu pengetahuan terhadap KB.

Pendidikan sang ibu harus diperhatikan sehingga dari masa subur kehamilan, melahirkan, nifas, dan tahap tumbuh kembang anak yang harus dilakukan pemantauan secara berkala.

Apa yang Terjadi Bila Pengetahuan Ibu Tidak Memumpuni?

Kemungkinan terbesar yang terjadi adalah kehamilan berisiko, nifas berisiko, neonatus berisiko, stunting, wasting, kekurangan berat badan, hingga berujung pada kematian.

Adakah Cara untuk Memutuskan Rantai Kejadian Berisiko terhadap Ibu dan Anak?

Tentu saja ada, cara yang paling ampuh adalah dari pendidikan yang dimiliki seorang ibu itu sendiri. Mengapa demikian?

Pendidikan seorang ibu akan mencerminkan perkembangan anaknya, bila anak hidup dari ibu yang memiliki pendidikan yang baik serta berintelektual tinggi, maka pendidikan yang diberikan kepada anak dari seorang ibu tersebut akan baik pula. Karena seperti yang kita ketahui bahwa ibu adalah pendidik pertama untuk anak.

Apa saja Rantai Penyebab Risiko terhadap Kesehatan Ibu dan Anak?

1. Pengetahuan

Pengetahuan ibu sangat lah penting dalam menyikapi hal-hal eksternal yang datang khususnya saat berbincang dan menukar informasi sesama ibu, orang tua, dan orang lain.

Dengan pendidikan, informasi yang salah dan tidak menjurus pada kepentingan buah hati dapat dihindari, sehingga kejadian berisiko minim terjadi.

Pengetahuan menjadi puncak dalam menyikapi konspirasi yang beredar di masyarakat, saat memiliki pengetahuan maka penolakan dan berpikir kritis akan bekerja sehingga tidak mengganggu tumbuh kembang si kecil.

2. Nilai Budaya

Nilai budaya merupakan kepercayaan atau adat istiadat yang sedari lama sudah melekat pada suatu masyarakat sehingga hal ini turun-menurun sering kali dilakukan.

Bila tidak dilakukan, maka akan ada stigma yang melekat dengan sesuatu yang buruk akan terjadi dan terkesan tidak hormat kepada nenek moyang terdahulu.

Sedangkan, di zaman sekarang sudah pasti informasi dapat datang dari mana saja, akses ke informasi sangatlah mudah, tapi nilai budaya yang melekat dan cenderung dipaksa untuk dilakukan.

Menjadi hal yang menakutkan untuk dilawan, padahal tidak semua nilai budaya itu baik adanya, terkadang memiliki risiko yang tinggi bila dilakukan kepada si buah hati.

Contohnya: Pisang boleh dikonsumsi oleh bayi usia 3 bulan, dalam dunia kedokteran hal ini sudah pasti tidak diperbolehkan, bayi usia 3 bulan harus menerima asi eksklusif sampai berusia 6 bulan.

Diikuti dengan kepercayaan lainnya seperti, bayi diperbolehkan minum air kelapa agar l ketika besar akan memiliki kulit putih, dan bayi harus dijemur satu jam pada setiap pagi hari agar mendapat matahari yang cukup.

3. Asupan  Ibu dan anak

Akibat minimnya pengetahuan dan seringnya adat istiadat yang salah disuarakan, kesalahan pun terjadi, pola makan dan asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu dan anak menjadi tidak seimbang dan jauh dari apa yang dibutuhkan, hal ini akan membuat perkembangan ibu dan anak menjadi sebuah risiko yang berkelanjutan.

Saat ibu yang sedang hamil mendengarkan mitos yang sudah menjadi hal lumrah, seperti tidak boleh mengkonsumsi cumi membuat defisiensi terhadap kebutuhan ibu dan janin padahal sudah jelas cumi mengandung banyak nutrisi.

Kesalahan informasi ini yang berawal dari rendahnya pengetahuan sang ibu menjadikan nyawa ibu dan anak sebagai taruhan, hal-hal yang seharusnya dibutuhkan sering dilewatkan bahkan tidak pernah diikuti.

Sebaliknya hal-hal yang tidak baik dan jauh dari anjuran dokter atau bidan dilakukan terus-menerus dengan alih-alih kepercayaan zaman dahulu membuat orang yang sudah tua tetap sehat dan panjang umur, padahal hal tersebut sudah dipastikan tidak ada benarnya.

Namun tidak perlu risau akan hal tersebut, ibu-ibu semuanya bisa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) di posyandu sekitar rumah.

Posyandu akan memberikan buku kesehatan ibu dan anak (KIA), ini bukan sembarangan buku loh bu, di dalam buku ini ada banyak sekali informasi yang diberikan mulai dari kesehatan untuk ibu dari masa kehamilan, saat bersalin dan saat nifas, bayi baru lahir sampai anak berusia 6 tahun.

Kemudian setiap bulannya kader posyandu akan memberikan penyuluhan kesehatan melalui program-program yang ditetapkan.

Dari penyuluhan ini juga ibu akan mendapatkan pemahaman dalam hal kesehatan dan ada prateknya juga, sangat berguna loh bu tenang aja engga lama dan engga bakal ngebosenin kok.

Karena sudah menjadi kewajiban tenaga kesehatan di posyandu, untuk menyampaikan infromasi pengetahuan dan pemahaman yang mudah dimengerti dan menyenangkan untuk didengarkan.

Karena pendidikan yang dimiliki oleh ibu akan menyelamatkan generasi setelahnya, pendidikan adalah ilmu pasti dan akan selalu menjadi pedoman dalam hidup kita, semua orang bisa memiliki pendidikan, niat dan konsistensi adalah keperluan utama dalam mengejar pendidikan.

Keterbatasan yang dimiliki penduduk wilayah lahan basah harus dijadikan sebuah motivasi untuk hidup yang lebih baik kedepannya, ibu bisa! ibu hebat! ibu kuat! demi masa depan yang baik, maka persiapkan pendidikan yang baik pula.

Penulis:

  1. Putri Ayu Nurhaliza
  2. Muhammad Pandu Aditya
  3. Melvi Kurnia Asfitri
  4. M. Aden Gianto
  5. Abied Habibilah

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI