Perubahan Sosial di Era Digital, The Power of Netizen: Tantangan atau Peluang?

Sosial Media
Netizen

Perubahan sosial yang signifikan terjadi seiring dengan perkembangan teknologi digital, terutama di era digital saat ini. Salah satu aspek yang sangat mencolok adalah tingkat keaktifan masyarakat di media sosial. Media sosial telah menjadi platform utama di mana masyarakat secara aktif berpartisipasi, berinteraksi, dan berbagi informasi.

Masyarakat dipercayai cenderung aktif menjalin hubungan dengan sesama di media massa dari pada di kehidupan nyata.

Aktivitas masyarakat di media sosial tidak hanya terbatas pada interaksi pribadi, tetapi juga mempengaruhi perubahan sosial yang lebih luas. Perkembangan teknologi digital seakan-akan mampu mengubah sifat manusia dalam berinteraksi di masyarakat.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Teralu Bebas Menggunakan Sosial Media, Etika Netizen Memudar

The Power of Netizen

Netizen merupakan sebutan yang digunakan untuk menggambarkan individu yang aktif berpartisipasi dan berinteraksi di dunia maya, terutama melalui platform media sosial dan situs web.

Belakangan, netizen dianggap memiliki kekuatan dalam perubahan bermasyarakat dan sosial. Sebagai aktor utama dalam dunia maya, netizen memiliki akses yang sangat luas dan dapat dengan cepat menyebarkan informasi.

Lantas, apa yang melatarbelakangi masyarakat cenderung lebih aktif dan berani di dunia maya? Terdapat beberapa faktor yang mendorong partisipasi yang lebih besar di dunia maya dibandingkan dengan interaksi di dunia nyata.

Pertama, aksesibilitas dan keterhubungan yang tinggi menjadi salah satu alasan utama mengapa masyarakat lebih aktif di media maya. Kedua, media maya menyediakan platform yang memungkinkan masyarakat untuk menyuarakan pendapat, mengemukakan isu-isu penting, dan memobilisasi dukungan.

Selain itu, media maya menawarkan lingkungan yang relatif anonim, di mana individu dapat merasa lebih bebas untuk berbicara tanpa takut dihakimi atau disalahpahami.

Hal ini dapat memberikan keberanian kepada individu untuk mengemukakan masalah yang sensitif atau berbagi pengalaman pribadi yang mungkin tidak mereka ungkapkan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat juga dapat berinteraksi dengan beragam kelompok dan komunitas online yang berbagi minat dan nilai yang sama, memperkuat ikatan sosial mereka dan memperluas jaringan mereka.

Netizen disinyalir memiliki kekuatan yang cukup berpengaruh, tidak jarang memberikan dampak yang buruk dan menjadi tantangan tersendiri dalam membangun lingkungan yang sehat. Kekuatan netizen dapat disalahgunakan untuk menyebarkan kebencian, mengintimidasi, atau menyerang individu atau kelompok tertentu.

Netizen memiliki kebebasan untuk membagikan informasi hoaks, berita palsu, atau informasi yang tidak diverifikasi dengan cepat. Netizen juga menggunakan media sosial sebagai alat untuk melakukan pelecehan, intimidasi, dan penindasan terhadap individu atau kelompok lain (Cyberbullying dan Trolling).

Baca Juga: Ayo Jadi Netizen yang Baik: Inilah 3 Hal yang Netizen Indonesia Patut Hindari

Sebagai contoh fenomena “the power of netizen”, belum lama ini, kekuatan netizen RI muncul saat memprotes pembukaan SEA Games 2023 di Kamboja.

Netizen Indonesia ramai-ramai melayangkan protes lantaran terdapat kejadian di mana bendera sang saka merah putih justru terbalik saat upacara pembukaan Pesta Olahraga se-Asia Tenggara tersebut.

Polemik ini menimbulkan gejolak amarah para netizen Indonesia yang mengecam dan membalas kontroversi itu dengan memasang foto profil bendera Kamboja secara terbalik. Bahkan ada yang mengganti gambar bendera Kamboja dengan gambar lain.

Alhasil, respon baik netizen Indonesia yang mulanya memprotes SEA Games 2023 karena membela lambang negaranya, menjadi berlebihan ketika sudah menghina lambang negara lain.

Sikap netizen Indonesia yang niat awalnya baik karena memprotes sebuah kesalahan, pada akhirnya berujung menjadi bumerang untuk negara sendiri. Jika dilihat dari kacamata luar, tentu perilaku warganet yang salah melayangkan target protes hingga komentar yang tidak pantas, menjadi bela negara yang kebablasan.

Di sisi lain, meskipun terdapat tantangan tersebut, kekuatan netizen juga membawa potensi kemajuan yang signifikan. Netizen dapat membawa isu-isu penting ke permukaan dan memperjuangkan perubahan sosial yang positif. Mereka dapat menggunakan media sosial untuk menggalang dukungan, mengedukasi masyarakat, dan mengampanyekan perubahan yang diinginkan.

Sebagai contoh fenomena viral, seorang konten kreator di TikTok mengkritik terkait tata kelola Pemprov Lampung, terutama pada pembangunan infrastruktur yang terbengkalai. Sekarang, di Twitter dan TikTok banyak beredar video atau foto perbaikan jalan di Lampung. 

Hal ini membuktikan, bahwa netizen memiliki kekuatan  mempengaruhi perubahan sosial. Netizen dapat menyuarakan isu-isu penting, menciptakan kesadaran publik, mempengaruhi kebijakan pemerintah, dan mendukung gerakan sosial yang bertujuan untuk mencapai perubahan yang lebih baik.

Baca Juga: Hoaks yang Harus Dikenali Jenisnya

Tantangan atau Peluang?

Kekuatan netizen dapat dilihat sebagai peluang yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan perubahan sosial. Netizen memiliki akses yang luas terhadap informasi, teknologi, dan platform komunikasi yang memungkinkan mereka menyuarakan pendapat, memperjuangkan isu-isu penting, dan memobilisasi massa.

Dalam beberapa kasus, netizen telah berhasil membangun kesadaran publik terhadap masalah sosial, memperjuangkan hak-hak asasi manusia, dan mendorong tindakan konkret dari pemerintah dan institusi lainnya.

Kekuatan netizen juga membawa tantangan yang perlu diatasi. Terkadang, netizen dapat menggunakan kekuatan mereka secara negatif dengan menyebarkan berita palsu, melakukan penyebaran kebencian, atau memicu konflik online. Hal ini dapat menciptakan ketegangan dan konsekuensi negatif dalam masyarakat.

Secara keseluruhan, the power of netizen dalam era digital dapat dilihat sebagai peluang yang signifikan dalam mendorong perubahan sosial yang positif. Namun, tantangan yang terkait dengan penggunaan yang negatif juga harus diperhatikan dan ditangani dengan bijaksana.

Dengan pendidikan digital yang baik, kesadaran etika, dan partisipasi yang bertanggung jawab, kekuatan netizen dapat menjadi motor penggerak dalam mewujudkan perubahan sosial yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan.

Penulis: 

Natasya Milka Puji Artika
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Syaifuddin Jambi

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Referensi

Buku

Arifianto, Cristiany. (2017). Komunikasi di era Teknologi Digital. Jakarta. Himpemindo cabang Kominfo, aspikom dan Aswaja pressindo Yogyakarta.

Internet

Redaksi detikNews, Digitalisasi Kehidupan Sosial dalam https://news.detik.com/kolom/d-6073943/digitalisasi-kehidupan-sosial diakses 5 Juni 2023.

Redaksi Republika, Kekuatan Netizen +62 di Media Sosial: Bela Negara yang Kerap Kebablasan? Dalam https://www.detik.com/edu/edutainment/d-6728209/kekuatan-netizen-62-di-media-sosial-bela-negara-yang-kerap-kebablasan#:~:text=%22Power%20of%20Netizen%20%2B62%22,SEA%20Games%202023%20di%20Kamboja diakses pada 5 Juni 2023.

Viral Perbaikan Jalan di Lampung, Netizen Sebut Bima Effect dalam https://inet.detik.com/cyberlife/d-6682655/viral-perbaikan-jalan-di-lampung-netizen-sebut-bima-effect diakses 7 Juni 2023.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI