Pola asuh single parent adalah metode pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua tunggal, baik ibu maupun ayah, dalam membesarkan anak.
Menurut Hurlock (1999), single parent adalah orang tua yang menjanda atau menduda, dan bertanggung jawab menghidupi anak setelah kehilangan pasangan karena perceraian, kematian, atau kelahiran di luar nikah.
Pola asuh sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak, dengan berbagai pendekatan, seperti otoriter, permisif, dan demokratis yang dapat memengaruhi karakter dan kemampuan sosial anak.
Single parent sering kali harus menjalankan peran ganda, baik sebagai ibu maupun ayah, yang dapat mempengaruhi perkembangan anak secara signifikan. Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang diterima.
Menjadi orang tua tunggal memiliki beragam tantangan yang dihadapi, mulai dari kurangnya perhatian hingga tekanan emosional.
Oleh karena itu, orang tua diharuskan untuk memahami pola asuh single parent dan dampaknya terhadap perkembangan anak untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mereka.
Baca Juga:Â Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Perilaku Bullying pada Anak Sekolah Dasar
Di Indonesia, jumlah single parent paling banyak pada ibu tunggal daripada ayah tunggal. Hal ini dibuktikan dengan persentase ibu tunggal sebesar 14,84%, sangat jauh lebih besar daripada ayah tunggal yang hanya 4,05%.
Hasil pendataan dari Badan Pusat Statistik terdiri dari 11.168.460 (5,8%) penduduk Indonesia berstatus janda, sedangkan 2.786.460 (1,4%) berstatus duda dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia sebanyak 191.709.144 jiwa.
Hasil dari pendataan di atas diketahui bahwasanya janda atau duda banyak dijumpai di Indonesia dan faktanya jumlah janda lebih banyak dari pada jumlah duda.
Sebagai seorang ibu tunggal, sering terpojok oleh pendapat lingkungan di sekitarnya bahwa menjadi single parent merupakan suatu tekanan baginya karena ia harus berjuang seorang diri untuk membesarkan dan menghidupi anak-anaknya.
Ini dapat memberikan dampak yang sangat besar terhadap kehidupan keluarga dengan orang tua tunggal, terutama terhadap tumbuh kembang anak.
Tugas menjadi orang tua, apalagi menjadi seorang ibu, semakin berat ketika harus menjadi orang tua tunggal.
Baca Juga:Â Penyebab Mengapa Jumlah Single Parent Ibu Lebih Banyak daripada Ayah
Penyebab terjadinya single parent atau orang tua tunggal dapat dikategorikan ke dalam beberapa faktor utama.
Pertama, perceraian adalah salah satu penyebab paling umum, di mana pasangan tidak lagi dapat mempertahankan hubungan mereka karena berbagai alasan, termasuk masalah ekonomi, ketidakcocokan, perselingkuhan, atau perbedaan prinsip hidup.
Kedua, kematian juga menyebabkan seseorang menjadi single parent. Hal ini bisa terjadi akibat penyakit, kecelakaan, atau sebab lainnya yang mengakibatkan hilangnya salah satu orang tua.
Kematian membawa dampak emosional yang besar dan mengharuskan orang yang tersisa untuk mengambil alih tanggung jawab pengasuhan anak.
Ketiga, kehamilan di luar nikah juga membuat seseorang menjadi orang tua tunggal jika mereka memilih untuk tidak menikah dengan pasangan yang menghamili mereka. Dalam situasi ini, individu tersebut harus mengasuh anak tanpa dukungan pasangan.
Dampak dari status single parent terhadap perkembangan anak bisa saja terjadi. Anak-anak dari keluarga single parent sering menghadapi tantangan emosional dan sosial yang lebih besar.
Mereka mengalami kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal dan beradaptasi dengan lingkungan sosial.
Namun, dengan dukungan yang tepat dan pola asuh yang baik dari orang tua tunggal, anak-anak ini masih dapat berkembang dengan baik secara akademis dan emosional.
Orang tua tunggal berpengaruh untuk menciptakan lingkungan yang stabil dan mendukung agar anak-anak mereka dapat tumbuh menjadi individu yang sehat dan mandiri.
Peran ibu single parent dalam proses komunikasi interpersonal dengan anak biasanya belum efektif, karena peran ganda sebagai ibu sekaligus ayah.
Sehingga kurangnya kumpul bersama dalam proses komunikasi interpersonal mereka yang disebabkan kesibukan dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Pendekatan yang digunakan bisa dengan cerita, nasehat dan obrolan, ada pula dengan ajakan dan juga hukuman untuk anaknya agar terjalin hubungan yang baik.
Baca Juga:Â Menyeimbangkan Waktu antara Kerja dan Anak bagi Single Parent, Berikut Penjelasannya
Mengasuh anak sebagai single parent membawa tantangan tersendiri, namun dengan pendekatan yang tepat, orang tua tunggal dapat memberikan dukungan yang baik untuk perkembangan anak.
Dengan membangun komunikasi yang terbuka dengan anak sehingga dapat menciptakan lingkungan di mana anak merasa nyaman untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhan mereka.
Hal ini membuat anak merasa didengarkan dan dipahami, serta memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak.
Selain itu, menyisihkan waktu untuk kegiatan bersama atau aktivitas sederhana seperti sarapan bersama atau bermain game di rumah bisa meningkatkan keintiman emosional.
Membuat jadwal rutin untuk aktivitas sehari-hari juga membantu anak merasa aman dan teratur, mendukung perkembangan disiplin dan tanggung jawab.
Single parent tidak perlu menghadapi semua tantangan sendirian; meminta bantuan dari keluarga, teman, atau profesional, seperti psikolog dapat memberikan dukungan tambahan dalam pengasuhan anak dan mengurangi stres yang mungkin dirasakan.
Di sisi lain, orang tua tunggal harus menjaga kesehatan fisik dan mental mereka melalui pola makan yang sehat, olahraga, dan waktu untuk diri mereka sendiri karena perawatan diri membantu mereka mengatasi tantangan dalam mengasuh anak dengan lebih baik.
Baca Juga:Â Mengenal Janda Lebih Dalam dan Mengapa Janda Memiliki Stigma Negatif dalam Masyarakat?
Tetap menjaga sikap positif meskipun dalam situasi sulit karena menghadapi tantangan dengan optimisme, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi anak-anak, sementara bersikap fleksibel dalam menghadapi perubahan situasi akan membantu orang tua dan anak beradaptasi dengan lebih baik.
Dengan menerapkan strategi tersebut, orang tua tunggal dapat mendukung tumbuh kembang anaknya secara optimal meskipun menghadapi tantangan dalam mengasuh anak.
Jadi, pola asuh yang diterapkan oleh ibu sebagai single parent memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan anak.
Ibu tunggal sering menghadapi tantangan unik dalam pengasuhan, termasuk tekanan finansial, emosional, dan waktu yang terbatas. Meskipun demikian, banyak ibu tunggal yang berhasil menciptakan lingkungan positif dan mendukung bagi anak-anak mereka.
Pola asuh yang diterapkan dapat bervariasi, mulai dari otoriter hingga permisif; pola asuh otoriter dapat menyebabkan anak merasa tertekan dan kurang percaya diri, sementara pola asuh permisif mungkin membuat anak kurang disiplin.
Namun, pola asuh demokratis yang melibatkan komunikasi terbuka dan dukungan emosional dapat membantu anak-anak mengembangkan kemandirian, keterampilan sosial, dan rasa percaya diri yang lebih baik.
Baca Juga:Â Pola Asuh, Pembagian Kerja, dan Tuntutan Ekonomi pada Keluarga Milenial
Dukungan dari lingkungan sekitar, seperti keluarga, teman, dan komunitas, juga berperan penting dalam membantu ibu tunggal menjalankan peran pengasuhan.
Dengan adanya dukungan ini, ibu tunggal dapat lebih fokus pada perkembangan anak dan menciptakan hubungan yang sehat.
Oleh karena itu, ibu tunggal disarankan untuk memahami dan menggunakan gaya pengasuhan yang paling efektif dan berusaha menciptakan lingkungan yang stabil serta mendukung anak-anak agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional dan sosial.
Penulis: Zahwa Aqila
Mahasiswa Prodi Psikologi, Universitas Muhammadiyah MalangÂ
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News