Penyebab Mengapa Jumlah Single Parent Ibu Lebih Banyak daripada Ayah

Single Parent
Sumber: istockphoto, karya damircudic.

Di zaman modern, struktur keluarga telah berubah secara signifikan. Salah satu perubahan yang paling menonjol adalah meningkatnya jumlah orang tua tunggal. Konsep keluarga yang terdiri dari  orang tua dan anak bukan lagi sebuah patokan yang mutlak. Sebaliknya, banyak orang harus menghadapi peran kompleks sebagai orang tua tunggal.

Definisi umum dari orang tua tunggal adalah orang tua tunggal. Orang tua tunggal mengasuh dan membesarkan anaknya sendirian, tanpa bantuan pasangan seperti suami atau istri. Orang tua tunggal memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam mengatur keluarga mereka.

Keluarga dengan orang tua tunggal memiliki permasalahan yang paling kompleks dibandingkan dengan keluarga dengan ayah dan ibu. Hal ini dapat diakibatkan oleh kematian atau perceraian, karena salah satu orang tua harus memikul banyak tanggung jawab untuk kelangsungan hidup keluarga.

Bacaan Lainnya
DONASI

Orang tua tunggal harus berhasil menyeimbangkan kehidupan keluarga dan pekerjaan umum. Orang tua tunggal perlu mendapatkan uang untuk menghidupi keluarga mereka, dan mereka juga perlu memenuhi kebutuhan kasih sayang keluarga mereka. Peran ganda harus direncanakan dengan matang.

Orang tua tunggal adalah keluarga yang hanya terdiri dari satu orang tua yang membesarkan anak sendirian tanpa kehadiran, dukungan dan tanggung jawab pasangan serta tinggal serumah bersama anak.

Gambaran seorang ibu yang berjuang sendirian untuk mengasuh anak-anaknya sering kali mendominasi. Namun, semakin banyak ayah yang juga menemukan diri mereka dalam peran ini. Sebagai single parent ayah, mereka menghadapi tantangan unik dan sering kali dihadapkan pada stereotip yang membatasi.

Mari kita lihat lebih dalam tentang perjuangan dan keberanian yang diperlihatkan oleh single parent ayah. Tantangan yang dihadapi seorang ayah sebagai single parent yaitu:

  1. Pandangan masyarakat terhadap single parent ayah adalah masyarakat sering beranggapan bahwa ayah tidak mampu mengasuh anaknya tanpa bantuan stereotip ini dapat membuat ayah merasa diremehkan atau tidak dihargai dalam peran ayah sebagai orang tua tunggal.
  2. Ayah harus mempunyai peran ganda. Artinya ayah harus mampu menjalankan dua peran secara bersamaan. Ayah harus bekerja mencari nafkah dan mengasuh anak, ayah harus menjaga dan menafkahi anak.
  3. Ayah tunggal mungkin merasa terisolasi secara sosial karena pasangannya tidak mendukungnya atau orang lain tidak memahami situasinya. Hal ini dapat menimbulkan perasaan kesepian dan kehilangan.
  4. Di rumah, sebagai orang tua tunggal, Anda juga harus menjadi teladan dan pembimbing bagi anak Anda.Mereka harus memimpin dengan memberi contoh dan berusaha untuk secara aktif mendukung perkembangan anak.
  5. Orang tua tunggal seringkali mempunyai sedikit waktu untuk mengurus anak-anak mereka dan tanggung jawab lainnya. Hal ini dapat membuat Anda tidak punya waktu untuk diri sendiri, sehingga menyebabkan kelelahan dan stres.

Banyak ayah tunggal menunjukkan keberanian dan ketahanan luar biasa meskipun menghadapi tantangan dan stereotip yang menindas. Mereka membangun komunitas yang suportif, menemukan cara kreatif untuk menyeimbangkan peran mereka, dan memberikan kasih sayang dan perhatian yang tiada habisnya kepada anak-anak mereka.

Kita sering melihat peran orang tua tunggal, atau ibu, yang memikul tanggung jawab besar dalam membesarkan anak sendirian. Di tengah kesulitan dan keberanian, mereka menemukan kekuatan untuk mengatasi segala rintangan yang menghadang.

Baca Juga: Bagaimana Pola Asuh Single Parent Terhadap Perkembangan Perilaku Anak

Mari kita gali lebih dalam  kehidupan seorang ibu tunggal. Tantangan bagi  ibu tunggal tidak jauh berbeda dengan tantangan bagi ayah. Yaitu:

  1. Sebagai orang tua tunggal, ibu harus mengatur setiap aspek kehidupan anak mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga kebutuhan emosional, tanpa bantuan dari pasangan.
  2. Menyeimbangkan antara peran sebagai orang tua dan pekerja sering menimbulkan keterbatasan waktu, menyisakan sedikit waktu untuk diri sendiri atau kegiatan di luar tanggung jawab keluarga.
  3. Membesarkan anak sendirian juga dapat menimbulkan tekanan finansial yang besar, karena harus mengatasi semua biaya keluarga dengan satu sumber pendapatan. Dimana biasanya seorang ibu hanya mengurus anak di rumah tanpa bekerja tetapi saat menjadi single parent harus bekerja sekaligus mengurus anak mereka.
  4. Terkadang seorang single parent sering di kucilkan di masyarakat karena status mereka yang menjadi Ibu Tunggal dan banyak sekali masyarakat yang berfikiran bahwa single parent yang berada pada masyarakat akan menganggu ketenangan mereka.
  5. Seorang ibu single parent berusaha untuk menjaga keseimbangan antara peran sebagai orang tua, pekerja, dan individu. Mereka menyadari pentingnya merawat diri sendiri agar bisa memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Seorang ibu single parent berusaha untuk memberikan cinta dan perhatian yang tak terbatas kepada anak-anak mereka. Mereka berkomitmen untuk menciptakan lingkungan keluarga yang penuh kasih dan dukungan.

Ibu tunggal adalah contoh nyata dari keberanian, ketabahan, dan cinta tanpa batas. Meski menghadapi kesulitan besar, mereka tetap tegar dan tegar untuk memberikan masa depan  cerah bagi anak-anaknya. Keberaniannya dalam menghadapi segala rintangan merupakan inspirasi bagi banyak orang di sekitarnya.

Banyak di masyarakat yang menanyakan mengapa ibu single parent itu lebih banyak dari pada single parent ayah? Itu dikarenakan Fenomena di mana jumlah single parent ibu lebih banyak daripada ayah dapat dijelaskan oleh sejumlah faktor kompleks yang melibatkan dinamika sosial, budaya, dan ekonomi.

Pertama, karena peran gender tradisional, perempuan terutama bertanggung jawab membesarkan anak dan mengurus rumah tangga.

Meskipun pandangan ini telah berubah, masih terdapat tekanan sosial terhadap perempuan untuk mengambil peran utama dalam membesarkan anak, sehingga anak sering kali tetap bersama ibunya jika terjadi perceraian atau perpisahan dan juga anak selalu bersama ibunya dari bayi sampai besar maka dari itu tidak heran jika anak juga lebih memilih ibu dibanding ayah karena peran ibu dalam membesarkan anak lebih mendominasi di banding ayah.

Kedua, dukungan sosial juga memegang peranan penting. Perempuan seringkali memiliki jaringan sosial yang  kuat dan lebih mudah menerima dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas ketika kesulitan muncul.

Baca Juga: Bagaimana Peran Single Parents Mempengaruhi Dinamika Keluarga

Hal ini memberikan  perempuan keuntungan karena dapat mengambil peran sebagai orang tua tunggal karena mereka memiliki akses terhadap lebih banyak sumber daya dan dukungan. Selain itu, perbedaan ekonomi antara perempuan dan laki-laki juga dapat menjadi faktor penting.

Meskipun banyak perempuan yang memasuki dunia kerja dan berpenghasilan tinggi, kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan masih ada. Para ibu sering kali berpenghasilan lebih rendah dibandingkan pasangannya, sehingga membuat mereka lebih cenderung mengambil peran sebagai ibu tunggal.

Terakhir, stigma sosial terhadap ayah yang berperan sebagai orang tua tunggal juga dapat mempengaruhi dinamika ini. Stereotip semakin berubah, namun pandangan bahwa ibu  lebih cocok mengasuh anak masih tetap ada. Ayah yang berperan sebagai orang tua tunggal mungkin akan menghadapi penilaian dan kecurigaan dari masyarakat sekitar, yang dapat menjadi penghambat langkah tersebut.

Penulis:

Galuh Ayu Karina Ramadhani
Mahasiswa Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.