Apa yang dimaksud dengan paradigma pendidikan?
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2010: 6) mengemukakan bahwa paradigma pendidikan merupakan cara pandang dan proses memahami pendidikan nasional dalam bentuk pengamatan dan proses pencarian cara mengatasi permasalahan yang muncul dalam pendidikan nasional.
Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan seseorang, mengembangkan kemampuan, membentuk watak dan kepribadian agar peserta didik dapat menjadi pribadi yang lebih baik.
Pendidikan pertama yang diterima oleh anak adalah pendidikan dari rumah (keluarga), karena pendidikan yang berlangsung dalam keluarga merupakan basis pembentukan anak yang berkualitas dan bermoral sesuai dengan harapan yang didambakan orang tua.
Baca Juga: Realitas tapi Relatif, Apa itu Paradigma Konstruktivisme?
Orang tua harus dapat meningkatkan kualitas anak dengan menanamkan nilai-nilai yang baik dan akhlak mulia disertai dengan ilmu pengetahuan agar dapat tumbuh sebagai manusia yang mengetahui kewajiban dan hak-haknya.
Jadi, tugas orang tua tidak hanya sekadar menjadi perantara adanya makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga mendidik dan memeliharanya. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak.
Pendidikan ini sudah dimulai semenjak anak dalam kandungan bahkan sejak seorang anak sebelum mengenal masyarakat luas dan mendapat bimbingan dari lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, terlebih dahulu memperoleh perawatan dan bimbingan dari kedua orang tuanya.
Pendidikan keluarga berfungsi sebagai peletak dasar atau pondasi bagi kehidupan dan pendidikan selanjutnya bagi anak.
Keluarga memiliki tanggungjawab terhadap pembentukan karakter dan kepribadian anak (character and personality buliding), juga dalam menentukan kebijaksanaan yang akan diambil olehnya pada masa sekarang dan mendatang (Mahfud Junaedi, 2009: 1-2).
Pendidikan keluarga sendiri merupakan usaha sadar yang dilakukan orang tua kepada anak, karena mereka pada umumnya merasa terpanggil (secara naluriah) untuk membimbing dan mengarahkan, pengendali dan pembimbing (direction control and gidance), konservatif (mewariskan dan mempertahankan cita-citanya), dan progresive (membekali dan mengembangkan pengetahuan nilai dan ketrampilan) bagi putra putri mereka sehingga mampu menghadapi tantangan hidup di masa mendatang (Mahfud Junaedi, 2009: 12).
Pendidikan kedua yang diterima oleh anak berasal dari lingkungan sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang bertanggungjawab atas pendidikan siswa. Salah satu komponen sentral dalam sekolah adalah guru.
Baca Juga: Paradigma Pendidikan Demokratik dan Otoriter
Guru menjadi pendidik yang memiliki fungsi utama yaitu mengajar dan mencerdaskan peserta didik. Guru juga bertanggungjawab terhadap nilai-nilai etis dan ilmu-ilmu yang diajarkan. Nilai-nilai tersebut di antaranya:
- Nilai kebenaran;
- Nilai keindahan; dan
- Nilai kebaikan.
Sedangkan tugas mengajar adalah suatu aktivitas intensional yaitu suatu aktivitas yang menimbulkan belajar. Di dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara berbagai komponen pembelajaran. Komponen-komponen itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yaitu:
- Guru;
- Isi atau materi pembelajaran; dan
- Siswa (peserta didik).
Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode pembelajaran, media pembelajaran, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan demikian, guru memegang peranan sentral dalam proses pembelajaran.
Penulis: Talia Rahmania
Mahasiswa Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga
Editor:Â Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi