Tingginya Angka Stunting di Indonesia yang Berdampak pada Perkembangan Kognitif Anak

Perkembangan Kognitif Anak Stunting
Ilustrasi Stunting (Sumber: Media Sosial)

Stunting adalah kondisi di mana fisik anak tumbuh secara tidak normal sesuai dengan umurnya karena mengalami kekurangan gizi. Biasanya kekurangan gizi pada 1000 hari kehidupan pertama anak sangat memicu terjadinya stunting.

Selain gizi buruk stunting juga dapat di sebabkan oleh buruknya sanitasi dan Kesehatan ibu yang kurang baik. Anak yang mengalami stunting dapat beresiko pada perkembangan fisik dan  perkembangan otak sehingga dapat mempengaruhi proses perkembangan anak dan berpengaruh pada kehidupan masa depan anak.

Dikutip dari pafikabupatenkarimun.org, pada tahun 2023, angka stunting di Indonesia mencapai 21,5% angka tersebut sudah turun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 21,6%. Pulau madura adalah salah satu penyumbang angka stunting di Indonesia.

Di mana pada tahun 2023 tercatat dengan rincian Kabupaten Pamekasan 3,69%, Kabupaten Bangkalan 26,2%, Kabupaten Sampang 14,1% dan Kabupaten Sumenep sebesar 16,75%. Pada tahun 2024 presiden Joko Widodo menargetkan penurunan stunting hingga 14% dengan cara pengadaan perbaikan infrastruktur serta intervensi gizi.

Bacaan Lainnya

Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kerjasama antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat untuk mengatasi masalah stunting yang tergolong tinggi ini.

Menurut WHO stunting adalah kondisi di mana balita atau anak-anak mengalami gagal tumbuh kembang yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang panjang. Stunting bisa terjadi dari sewaktu anak masih berada di dalam kandungan tetapi baru akan terlihat pada saat anak berusia 2 tahun.

Menurut para ahli stunting juga berdampak pada perkembangan otak anak bahkan metabolisme anak juga akan dapat terganggu. Stunting disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya pengetahuan ibu terhadap asupan gizi saat hamil, sebelum bahkan sesudah melahirkan atau selama fase menyusui.

Kesenjangan ekonomi keluarga juga menjadi salah satu faktor penyebab anak mengalami stunting, kesenjangan ekonomi juga dapat dikaitkan dengan fenomena nikah muda yang semakin marak di mana calon ayah belum memiliki pekerjaan yang mapan.

Karena hal tersebut juga menjadi alasan orang tua sulit untuk membeli bahan makanan yang bergizi seperti 4 sehat 5 sempurna karena harga bahan makanan tersebut cukup mahal. Selain kekurngan gizi, kesulitan mendapatkan air bersih dan jauhnya pusat layanan Kesehatan juga dapat mempengaruhi terjadinya stunting pada anak.

Baca juga: Penyebab dan Cara Pencegahan Terjadinya Stunting pada Balita

Stunting pada anak dan balita dapat berdampak besar pada perkembangan anak salah satunya berdampak pada kognitif anak. Perkembangan aspek-aspek penting pada otak anak akan  menjadi terhambat karena  kekurangan gizi.

Dampak utamanya adalah penurunan kemampuan anak penderita stunting dan cenderung mengalami keterlambatan dalam proses belajar dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Anak-anak stunting akan sulit mengingat sesuatu dan sulit untuk fokus, serta mereka juga akan sulit memecahkan masalah akademis mereka di masa depan.

Menurut penelitian, anak stunting akan memiliki skor IQ di bawah rata-rata dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh dengan kondisi gizi yang cukup. Anak-anak stunting akan mengalami hambatan perkembangan koneksi saraf pada otak mereka.

Kekurangan gizi pada tahap awal pertumbuhan anak juga akan dapat menghambat pola berpikir, perkembangan motorik serta kesulitan untuk bisa berbicara. Anak stunting juga akan sulit bersosialisasi dengan teman sebayanya karena tertinggal dari segi perkembangan, baik fisik maupun perkembangan lainnya.

Hal ini akan sangat berpengaruh pada hubungan sosial sang anak kedepannya, jika stunting terjadi pada anak-anak maka stunting tersebut juga akan menyebabkan gangguan mental seperti kecemasan dan depresi, karena sang anak akan merasa tertinggal dalam berbagai aspek kehidupan dengan teman sebayanya.

Stunting dapat menghambat perkembangan fisik dan perkembangan otak anak, hal ini akan sangat berpotensi mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia di masa yang akan mendatang.

Di Indonesia pemerintah hingga masyarakat sudah melakukan kerjasama untuk mengatasi stunting menggunakan beberapa langkah. Pemerintah dan Lembaga Kesehatan mulai aktif memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya gizi yang seimbang terutama bagi balita dan ibu hamil serta penyuluhan untuk berhenti melakukan pernikahan di usia dini.

Salah satu penyuluhan yang ditekankan adalah pentingnya ASI eksklusif selama enam bulan pertama sekaligus pemberian makanan pendamping ASI yang bergizi untuk anak di bawah usia dua tahun.

Selain itu, pemerintah juga berupaya untuk menekankan pemberian makanan bergizi kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak yang sedang berada dalam fase pertumbuhan awal. Serta memberikan pelatihan kepada masyarakat mengenai bagaimana cara mengolah makanan bergizi yang baik dengan menggunakan bahan makanan yang harganya relatif terjangkau.

Baca juga:Penyebab dan Cara Pencegahan Terjadinya Stunting pada Balita

Stunting yang disebabkan oleh kekurangan gizi pada awal pertumbuhan anak-anak memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap kognitif anak. Para peneliti juga berpendapat bahwa stunting berpengaruh pada kognitif anak. Kita bisa melihat dari lingkungan sekitar di mana sebuah perbedaan yang sangat signifikan antara anak yang mengalami stunting dengan anak yang tidak mengalami stunting.

Perbedaan yang sering kita lihat adalah perbedaan pertumbuhan fisik, di mana anak yang mengalami stunting jauh lebih kecil dibandingkan anak seusianya, cara berpikir anak, fokus serta konsentrasi anak.

Seperti yang kita ketahui bahwa stunting adalah kekurangan gizi sejak awal pertumbuhan atau ketidaktahuan sang ibu mengenai kebutuhan nutrisi pada masa kehamilan dan pada masa menyusui, lingkungan yang kotor, sulit mendapatkan air bersih dan jauhnnya jarak rumah dengan pusat layanan kesehatan juga menjadi faktor terjadinya stunting pada anak.

Begitu pentingnya pengetahuan seorang ibu mengenai nutrisi anak serta perekonomian yang cukup juga menjadi aspek penting pencegahan stunting.

 

Penulis: Yunita Syafiyanti
Mahasiswa Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses