Skoliosis – Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya

Skoliosis
Skoliosis (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Tau kah kamu mengenai skoliosis? Skoliosis adalah kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan lengkungan punggung tidak normal menyerupai bentuk  S atau C.

Meski lebih sering terjadi pada anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga mengalami penyakit ini.

Skoliosis biasanya dimulai dengan gejala ringan, namun bisa memburuk seiring  bertambahnya usia.

Bacaan Lainnya
DONASI

Kondisi ini harus segera ditangani untuk mencegah kerusakan pada sendi dan saraf tulang belakang yang dapat menyebabkan nyeri jangka panjang.

Apa Itu Skoliosis

Biasanya tulang belakang berbentuk lengkungan yang terlihat tepat di bawah bahu jika dilihat dari belakang dan sedikit melengkung jika dilihat dari samping.

Pada penderita skoliosis, penyakit ini menyebabkan tulang belakang melengkung seperti huruf S atau C. Lekukan tersebut tidak hanya terlihat dari samping, tetapi juga dari belakang.

Skoliosis adalah jenis kelainan pada tulang belakang yang perlu segera ditangani. Apabila dibiarkan, dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti:

  1. Nyeri punggung yang berkepanjangan.
  2. Kerusakan saraf tulang belakang.
  3. Gangguan pada jantung dan paru-paru.
  4. Sesak napas akibat kelengkungan tulang yang memengaruhi volume rongga dada di satu sisi menjadi lebih sempit.
  5. Menurunnya kepercayaan diri akibat postur tubuh yang tidak sempurna.

Jenis jenis Skoliosis

Berdasarkan penyebabnya, skoliosis terbagi menjadi beberapa jenis, berikut penjelasannya masing-masing:

1. Skoliosis degeneratif

Kondisi ini biasanya terjadi antara usia 40 dan 50 tahun, seringkali terjadi pada orang dewasa yang memiliki riwayat skoliosis. Skoliosis degeneratif disebabkan oleh  penuaan sendi dan ligamen tulang belakang seiring bertambahnya usia.

2. Skoliosis neuromuskular

Kondisi ini diakibatkan oleh ketidakmampuan tubuh mempertahankan tonus dan postur tubuh akibat kelainan pada sistem saraf dan otot. Skoliosis neuromuskular juga dapat dikaitkan dengan  spina bifida dan stroke.

3. Skoliosis bawaan

Kondisi ini akibat rusaknya perkembangan tulang belakang  janin  di dalam kandungan. Skoliosis jenis ini biasanya lebih sulit diobati.

4. Skoliosis sindromik

Kondisi ini terjadi pada orang dengan sindrom tertentu seperti sindrom Beale, sindrom Retts, dan Prada-Willi.

5. Skoliosis idiopatik

Skoliosis jenis ini belum diketahui secara pasti apa penyebabnya, namun merupakan kasus skoliosis yang paling umum terjadi, terutama pada anak usia 10 hingga 18 tahun yang masih dalam masa pertumbuhan.

Jenis-Jenis Skoliosis

Secara umum, beberapa kondisi  dapat menyebabkan skoliosis:

  1. Cacat tulang belakang.
  2. Cakram dan persendian mulai menjadi rapuh seiring bertambahnya usia.
  3. Bawaan lahir.
  4. Peradangan atau cedera tulang belakang.
  5. Penyakit Osteoporosis. Gangguan saraf dan otot.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya skoliosis antara lain:

  1. Anda memiliki riwayat keluarga yang menderita skoliosis.
  2. Berjenis kelamin wanita.
  3. Saat ini di usia remajanya atau sedang masa pubertas.

Gejala Skoliosis

Gejala skoliosis bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kondisinya. Namun secara umum, beberapa gejala yang ditimbulkan oleh  skoliosis adalah:

  1. Tubuh pasien condong ke samping.
  2. Sakit punggung.
  3. Mengalami ketegangan otot.
  4. Kekakuan di punggung.
  5. Bagian belakang tampak bengkok.
  6. Skapula tampak menonjol di satu sisi.
  7. Tinggi pinggang tidak sama.
  8. Satu kaki lebih panjang dalam posisi tegak.
  9. Bahu miring. Satu pinggul lebih terlihat dibandingkan sisi lainnya.

Jika derajat kelengkungan skoliosis  cukup kuat, biasanya penderita  akan merasakan rasa tidak nyaman pada punggung.

Selain itu, kondisi ini dapat menyebabkan  tulang belakang terpelintir, sehingga memperburuk lengkungannya dan bahkan menyebabkan tulang rusuk atau otot terpisah di satu sisi.

Pengobatan  Skoliosis pada Anak

Skoliosis pada anak dengan kelengkungan 0-10 derajat tidak memerlukan pengobatan khusus. Hal ini dikarenakan anak memiliki tulang belakang yang masih bisa berkembang dan  lurus seiring bertambahnya usia.

Namun, anak yang berisiko terkena skoliosis memerlukan pengawasan medis khusus  dan  pemeriksaan  rutin. Hal ini dilakukan untuk memeriksa perkembangan tulang belakang anak.

Jika derajat kelengkungan skoliosis  anak mencapai 25 derajat, dokter  menyarankan untuk menggunakan alat khusus untuk menopang tulang belakang. Namun, cara ini tidak mengembalikan bentuk tulang belakang menjadi normal, melainkan  mencegah kelengkungan  semakin parah.

Jika kelengkungan sudah mencapai 40 derajat atau lebih dan disertai gejala yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, dokter  menyarankan untuk dilakukan operasi.

Pengobatan Skoliosis pada Anak

Untuk orang dewasa, dokter biasanya meresepkan obat pereda nyeri jika skoliosisnya ringan hingga sedang namun sering menimbulkan nyeri.

Selain itu, dokter juga mungkin akan memberikan suntikan kortikosteroid untuk meredakan  nyeri, kesemutan, dan kaku akibat tekanan pada saraf tulang belakang pasien.

Jika skoliosis sudah mencapai tingkat parah yang tidak dapat diobati dengan obat pereda nyeri, dokter akan mempertimbangkan operasi fusi tulang belakang.

Operasi Skoliosis

Pembedahan dilakukan hanya jika skoliosis yang dialami pasien cukup parah dan tidak kunjung membaik bahkan setelah pengobatan. Operasi skoliosis biasanya dilakukan setelah musim tanam.

Operasi yang digunakan untuk mengatasi skoliosis adalah operasi fusi tulang belakang atau fusi tulang belakang. Selama prosedur ini, dokter menyatukan dua atau lebih tulang belakang untuk membentuk satu tulang.

Tulang tersebut kemudian ditopang oleh pelat agar vertikal. Operasi lain yang mungkin dilakukan dokter untuk mengatasi skoliosis meliputi:

1. Operasi laminektomi

Operasi laminektomi untuk mengangkat sebagian tulang belakang untuk mengurangi tekanan pada saraf yang terkena.

2. Operasi dekompresi

Operasi dekompresi untuk mengangkat salah satu bantalan atau bantalan tulang belakang untuk mengurangi atau menghilangkan tekanan pada saraf yang terkena.

Pencegahan Skoliosis

Sebagian besar kasus skoliosis tidak dapat dicegah. Namun untuk mengurangi risiko terjadinya skoliosis degeneratif (akibat bertambahnya usia), lakukan program latihan aerobik dan lakukan latihan kekuatan  inti secara rutin sejak dini.

Aktivitas fisik ini dapat membantu meluruskan tulang belakang yang melengkung serta menguatkan otot punggung dan perut.

Hingga saat ini, pencegahan skoliosis pada anak dapat dilakukan melalui pemeriksaan skoliosis secara berkala. Pentingnya mendeteksi skoliosis sejak dini agar dapat ditangani sesegera mungkin.

Penulis: Katon Galih Wicaksono
Mahasiswa Fisioterapi, Universitas Binawan

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI