Kebanyakan mahasiswa saat ini memilih perguruan tinggi yang berada di luar pulau yang jauh dari tempat asalnya.
Hal tersebut didasari oleh tingkat kualitas perguruan tinggi yang berbeda-beda yang menjadikan alasan calon mahasiswa saat ini ketika memilih perguruan tinggi.
Kota rantauan menjadi salah satu pilihan tempat mahasiswa saat ini untuk melanjutkan pendidikannya walaupun dalam menjalani hidup di lingkungan baru diperlukan waktu untuk beradaptasi, serta perlu melewati adanya perbedaan bahasa, kebiasaan, budaya, serta adat istiadat.
Dengan adanya perbedaan latar belakang budaya, hal itu menyebabkan terjadinya culture shock atau gegar budaya yang dialami mahasiswa dalam hidup di kota rantauan.
Sebagai alat komunikasi, bahasa sangat berpegaruh terhadap kesuksesan seseorang dalam melakukan interaksi dan komunikasi.
Kota rantauan adalah kota dimana tempat seseorang yang berasal dari kota lain yang memiliki tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu di kota tersebut.
Salah satu contohnya adalah seorang mahasiswa yang hidup di kota rantauan dengan tujuan melanjutkan pendidikan perguruan tinggi.
Permasalahan paling utama yang dialami mahasiswa di kota rantauan adalah perbedaan penggunaan bahasa yang dimana mayoritas penduduknya menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa kesehariannya. Hal ini menjadi faktor penyebab terjadinya peralihan bahasa mahasiswa di kota rantauan.
Terlepas dari sulitnya memahami dan mengenali bahasa baru, dengan adanya peralihan penggunaan bahasa mahasiswa di kota rantauan hal ini akan memberikan dampak kepada dirinya juga terhadap lingkungannya.
Adanya perbedaan bahasa akan memunculkan karakter yang berbeda dari setiap orang dalam berinteraksi, serta dengan adanya bahasa yang baru memungkinkan bertambahnya kosakata yang dimiliki melihat Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak macam bahasa daerah.
Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia dituntut untuk berinteraksi dengan manusia lain dikarenakan seorang manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Dalam konteks ini seseorang dituntut untuk bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap lingkungan dimana dia bertahan hidup.
Adanya perbedaan bahasa saat berkomunikasi, perbedaan kebiasaan, semuanya diperlukan proses untuk memahami dan mempelajarinya yang kemudian akan diterapkan oleh individu tersebut dalam kehidupan sehari-harinya di kota rantauan.
Seorang mahasiswa perantau membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan barunya.
Komunikasi menjadi salah satu faktor penting dalam melakukan interaksi dengan orang lain. Namun dengan adanya perbedaan bahasa yang digunakan, membuat suatu komunikasi tak tersampaikan dengan baik.
Kebingungan yang dialami seorang mahasiswa di kota rantauan biasanya diawali dengan penggunaan bahasa yang berbeda sehingga ketika melakukan komunikasi dengan masyarakat setempat seringkali tidak mengerti arti kata yang diucapkan.
Pada dasarnya, bahasa daerah yang digunakan oleh penduduk asli mendominasi penggunaan bahasa di kota rantauan.
Melihat hal itu, sebagai mahasiswa diperlukan penyesuaian diri dengan perubahan yang ada di lingkungan mereka agar terbentuk hubungan yang baik selama merantau.
Salah satu contohnya yaitu menggunakan bahasa yang bisa diterima oleh lingkungan dan budaya setempat, serta mempelajari bahasa daerah yang digunakan agar dapat berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain.
Namun dengan adanya mahasiswa luar pulau yang hadir, hal ini memberikan dampak positif yang dimana bahasa asli daerahnya bisa diperkenalkan dan bisa saja digunakan di kota rantauan.
Biasanya bahasa daerah digunakan untuk berkomunikasi dengan seseorang yang memiliki etnis daerah yang sama, sedangkan untuk komunikasi antar etnik, mahasiswa biasanya menggunakan bahasa Indonesia.
Peralihan penggunaan bahasa ini tidak hanya terjadi dalam lingkungan informal, tetapi dalam lingkungan formal, salah satunya dalam lingkungan pendidikan.
Kebanyakan perguruan tinggi yang terdapat di kota rantauan mayoritasnya merupakan warga setempat yang dalam kehidupan sehari-harinya menggunakan bahasa daerahnya.
Hal tersebut menjadi permasalahan bagi mahasiswa dalam melakukan komunikasi di lingkungan perkuliahannya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seorang mahasiswa mengalami peralihan bahasa di kota rantauan yaitu faktor lingkungan, pergaulan, dan pendidikan.
Lingkungan menjadi salah satu faktor utama seseorang mengalami peralihan bahasa sebab dalam kehidupan sehari-hari, bahasa merupakan elemen penting dalam berkomunikasi.
Lingkungan sekitar akan membentuk bagaimana cara seseorang tersebut berinteraksi dan berkomunikasi, karena lingkungan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pembentukan karakter seseorang.
Pergaulan juga dapat mempengaruhi penggunaan bahasa mahasiswa di kota rantauan dikarenakan melihat kebanyakan teman perkuliahannya merupakan warga setempat, maka mayoritas penggunaan bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah.
Semakin sering mahasiswa tersebut mendengarkan percakapan menggunakan bahasa daerah di lingkup pertemanannya, maka lama kelamaan mahasiswa tersebut memahami bahasa yang digunakan.
Sebagian dosen di kampus terkadang menggunakan bahasa daerah dengan logat khasnya dalam menjelaskan materi.
Dengan pembawaan dosen seperti itu membuat mahasiswa mencoba memahami dan meniru cara berbicara dosen yang kemudian akan diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.
Peralihan penggunaan bahasa di kota rantauan juga memunculkan dampak pada sosial dan budaya. Penggunaan bahasa yang beragam dapat membantu meningkatkan toleransi antarbudaya di kota rantauan.
Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk mengenalkan penggunaan dan mengajarkan bahasa daerah kepada orang baru di kota rantauan.
Dengan adanya bahasa daerah yang digunakan di kota rantauan menjadikan pengalaman baru bagi para mahasiswa yang merantau.
Hal tersebut dapat dilihat dari bahasa yang digunakan oleh mahasiswa perantau ketika telah lama tinggal di kota rantauan, mayoritas bahasa yang digunakannya adalah menggunakan bahasa daerah.
Mulai dari dialek atau logat dalam berbicara bahkan intonasinya mulai mengikuti cara berbicara yang dilakukan oleh warga setempat di kota rantauan.
Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan bahasa daerah dalam dalam kesehariannya yang menjadikan mahasiswa tersebut lebih sering atau terbiasa menggunakan bahasa daerah setempat dibandingkan menggunakan bahasa daerahnya atau bahasa Indonesia.
Namun, dengan adanya peralihan bahasa ini juga dapat menjadi peluang untuk meningkatkan keberagaman bahasa dan budaya di kota rantauan.
Penulis: Ferdi Setya Herlangga
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi