Tantangan Perdagangan Global Bagi Indonesia di Masa Pandemi Covid-19

Perdagangan di Masa Pandemi

Covid-19 atau yang sering kita sebut dengan virus corona ini bisa menyerang sistem pernapasan dan menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang begitu berat hingga kematian.

Dengan adanya virus corona ini mengakibatkan terganggunya hampir semua industri bisnis dari berbagai sector. Ini menjadi tantangan yang sangat berat untuk kedepannya.

Lima Tantangan Baru Perdagangan Global

Kasubdit Argo Direktorat Pengembangan Ekspor Kementerian Perdagangan, Mila Karmila Bishry menjelaskan tentang lima tantangan baru dalam perdagangan global yang harus dihadapi akibat pandemi covid-19.

Bacaan Lainnya
DONASI

Pertama, perubahan perilaku konsumen dan pola perdagangan global. Mengingat pandemi ini membuat sikap konsumen lebih selektif akan keamanan pangan dan higienitas menjadi prioritas. Serta, pandemi ini juga membuat sistem perdagangan harus bertransformasi dalam ekosistem digital.

Kedua, proteksionisme perdagangan dan meningkatnya hambatan perdagangan. Di antaranya pemberlakuan tarif oleh negara mitra dagang, kewajiban lisensi impor dari negara mitra dagang, dan sustainable issues (yang mana produk ekspor harus bersifat ramah lingkungan).

“Di tengah pandemi ini, perdagangan global juga diwarnai aksi proteksionisme antar mitra dagang. Ini akan menjadi tantangan yang harus dicarikan solusinya,” kata Mila dalam webinar bersama Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) via Zoom, Kamis (13/8).

Perdagangan di Masa Pandemi

Kemudian, perundingan kerja sama perdagangan menjadi sulit diselesaikan. Padahal adanya perundingan yang baik memungkinkan untuk meningkatkan arus investasi, membuka pasar untuk produk baru, dan mengurangi hambatan perdagangan baik berupa eliminasi tarif atau pengurangan hambatan non tariff.

Keempat, potensi defisit dan resesi ekonomi, mengingat telah banyak negara maju di berbagai benua yang mengumumkan masuk jurang resesi pada tahun ini. Pun, perang dagang antara China dan Amerika Serikat kian memanas.

Kondisi ini bagian dari fokus kita, untuk juga melihat sistem politik dunia. Nantinya jangan sampai membuat neraca perdagangan Indonesia menjadi defisit,” ucapnya.

Terakhir, UMKM paling terdampak selama pandemi. Sehingga pelaku usaha disektor ini terus dipacu untuk berinovasi menghasilkan produk yang baru dan bersandar ekspor. UMKM juga diminta melakukan diversifikasi produk agar mampu bertahan disituasi bisnis yang masih belum pasti ini.

“Untuk inovasi kita dorong UMKM agar banting setir. Misalnya dengan menjadi produsen dari masker ataupun APD yang berkualitas, sehingga dapat diserap pasar. Inovasi harus dilakukan,” tutupnya.

Merespon Kebijakan

Merespon praktik kebijakan proteksionisme yang kian marak dalam perdagangan internasional, Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine meminta pemerintah untuk menghindari perilaku serupa khususnya dengan terkait impor bahan pangan, bahan baku industri, serta alat-alat kesehatan. Sebaliknya, pemerintah harus berfokus untuk memperbaiki sistem perdagangan di dalam negeri untuk mendorong peningkatan ekspor yang lebih berkualitas.

“Memiliki perjanjian perdagangan tidak cukup, perlu langkah strategis untuk optimalisasi manfaat. Termasuk didalamnya untuk mendorong peningkatan ekspor,” paparnya.

Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com

Meilawati Tamara Marfiyana
Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan

Editor: Rahmat Al Kafi

Baca Juga:
Dampak Covid-19 terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020
Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian dan Pendidikan Negara
5 Tips Agar Sukses Menjual Produk Tanpa Bertatap Muka saat Wabah Covid-19

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI