Sediaan Krim Antioksidan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma Longa L) untuk Antiaging

Sediaan Krim Antioksidan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma Longa L) Untuk Antiaging
Sumber: Penulis

Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh  manusia yang menutupi otot dan organ dalam. Karena kulit merupakan  jaringan pembuluh darah, saraf dan  kelenjar yang tak ada habisnya, risiko penyakit sangatlah tinggi, oleh karena itu perubahan pada kulit dapat dengan mudah diamati.

Masalah penuaan kulit meningkat seiring dengan meningkatnya populasi geriatri di dunia. Berbagai perubahan pada kulit terjadi pada populasi ini. Penuaan kulit merupakan proses penurunan  fungsi dan kapasitas kulit secara progresif.

Terdapat dua faktor yang berperan pada terjadinya penuaan kulit, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik antara lain genetik, metabolisme sel, dan hormonal sedangkan yang termasuk faktor ekstrinsik antara lain radiasi ultraviolet, inframerah, dan karsinogen lingkungan seperti polusi udara.

Paparan sinar UVA dan UVB dapat menyebabkan terbentuknya ROS (Reactive Oksigen Spesies), suatu stres oksidatif yang berujung pada peningkatan produksi radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul yang  tidak stabil dan sangat reaktif yang dapat merusak sel dan menyebabkan apoptosis sel.

Bacaan Lainnya

Selain menghasilkan ROS, UVB juga mengaktifkan reseptor sitokin dan reseptor TGF-β, meningkatkan produksi protein aktivator 1 (AP-1) dan faktor NF-κB, sehingga meningkatkan produksi MMP (Matrix Metalloproteinases).

Baca Juga: Mengungkap Rahasia Tanaman Pegagan (Centella Asiatica) sebagai Antijerawat

Peningkatan MMP dapat menyebabkan rusaknya kolagen tipe I akibat terganggunya regulasi matriks sel kulit sehingga menyebabkan kerutan dan penuaan dini pada kulit yang disebut  photoaging. Aktivasi NFkB dapat merangsang sitokin, meningkatkan respon inflamasi yang diinduksi ROS, dan menyebabkan apoptosis sel. (Dampati & Veronica, 2020)

Kunyit, atau yang dikenal juga dengan nama kunir, adalah tanaman yang berasal dari Asia Tenggara, terutama wilayah Indonesia dan India. Tanaman ini telah lama digunakan dalam berbagai keperluan, baik sebagai bahan makanan, obat tradisional, maupun bahan pewarna.

Bagian yang paling banyak digunakan dari kunyit adalah rimpang Rimpang kunyit mengandung senyawa kimia golongan fenolik. Senyawa fenolik tersebut adalah kurkuminoid.

Kurkuminoid terbagi menjadi tiga senyawa yaitu kurkumin dengan kadar sekitar 70-75%, demetoksikurkumin 10-25%, dan bisdemetoksikurkumin 5-10% (Oliveira et al., 2021). Kurkuminoid dapat bersifat sebagai antioksidan. Sebagai antioksidan, ekstrak C.longa l  dapat digunakan untuk menangkal radikal bebas yang merusak kolagen dan elastin, yaitu protein yang menjaga kelembapan kulit.

Antioksidan dapat menghambat reaksi radikal bebea penyebab penyakit t karsinogenis, kardiovaskuler dan penuaan dalam tubuh manusia. Tubuh manusia memerlukan antioksidan dikarenakan tidak memiliki sistem pertahanan antioksidan yang cukup, sehingga apabila terjadi paparan radikal berlebihan, maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen (berasal dari luar).

Baca Juga: Potensi Daun Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L) sebagai Penurunan Demam (Antipiretik) pada Tubuh

Antioksidan kunyit (Curcuma longa Linn) dapat digunnakan sebagai kosmetik. Krim merupakan sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung bahan – bahan tertentu dan mengandung air kurang dari 60% (Syamsuni, 2006). Krim digunakan untuk penggunaan luar dengan dioleskan ke kulit. Krim merupakan sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung bahan – bahan tertentu dan mengandung air kurang dari 60% (Syamsuni, 2006).

Pembuatan krim kunyit yang berpotensi sebagai antioksidan ialah menggunakan sampel berupa serbuk rimpang kunyit dan dibagi menjadi fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari virgin coconut oil (VCO), beeswax, Tween 80, PEG 400, nipasol, dan gliserin, sedangkan fase air terdiri dari xanthan gum, nipagin, dan akuades.

Pembuatan fase minyak dilakukan dengan cara minyak kelapa murni (virgin coconut oil) dicampurkan dengan Tween 80, PEG 400, dan beeswax. Setelah itu, campuran dipanaskan di atas hotplate pada suhu 8°C hingga mencair. Fase minyak yang telah cair kemudian ditambahkan propil paraben dan diaduk hingga larut.

Pembuatan fase air dilakukan dengan cara akuades dipanaskan di atas hotplate pada suhu 8°C lalu dimasukkan metil paraben dan diaduk hingga larut. Pada wadah yang lain dicampurkan xanthan gum ke dalam gliserin lalu diaduk.

Setelah itu, xanthan gum dan gliserin dimasukkan ke dalam gelas beker berisi akuades dan metil paraben kemudian diaduk hingga terbentuk gel berwarna putih. Fase air kemudian dicampurkan ke dalam fase minyak secara perlahan dan diaduk menggunakan mixer selama 3x menit sehingga terbentuk basis krim.

Kemudian ditambahkan ekstrak kunyit dan diaduk kembali menggunakan mixer selama 2x menit. Pembuatan krim dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.(Setyo, 2022)

 

Silva Ivana Putri

Penulis: Silva Ivana Putri
Mahasiswa Jurusan Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

 

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses