Rela digaji Kecil Asalkan Mentalnya Sehat: Fenomena Gen Z yang Sadar akan Kesehatan Mental

Mental Health
Ilustrasi Work From Home (Sumber: Penulis)

Manusia sebagai makhluk sosial sekaligus makhluk individu pastinya mengalami masalahnya tersendiri. Disetiap tahapan perkembangannya, manusia mengalami konflik yang berbeda-beda.

Tidak jarang dalam menghadapi masalahnya, manusia tidak dapat menghadapi masalahnya dengan baik.

Menghadapi masalah adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman manusia. Yang penting adalah bagaimana kita merespon dan mengatasi masalah tersebut.

Bacaan Lainnya
DONASI

Resiliensi, penyesuaian, dan dukungan dari orang-orang di sekitar kita bisa membantu kita melalui masa-masa sulit. Masalah bisa menjadi pelajaran berharga yang membantu kita tumbuh dan berkembang.

Kehidupan manusia bukanlah hal yang stagnan, semakin maju suatu peradaban, maka semakin banyak juga permasalahan yang timbul.

Di era modernisasi dan teknologi ini, ada satu generasi yang dianggap unggul, yaitu Generasi Zillenial atau yang lebih sering disebut Gen-Z.

Istilah ini merujuk pada suatu generasi yang lahir dari tahun 1997-2012 yang diperkirakan usia saat ini adalah 10-25 tahun (Fauzia, 2021).

Generasi ini dikenal dengan keunggulan mereka yang mahir dibidang teknologi dan informasi, sehingga mereka digadang-gadang menjadi generasi terpelajar dan dibekali kemampuan liyerasi yang baik.

Tak heran Generasi Zillenial sangat terbuka terhadap segala informasi yang sebelumnya dianggap tabu, salah satunya masalah kesehatan mental.

Seperti yang kita tahu dan rasakan, Pandemi Covid-19 yang datang tiba-tiba membuat dunia terguncang. Pandemi ini mempengaruhi berbagai sektor kehidupan, salah satunya juga mempengaruhi diri individu.

Berbagai masalaah timbul akibat dari fenomena ini, khususnya dibidang kesehatan, baik kesehatan fisik maupun mental.

Namun secara mengejutkan, hasil survei lembaga riset pasar dunia Ipsos mengatakan adanya peningkatan kesadaran terkait kesehatan mental diseluruh dunia.

Hasil survei menunjukkan, kesehatan mental dianggap sebagai  masalah kesehatan terbesar ke dua setelah Covid-19 dan lebih dianggap berbahaya dibanding kanker.

Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan mental sudah menjadi masalah yang dianggap penting oleh masyarakat dunia, di Indonesia sendiri kesehatan mental sudah menjadi tren dikalangan Generasi Zillenial.

Terbukti dengan hasil survei yang menunjukkan 64% responden menganggap kesehatan mental setara dengan kesehatan fisik, dan mereka selalu mencari tahu terkait kondisi mentalnya.

Namun sebenarnya hal ini belum bisa dianggap baik, mengingat status kesehatan mental di Indonesia cukup menghawatirkan menurutmenurut data riset kesehatan Nasional Indonesia (RISKESDAS).

Menurut penelitian tim divisi Psikiatri Anak dan Remaja Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, usia rentan terkena gangguan kesehatan mental adalah 16-24 tahun. Data ini mempertegas bahwa saat ini, mayoritas Gen-Z mengalami masalah kesehatan mental.

Menurut data RISKESDAS (2017), 14 juta orang dengan usia diatas 15 tahun mengalami gangguan mood seperti depresi dan kecemasan. Hal ini diperparah dengan langkah preventif dan penanggulangan terkait kesehatan mental di Indonesia yang buruk.

Menurut sumber WHO (2016), jumlah psikolog di Indonesia hanya 0,17 dengan perbandingan 1 psikolog per 100.000 orang.

Hal lebih parah terjadi pada jumlah psikeater di Indonesia yang hanya sekitar 600-800 psikeater di seluruh Indonesia (kementerian kesehatan).

Semuanya mulai berubah sejak terjadinya Pandemi Covid-19, ketika setiap orang harus melakukan isolasi mandiri dan membatasi melakukan kontak langsung dengan orang lain.

Tempat hiburan ditutup, sekolah diberhentikan sementara, dan kantor-kantor menginstruksikan pegawainya untuk bekerja dari rumah, atau biasa disebut WFH.

Work From Home (WFH) atau Bekerja dari Rumah, adalah praktik di mana karyawan atau pekerja menjalankan tugas dan tanggung jawab pekerjaan mereka dari rumah atau lokasi lain yang tidak terkait langsung dengan kantor fisik tempat mereka bekerja.

Ini adalah suatu bentuk fleksibilitas kerja yang semakin umum dalam era digital dan teknologi informasi.

WFH adalah tren yang terus berkembang dan memiliki potensi untuk mengubah bagaimana kita bekerja di masa depan. Ini memberikan peluang untuk lebih banyak fleksibilitas.

WFH memberikan fleksibilitas bagi karyawan. Mereka bisa lebih mudah mengatur waktu kerja mereka, mengurangi waktu yang dihabiskan dalam perjalanan, dan menggabungkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi.

Beberapa orang merasa lebih produktif saat bekerja dari rumah karena lingkungan yang lebih nyaman dan kurangnya gangguan dari rekan kerja. Namun, hal ini bisa berbeda-beda untuk setiap individu.

Beberapa perusahaan mempertimbangkan untuk menjadikan WFH sebagai pilihan pekerjaan yang permanen setelah pandemi berakhir, sementara yang lain mungkin akan kembali ke pola kerja konvensional. Hal ini sejalan dengan keinginan Gen-Z yang lebih memilih untuk bekerja dari rumah.

Dengan WFH, mereka merasa tekanan pekerjaan lebih berkurang, dan waktu bekerja mereka yang lebih fleksibel, hingga mereka dapat menggeluti pekerjaan lain untuk menambah pemasukan.

Pada bulan juni hingga juli lalu, Hewlett-Packard (HP) melakukan riset work relationship index. Hasilnya 83% responden rela digaji lebih kecil asalkan mereka menikmati pekerjaannya.

Salah satu komponen nya adalah fleksibilitas waktu dan tenpat bekerja. Mereka beranggapan, hal ini penting untuk keberlangsungan kesehatan mental.

Namun, penting untuk diingat bahwa preferensi terkait WFH dapat bervariasi di antara individu Gen Z, dan beberapa orang mungkin masih lebih memilih lingkungan kerja fisik.

Kesukaan terhadap WFH adalah refleksi dari perubahan budaya dan teknologi yang memengaruhi cara kita bekerja, terutama di kalangan generasi yang tumbuh dalam era digital.

Penulis: Moch Rafi Fauzan
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Indonesia

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI