Rusia Menginvasi Ukraina: Memahami Latar Belakang dan Tujuan

Opini
Ilustrasi: istockphoto

Konflik Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut. latar belakang konflik dan tujuan sejati Rusia akan perlu dipahami dalam memahami konflik. Dapat memberikan opsi dalam mencapai perdamaian.

Ongoing Conflict

Setahun lebih telah berlalu, semenjak negeri beruang merah melakukan invasi ke Ukraina. Pada 24 Februari 2022, Presiden Vladimir Putin mengumumkan operasi militer dengan tujuan demiliterisasi dan de-nazi-fikasi wilayah Ukraina. Hal ini dinilai oleh Ukraina sebagai invasi Rusia ke Ukraina[1].

Hingga saat ini, tiada tanda akan terjadinya gencatan senjata maupun usaha damai dalam penyelesaian konflik Rusia dan Ukraina ini.

Baca Juga: Mengenali Perang Rusia-Ukraina dan Dampaknya terhadap Perekonomian Global

Bacaan Lainnya

Sejalannya konflik turut menghasilkan kerugian bagi kedua belah pihak terutama Ukraina. Konflik ini telah menimbulkan dampak negatif bagi Ukraina seperti kerusakan infrastruktur, korban jiwa dan pengungsian, penurunan produksi industri, hilangnya investasi, dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa.

Rusia sendiri juga terkena dampak dari tindakan mereka, seperti menurunnya mata uang Rubel, krisis ekonomi, menurunnya kekuatan militer, dan sanksi-sanksi dunia internasional atas tindakan mereka.

Jika dilihat dari kerugian yang dialami Rusia, lalu mengapa perang ini terus berlanjut?

Conflict Background [2]

Perang dan konflik telah menjadi acara tahunan bagi pemerintah Rusia. Bisa dilihat dari intervensi militer Rusia yang dilakukan di wilayah pecahan Uni Soviet seperti Georgia dan Chencnya dalam tiga dekade belakangan ini.

Rusia kerap memberikan dukungan pada wilayah yang memberontak dan menuntut berdaulat. Dalam kasus Georgia, Rusia membebaskan Ossetia Selatan dan Abkhazia dari Georgia. Sedangkan dalam kasus Chechnya, Rusia menggulingkan Ichkeria dan mengganti pemerintahan mereka.

Dukungan yang diberikan oleh pemerintah Rusia tidak serta merta untuk mendukung kebebasan rakyat dalam kedaulatan mereka, tetapi bertujuan untuk membuat negara boneka yang dapat diatur oleh pemerintah Rusia, tujuan ini juga ingin diterapkan ke Ukraina.

Invasi Ukraina sendiri juga memiliki alasan yang sama dengan Georgia dan Chencya. Di mana pemerintah Rusia bertujuan untuk membebaskan wilayah Donestk dan Luhansk dari Ukraina dan membentuk negara sendiri.

Kepercayaan diri Rusia dalam Invasi Ukraina semakin menguat setelah Krimea berhasil dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014. Keberhasilan ini membuat Rusia merasa bahwa Invasi lanjutan akan berjalan mudah seperti Georgia dan Chencnya

Sayangnya konflik ini tidak berjalan sesuai keinginan dari Rusia, di mana setelah aneksasi yang dilakukan oleh Rusia pada Krimea, membuat masyarakat internasional menjadi lebih sigap atas tindakan Rusia.

Invasi Ukraina menjadi sulit dilakukan setelah dunia internasional memberikan bantuan dan dukungan mereka pada Ukraina dari segi militer dan ekonomi. Bantuan dan dukungan tersebut membuat usaha aneksasi berlangsung lebih lama hingga saat ini.

Meski banyaknya dukungan dan bantuan yang diterima oleh Ukraina dalam konflik ini, Rusia tidak pantang mundur dan tetap melanjutkan aksi mereka di tanah Ukraina.

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina: Sejarah, Penyebab, dan Implikasinya terhadap Perekonomian Indonesia

Understanding the Reasons[3]

Melihat potensi terjadinya kekalahan perang di Ukraina, Rusia tidak memberhentikan tindakan mereka. Hingga dititik di mana penduduk Rusia dilakukan mobilisasi untuk ikut serta dalam menyukseskan invasi Ukraina.

Tindakan nekat dari Rusia bukan tanpa alasan, tetapi terdapat kepentingan nasional yang kuat di dalamnya. Selain adanya keinginan untuk membuat Ukraina menjadi negara satelit dari Rusia, terdapat kepentingan ekonomi yang turut terlibat dalam konflik ini.

Rusia merupakan pemasok gas alam terbesar ke Eropa. Hingga tahun 2014 jalur pipa gas Rusia ke Eropa melewati Ukraina dan memberikan devisa kepada Ukraina. Tetapi hal tersebut berakhir setelah Rusia membuat pipa baru yang tidak melewati Ukraina.

Merespons hal tersebut, Ukraina mulai mengembangkan gas alam mereka dan bertujuan untuk menjualnya ke Eropa. Takut akan kehilangan pasar di Eropa, Rusia melancarkan serangkaian serangan di kawasan gas alam Ukraina, yang berujung pada usaha invasi yang terjadi pada saat ini.

Ukraina dinilai berpotensi mengganggu ekspor gas alam Rusia kepada Eropa, selain itu kedekatan Ukraina dengan bangsa Eropa turut menjadi ancaman bagi Rusia atas rasa persaingan blok Barat dan Timur yang mengental hingga saat ini.

Baca Juga: Bantuan Teori Realisme Menghadirkan Penyebab dan Solusi bagi Perang Ukraina

Resolving the Conflict

Perdamaian dalam konflik ini merupakan keinginan bagi kita semua, kejahatan dan kesengsaraan yang dibawa oleh perang harus segera diselesaikan. Dalam penyelesaian konflik ini perlu adanya konsolidasi antara kedua belah pihak dalam mencapai perdamaian terutama dari pihak Rusia sebagai penjajah.

Untuk menyelesaikan konflik ini, diperlukan upaya yang koordinat dan bersama-sama antara Ukraina, Rusia, dan negara-negara Barat. Pertama-tama, diharapkan adanya gencatan senjata yang jelas dan berkelanjutan di wilayah konflik, termasuk di Donbass dan Luhansk.

Selain itu, perundingan damai yang diawasi oleh masyarakat internasional, seperti OSCE (Organisasi untuk Keamanan dan Kerja sama di Eropa) atau UN (United Nations), harus segera dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan.

Dalam jangka panjang, penting untuk membangun kembali hubungan antara Rusia dan Ukraina yang terputus akibat konflik ini. Upaya diplomasi dan dialog yang kuat harus dilakukan untuk memperbaiki hubungan antara kedua negara dan mencari solusi yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Baca Juga: Dampak Global Akibat Konflik Rusia-Ukraina terhadap Indonesia

Kita tidak boleh mengabaikan konflik ini karena dampaknya tidak hanya terbatas pada Ukraina dan Rusia, tetapi juga mempengaruhi stabilitas dan keamanan di kawasan Eropa. Kita harus terus mendukung upaya-upaya damai dan memperkuat kerja sama internasional untuk mengakhiri konflik ini dan menciptakan perdamaian yang berkelanjutan di wilayah tersebut.

Penulis: Al Ghifari
Mahasiswa Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi


[1] European Parliament (2022), Russia’s war on Ukraine: Background, Europa.Eu, diakses di https://www.europarl.europa.eu/EPRS/TD_Russia_war_Ukraine.pdf

[2] Daniel B. Bear, (2022), The Thaw on Russia’s Periphery Has Already Started, Foreign Policy, diakses di https://foreignpolicy.com/2022/10/14/russia-ukraine-war-caucasus-georgia-armenia-azerbaijan-moldova-balkans-periphery-geopolitics-power-vacuum/

[3] David Knight Legg, (2022), Putin’s Ukraine Invasion Is About Energy and Natural Resources, Wall Street Journal, di akses di https://www.wsj.com/articles/putins-ukraine-invasion-is-an-energy-heist-natural-gas-russia-ukraine-invasion-oil-nato-conflict-11649186174

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses