Sendratari Roro Jonggrang dengan Kombinasi Berbagai Tari Tradisi

Seni Tari
Sendratari Roro Jonggrang dengan Kombinasi Berbagai Tari Tradisi

Sendratari “Legenda Roro Jonggrang” merupakan pertunjukan mingguan yang diadakan oleh PT. Taman Wisata Candi. Sendratari ini rutin ditampilkan setiap hari Jumat di Teater Indoor Trimurti, Candi Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Harga tiket sangat beragam, mulai dari Rp50.000 untuk pelajar hingga Rp250.000 untuk kelas spesial. Pembelian tiket bisa dibeli secara daring maupun luring. Pertunjukan dimulai pada pukul 19.30 WIB dan berlangsung selama kurang lebih satu jam.

Pertunjukan Sendratari “Legenda Roro Jonggrang”  dimulai dengan kekalahan Raja Damarmoyo oleh Raja Boko, ayah dari Putri Roro Jonggrang. Raja Damarmoyo memberi tahu putranya, Bandung, tentang kekalahan ini.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Pertunjukan Seni Teater Ketika Iblis Menikahi Seorang Perempuan

Gambar 1 Brosur Sendratari Legenda Roro Jonggrang.

Bandung, yang sedang marah, menantang Raja Boko dalam perang dan dia akhirnya mengalahkan Raja Boko. Pada waktu itu Bandung melihat seorang putri cantik bernama Roro Jonggrang dan Ia jatuh cinta padanya.

Tetapi setelah Roro Jonggrang tahu bahwa Bandung membunuh ayahnya, dia kemudian bermaksud jahat dengan menipu Bandung untuk membangun 1000 kuil jika dia ingin menikahinya. Bandung yang dibantu oleh Bondowoso dan tentara hantu gagal menyelesaikan 1000 candi.

Karena Puteri Roro Jonggrang menipunya, Bandung Bondowoso mengutuk Jonggrang menjadi patung sebagai 1000 candi terakhir.

Gambar 2 Tokoh Roro Jonggrang dalam Sendratari Roro Jonggrang.

Endra Wijaya (31), koreografer dari sendratari ini mengatakan bahwa cerita ini diangkat menjadi sendratari karena berkembang di masyarakat setempat dan masih dipercaya hingga saat ini. Salah satu faktor lainnya adalah pihak manajemen yang menginginkan cerita baru selain Legenda Ramayana.

Maka, dipilihlah Legenda Roro Jonggrang yang sesuai dengan lokasi pertunjukannya yaitu di Kawasan Candi Prambanan.

Dalam wawancaranya, Endra yang masih menggunakan kostumnya sebagai Bondowoso menjelaskan bahwa penari untuk pertunjukan sendratari ini berasal dari berbagai kalangan.

“Ada yang masih TK, seperti yang menjadi tuyul. Untuk lakonnya sendiri berkisar dari 20 hingga 30 tahun. Paling tua saat ini ada senior kami berumur 50-an tahun yaitu Hajar Wisnu Satoto,” tutur Endra.

Gambar 3 Tokoh Tuyul dalam Sendratari Legenda Roro Jonggrang.

Endra pun menambahkan, penari ini berasal dari berbagai latar belakang. Ada yang masih di SD, SMP, SMA hingga kuliah, seperti dari ISI Yogyakarta, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Sanata Dharma. Semua penari tersebut tergabung dalam satu komunitas yaitu Kinnara Kinnari Dance Community.

Baca Juga: Mahasiswa Untag Surabaya Dorong Pelaku Seni Minggirsari Optimalkan Media Sosial sebagai Wadah Pemasaran

Sendratari “Legenda Roro Jonggrang” disutradari oleh Wisnu Aji Setyo Wicaksono (42) yang saat ini berada di Toronto, Kanada. Untuk koreografi pertunjukan ini dikoreograferi oleh Endra Wijaya (31) dan Bramantyo Fendi Prastowo (31).

Persiapan sendratari ini berlangsung selama delapan bulan. 25 November 2018 sendratari ini tampil perdana dan rutin ditampilkan hingga saat ini.

“Untuk tariannya sendiri, kita kombinasi dari beberapa tradisi. Di antaranya ada tradisi Jogja, Surakarta, Aceh, Banyumasan, dan masih banyak lagi,” kata Endra menjelaskan mengenai tarian yang ditampilkan.

Salah satu tarian yang ditampilkan yaitu Tari Prawira Watang yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. Tarian ini muncul ketika penari yang berperan sebagai prajurit membawa tombak. Kemudian tarian ini dikombinasi dengan tarian tradisi lainnya.

Gambar 4 Adegan Tombak dalam Sendratari Legenda Roro Jonggrang.

Kombinasi tarian ini dengan tata panggung yang dilengkapi LED Videotron serta lighting yang mumpuni diharap bisa membawa warna baru dan memantik rasa penasaran anak muda untuk menonton sendratari dan pertunjukan tradisi.

Endra juga ingin sendratari lebih ramai seperti sebelum pandemi dan pemainnya terus beregenerasi hingga nanti,

Penulis: Muhammad Esa Zigotanelda Aulia Dahlan
Mahasiswa Program Studi Film dan Televisi ISI Surakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI