Menilik Jurus-Jurus Dapatkan Suara Generasi Muda

Generasi Muda
Generasi Muda (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Sudah sejak lama politik identik untuk orang-orang yang berkuasa saja. Politik Indonesia selalu jauh dari kata terbuka.

Tidak semua orang bisa mendapatkan akses informasi tentang perpolitikan Indonesia terlebih ketika kebebasan pers dibungkam oleh para petinggi negara.

Seiring berkembangnya zaman kebebasan mulai dijunjung tinggi. Perlahan-lahan politik mulai terbuka bagi semua kalangan.

Bacaan Lainnya
DONASI

Sekarang semua informasi sekecil apapun bisa didapat oleh masyarakat. Mulai tidak ada batas atau eksklusivitas untuk masyarakat tertentu.

Melalui media sosial dan media massa arah perpolitikan Indonesia mulai berubah untuk pemilih muda. Banyak cara kampanye yang diubah untuk menggaet anak muda.

Arah perpolitikan Indonesia berubah bukan untuk kalangan tertentu lagi namun untuk kalangan muda yang mulai mendominasi politik Indonesia.

Dahulu, politik Indonesia terkesan hanya untuk orang-orang yang berjabatan. Jarang adanya keterlibatan anak muda.

Kampanye yang dilakukan calon-calon politik lebih ditujukan kepada orang tua yang dianggap lebih mengerti politik.

Salah satu contoh berkampanye dahulu adalah melalui dangdut, banner besar di jalan, iklan di televisi, iklan di radio, dan cara lainnya yang menarik perhatian orang yang lebih dewasa.

Contohnya Anang Hermansyah yang menciptakan lagu dangdut untuk kampanye pasangan Khofifah-Emil. Dalam lagunya Lagu Anang berlirik “Hompimpa.. pilihlah Khofifah-Emil, Hompimpa.. ayo Jatim sejahtera..”.

Lagu ini dibawakan oleh Anang Hermansah bersama dengan istrinya, Ashanty. Tidak hanya itu, kampanye melalui dangdut juga dilakukan dengan cara membawakan penyanyi terkenal yang bisa memeriahkan panggung kampanye politik.

Telah diakui bahwa dangdut membawa banyak orang bersama. Saat alunan musik mulai orang-orang akan sepontan datang dan bergoyang.

Para calon politik akan menyampaikan visi serta misinya kepada penyanyi dangdut. Setelah itu penyanyi akan membawakannya dalam lagu yang dibuatnya.

Cara ini berhasil untuk menarik perhatian masyarakat. Khususnya masyarakat yang sudah dewasa. Cara lain untuk berkampanye dahulu adalah sekedar pidato.

Cara-cara tersebut tidak menarik perhatian anak muda. Sehingga partisipasi anak muda kecil dalam kegiatan politik.

Namun, dengan perkembangan zaman dan berkembangnya partisipasi anak muda di dunia politik. Sekarang, para calon-calon politik mulai menggunakan cara-cara baru untuk menarik perhatian muda, seperti menggunakan sosial media.

Indonesia sedang mengalami sebuah fenomena dimana usia produktif masyarakat indonesia mendominasi dibanding usia tua yang disebut dengan bonus demografi.

Bonus demografi yang dimaksud adalah masa di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia.

Tahun 2024 Indonesia akan melaksanakan pemilihan presiden, kepala daerah, jabatan pemerintahan periode 2024-2029.

Pesta demokrasi nanti akan menjadi pesta demokrasi dengan rata-rata pemilih adalah anak muda. Sebanyak 113.622.550 orang pemilih berasal dari generasi milenial dan generasi Z.

Jumlah ini menunjukan bahwa 56,45% pemilih di Indonesia adalah anak muda dan 43,55% lainnya adalah generasi x.

Dengan mendominasinya generasi muda dalam politik Indonesia tentu saja merubah cara berkampanye dan arah perpolitikan Indonesia.

Para pasangan calon harus mengkampanyekan diri mereka masing-masing dengan gaya yang modern dan kekinian. Partai politik mulai merubah cara kampanye mereka dengan berbagai cara agar bisa menggaet anak muda.

Pertama, partai politik merekrut berbagai influencer. Influencer adalah figur dalam sosial media yang memiliki pengikut dalam jumlah banyak dan pengaruh bagi para pengikutnya.

Jika influencer mendukung hal tertentu maka pengikutnya akan cenderung mengikuti idolanya tersebut. Hal tersebut dilihat oleh partai politik sebagai sarana untuk dapat menggaet anak muda mendukung kader partainya.

Jika seorang influencer mendukung kader partai atau mendukung partai tertentu maka pengikut dari influencer tersebut cenderung akan mengikuti idolanya tersebut.

Contoh dari partai menggunakan influencer untuk mempromosikan partainya adalah Partai Amanat Nasional (PAN).

PAN merekrut berbagai influencer anak muda untuk bisa mempromosikan partainya. Berbagai Influencer seperti

Lutfi Agizal, Verrel Bramasta, Elly Sugigi,  Uya Kuya, Desy Ratnasari, Pasha Ungu, Marissya Icha, dan  Eko Patrio.

Nama-nama tersebut memiliki jumlah pengikut yang sangat banyak dan terkenal di masyarakat.

Dengan merekrut influencer yang berpengaruh, PAN menjadi partai yang dianggap sebagai partai anak muda. Hal tersebut membuat PAN memiliki jumlah pendukung anak muda yang banyak karena dengan dipromosikan oleh influencer.

Kedua, partai politik menggunakan sosial media sebagai platform pengiklanan. Media sosial merupakan platform yang memungkinan penggunanya untuk membuat konten serta berinteraksi langsung dengan pengguna sosial media lainnya.

Anak muda menggunakan sosial media dalam kehidupan sehari-hari, contohnya Twitter, Instagram, dan Tik-Tok.

Partai politik melihat sosial media sebagai sarana untuk menarik perhatian anak muda dan sebagai platform yang mampu menghubungkan banyak pengikut dalam waktu yang lebih cepat.

Bahkan kadang strategi kampanye tidak secara jelas mempromosikan kampanye namun, orangnya secara individu.

Contohnya di Instagram, Prabowo mempromosikan dirinya sebagai seseorang yang penyayang kucing. Bobby, kucing milik Prabowo memiliki akun Instagram (@bobbythek4t) dengan lebih dari 64 ribu pengikut.

Strategi ini berhasil menarik anak muda karena Prabowo dilihat sebagai orang yang halus karena menyayangi kucing. Selain itu juga ada Ganjar Pranowo yang menghadiri acara YouTube Deddy Corbuzier, Close the Door.

Terlihat bahwa kampanye saat ini lebih mengarah ke kolaborasi antara influencer dengan paslon dan cara untuk terkoneksi dengan pendukungnya.

Hal ini dilakukan agar calon dapat membangun kepercayaan dengan pendukungnya dan mengundang pendukung-pendukung baru.

Ketiga, mencalonkan kader partai anak muda. Dahulu partai politik mencalonkan kader partai orang tua karena dianggap sebagai tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat.

Sekarang dengan mendominasinya anak muda dalam perpolitikan Indonesia partai politik cenderung mencalonkan anak-anak muda sebagai wakilnya dalam pemilihan.

Anak muda menjadi representasi partai untuk mendapatkan suara generasi muda. Salah satu contohnya adalah partai PSI.

Terdapat banyak anggota partai dari PSI merupakan anak muda. Kaesang menjadi ketua umum dari partai PSI meskipun baru saja bergabung di dalamnya.

Dengan membuat kaesang sebagai ketua umum menjadikan PSI sebagai partai yang merepresentasikan anak muda.

Keempat, menggunakan tagline yang kreatif dan menarik. Sekarang ini para kader partai menggunakan tagline-tagline kreatif guna menarik hati masyarakat, terutama kaum muda.

Seperti misalnya, “Siap jungkir balik demi rakyat” yang menampilkan baliho bergambar anggota kader yang terbalik.

Dahulu para kader partai menggunakan janji-jani untuk tagline mereka seperti, “Berani melawan korupsi” atau “Menyuarakan suara rakyat”.

Mengikuti perkembangan zaman dan pasar pemilih, para kader partai berlomba-lomba untuk menarik hati para calon pemilih dengan tagline-tagline yang unik dan kreatif.

Semakin unik dan kreatif, para kader akan semakin dilirik oleh masyarakat dengan keunikannya. Namun dibalik keunikan dan kreatifitas, para kader harus siap untuk merealisasikan apa saja yang menjadi janji-janji mereka ketika kampanye.

Karena anak muda yang akan memilih nantinya akan menagih janji-janji kampanye yang telah diberikan dan para kader harus bisa merealisasikannya.

Kelima, menggunakan fashion kekinian. Mode busana yang dipakai oleh para politisi mulai berubah. Dahulu ketika menghadiri berbagai acara para politisi cenderung menggunakan pakaian yang formal seperti jas.

Sekarang para politisi menggunakan pakaian yang informal. Fashion digunakan oleh para politisi merupakan tren kekinian yang banyak diminati oleh anak muda.

Fashion tren kekinian digunakan untuk mendapatkan perhatian generasi muda dan anggapan bahwa politisi tersebut sama dan dapat merepresentasikan anak muda.

Salah satu contohnya adalah Citayem Fashion Week. Citayem Fashion Week berawal dari anak muda yang berkumpul di sekitaran SCBD (Sudirman Central Business District) menggunakan busana yang menarik serta unik.

Peristiwa tersebut menarik perhatian netizen dan sempat menjadi bahan omongan utama selama beberapa bulan.

Bukan hanya netizen, namun Citayem Fashion Week juga menarik para politikus untuk mengikuti tren, seperti Anies Baswedan.

Anies memuji adanya Citayem Fashion Week, bahwa pakaian yang dikenakan oleh para anak muda itu kreatif dan seharusnya tidak dilarang. Sebelumnya ada himbauan untuk melarang adanya Citayem Fashion Week karena dianggap banyaknya sampah yang ditinggalkan oleh para pengunjung.

Bahkan Anies langsung terjun ke Citayem Fashion Week ditemani dengan European Union Ambassador H.E. Vincent Piket, Vice President of the European Investment Bank Kris Peeters, Head of VP Kris Peeters’ Office, Sunita Lukkhoo, dan Head of EIB Group for Southeast Asia & the Pacific Lucas Lenchant.

Tindakan ini tentunya membuat pandangan positif terhadap Anies, khususnya diantara anak muda yang ikut serta atau tertarik dengan tren ini.

Hal tersebut terjadi karena Anies dinilai mengikuti tren paling terkini dan tertarik dengan apa yang anak muda lakukan saat ini.

Dengan pertumbuhan jumlah anak muda di Indonesia, menggerakan figur-figur politik untuk tidak hanya mulai menarik perhatian anak muda, namun juga mulai mengajak anak muda untuk ikut aktif dalam dunia politik.

Dahulu, dimana politik hanya melibatkan orang-orang yang berjabatan dan terkesan untuk kalangan tertentu saja.

Jarang sekali ada anak muda yang ikut aktif dalam partai atau badan-badan politik lainnya. Bahkan banyak juga yang menilai anak muda sebagai tidak profesional dan tidak berpengalaman.

Sedikitnya keterlibatan anak muda ini membuat banyak pemasaran politik hanya mengarah kepada orang yang lebih dewasa.

Sehingga banyak anak muda juga yang tidak tertarik dalam politik. Namun, seiring berjalanya waktu dengan pertumbuhan pendudukan muda, para politikus mulai sadar pentingnya peran anak muda dalam politik.

Sehingga adanya perubahan dalam kegiatan politik, kini kegiatan politik mulai melibatkan anak muda dalam kampanyenya dengan menggunakan cara yang kreatif dan modern.

Seperti menggunakan influencer, menjadikan sosial media sebagai platform kampanye, mencalonkan anak muda, membuat tagline yang kreatif, serta mengikuti tren dan fashion kekinian.

Beberapa cara ini digunakan untuk menarik anak muda untuk aktif dan berperan dalam kegiatan politik di Indonesia.

Anak muda adalah generasi yang akan meneruskan bangsa Indonesia dimasa depan. Maka dari itu partisipasi anak muda dalam perpolitikan Indonesia sangat diharapkan.

Dengan berpartisipasi dalam politik maka generasi muda dapat turut andil menentukan masa depan Indonesia.

Jika tidak ingin ikut serta dalam politik, bisa saja Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang salah atau tidak kompeten yang akan berdampak buruk bagi bangsa Indonesia.

Partisipasi dalam politik bisa dimulai dari hal-hal kecil seperti ikut dalam setiap pemilihan umum untuk memilih pemimpin.

Juga memilih pemimpin yang berkualitas dan berkompeten dalam menjalankan fungsinya jangan memilih hanya karena ikut-ikutan.

Sebelum memilih kandidat maka sebaiknya melihat latar belakang, visi, dan misinya. Maka sebagai generasi muda tidak boleh golput dan harus mulai berpartisipasi dalam perpolitikan Indonesia.

Penulis:

  1. Alfonsus Rayindra Mahari Bawono
  2. Elianna Eunique Renata
  3. Erlington Raymond Ebennesser

Siswa IPS, SMA Kolese Gonzaga

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI