Tips Move On dari Mantan: Tinjauan Teori Kognisi Sosial

Helpful Tips
Ilustrasi Helpful Tips (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Proses move on setelah putus cinta memang merupakan fase yang sulit dan penuh tantangan. Banyak orang mengalami perasaan galau, kehilangan arah dan kesulitan melanjutkan hidup setelah hubungan mereka berakhir (Slotter et al., 2010).

Terkadang, proses ini bisa memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi beberapa tips berdasarkan teori kognisi sosial yang dapat membantu dalam proses move on setelah putus cinta.

Teori yang dikembangkan oleh Albert Bandura ini menekankan pentingnya interaksi antara faktor kognitif, sosial, dan perilaku dalam membentuk perilaku individu.

Dalam kasus move on setelah putus cinta, kita dapat menerapkan konsep-konsep dari teori kognisi sosial untuk membantu dalam proses penyembuhan.

Bacaan Lainnya

Proses kognisi melibatkan perubahan pola pikir negatif menjadi pola pikir yang lebih positif dan realistis (Bandura, 1999).

Misalnya, menggantikan pikiran-pikiran seperti “Saya tidak akan pernah menemukan cinta lagi” dengan pikiran seperti “Saya memiliki potensi untuk menemukan cinta yang baru”. Ini membantu mengarahkan pikiran kita pada kemungkinan yang lebih positif.

Kami akan mempertimbangkan pentingnya proses kognitif, motivasional, afektif, dan seleksi dalam mengatasi kesulitan dan membangun kembali kehidupan yang sehat dan bahagia setelah putus.

Menggunakan teori ini dalam konteks kesulitan move on dari mantan pasangan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut (Abdullah, 2019).

1. Proses Kognitif

Dalam teori kognisi sosial, proses ini berfokus pada pemikiran, persepsi, dan interpretasi individu terhadap situasi dan pengalaman.

Proses kognitif membantu individu mengenali dan mengelola pemikiran dan keyakinan yang terkait dengan putus cinta.

Ini melibatkan mengubah pola pikir negatif, menggantikan pemikiran irasional dengan pemikiran yang lebih realistis dan positif, serta mengembangkan perspektif yang lebih seimbang.

2. Proses Motivasional

Dalam teori kognisi sosial, proses motivasional penting dalam membentuk perilaku individu. Proses motivasional mencakup konsep efikasi diri (self-efficacy) yang merupakan keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mencapai tujuan dan mengatasi tantangan.

Dalam kasus move on, proses motivasional berperan dalam memotivasi individu untuk tetap berkomitmen pada proses move on, memperkuat keyakinan diri, dan menggerakkan mereka menuju pemulihan dan pencarian kebahagiaan yang baru.

Melalui pengaturan tujuan kecil yang dapat dicapai dan memberi penghargaan pada diri sendiri atas kemajuan yang telah dicapai, kita dapat memperkuat efikasi diri kita.

3. Proses Afektif

Teori kognisi sosial juga memperhatikan proses afektif yang melibatkan pengelolaan emosi individu dalam konteks putus cinta.

Proses afektif mencakup pengenalan, pemahaman, dan pengelolaan emosi negatif yang mungkin timbul akibat putus cinta.

Individu diajak untuk mengenali dan menghormati emosi-emosi tersebut, serta menggunakan strategi yang sehat untuk mengatasi emosi tersebut, seperti teknik relaksasi, ekspresi seni, atau mencari dukungan sosial.

Setelah putus cinta, kita mungkin mengalami berbagai emosi seperti kesedihan, marah, atau kehilangan. Penting untuk memberi ruang pada emosi-emosi ini dan memahaminya dengan bijak.

Misalnya, kita dapat mengekspresikan emosi melalui menulis jurnal, berbicara dengan teman yang dipercaya, atau melibatkan diri dalam aktivitas fisik yang menyenangkan. Dengan cara ini, kita dapat mengelola emosi dengan lebih sehat dan mempercepat proses pemulihan.

4. Proses Seleksi

Dalam teori kognisi sosial melibatkan pemilihan lingkungan yang mendukung. Setelah putus cinta, mengelilingi diri dengan lingkungan yang positif dan mendukung dapat membantu dalam proses move on.

Carilah teman-teman yang mendukung dan tempatkan diri Anda dalam situasi yang memberikan dukungan emosional dan menginspirasi. Hindari lingkungan yang memicu kenangan yang menyakitkan atau menghambat pemulihan.

Dengan menerapkan konsep-konsep dari teori kognisi sosial, kita dapat mempercepat proses move on setelah putus cinta dan membangun kembali kehidupan yang lebih bahagia dan memuaskan.

Dengan memahami prinsip-prinsip teori kognisisosial, kita dapat menemukan cara untuk pulih dengan lebih baik dan menemukan kebahagiaan yang baru.

Dalam tulisan ini ini, kita akan menjelajahi beberapa tips berdasarkan teori kognisi sosial yang dapat membantu Anda dalam proses move on setelah putus cinta. Yuk, disimak!

1. Mengubah Pola Pikir Negatif

Pola pikir negatif seperti merasa tidak berharga atau percaya bahwa tidak akan pernah menemukan cinta lagi dapat mempengaruhi proses move on. Dalam teori kognisi sosial, kita belajar bahwa pikiran kita mempengaruhi emosi dan tindakan kita.

Mengubah pola pikir negatif menjadi lebih positif dan realistis adalah langkah pertama dalam proses penyembuhan.

Tantang pemikiran-pemikiran negatif tersebut dengan mengidentifikasi bukti-bukti yang menunjukkan sebaliknya. Ingatlah bahwa Anda memiliki kekuatan untuk membentuk masa depan yang lebih baik.

2. Membangun Efikasi Diri

Efikasi diri adalah keyakinan akan kemampuan kita untuk mengatasi tantangan dan mencapai tujuan. Dalam teori kognisi sosial, efikasi diri berperan penting dalam motivasi dan pengaturan diri. Untuk move on, penting untuk membangun efikasi diri yang kuat.

Tetapkan tujuan kecil yang dapat dicapai dan rayakan setiap kemajuan yang Anda buat. Juga, cari dukungan dari teman dan keluarga yang dapat memperkuat keyakinan diri Anda.

Ingatlah bahwa Anda memiliki sumber daya dalam diri sendiri untuk bangkit kembali dan menemukan kebahagiaan yang baru.

3. Mengelola Emosi dengan Bijak

Setelah putus cinta, emosi mungkin berkecamuk. Dalam teori kognitif sosial, kita belajar pentingnya pengelolaan emosi secara efektif.

Berikan waktu untuk berduka dan merasakan emosi yang muncul, tetapi hindari terjebak dalam siklus negatif yang tidak sehat.

Cari cara untuk mengatasi emosi dengan bijak, seperti melalui aktivitas fisik, menulis jurnal, atau berbicara dengan orang yang dipercaya.

Menggunakan strategi pengelolaan emosi yang sehat akan membantu Anda menghadapi perasaan negatif dan mempercepat proses penyembuhan.

4. Pemilihan Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan di sekitar kita dapat mempengaruhi proses move on. Dalam teori kognisi sosial, pemilihan lingkungan yang mendukung adalah penting.

Coba pilih lingkungan yang positif, baik dalam hal teman, aktivitas, atau tempat yang Anda kunjungi. Hindari lingkungan yang memicu kenangan atau perasaan sedih yang dalam.

Dengan mengelilingi diri Anda dengan lingkungan yang memberikan dukungan dan memicu pertumbuhan positif, Anda dapat mempercepat proses move on dan memulai babak baru dalam hidup Anda.

Dengan memahami prinsip-prinsip teori kognisi sosial dan menerapkan tips yang dijelaskan di atas, kita dapat mempercepat proses move on setelah putus cinta dan membangun kembali kehidupan yang lebih bahagia dan memuaskan.

Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki pengalaman yang unik, dan proses move on dapat berbeda-beda.

Menurut penelitian dari Davis dan rekan-rekannya (Davis et al., 2003) terungkap bahwa setiap orang merespons putus cinta dengan cara yang berbeda. Reaksi fisik, emosional, dan perilaku kita bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor yang unik pada diri kita sendiri.

Individu yang sangat terlibat emosional dalam hubungan cenderung mengalami reaksi yang lebih intens dan menghadapi kesulitan dalam proses move on. Mereka mungkin merasakan perasaan yang kuat dan kesulitan melepaskan ikatan yang terbentuk.

Sebaliknya, individu yang lebih menghindari kedekatan emosional atau cenderung cemas dalam hubungan juga dapat mengalami respon yang berbeda saat menghadapi putus cinta.

Tetapi, dengan kesabaran, dukungan dan penggunaan strategi yang sehat, kita dapat pulih dan menemukan kebahagiaan yang baru dalam hidup kita.

Meskipun proses move on mungkin sulit, hal itu juga merupakan kesempatan untuk tumbuh dan belajar tentang diri sendiri.

Dengan menghormati dan menghargai perasaan kita, kita dapat memulai babak baru dalam hidup kita dan menemukan kebahagiaan yang baru.

Jadi, jika Anda sedang mengalami kesulitan move on setelah putus cinta, ingatlah bahwa Anda tidak sendirian.

Ada sumber daya, dukungan, dan strategi yang dapat membantu Anda melewati masa sulit ini. Dengan ketekunan, keberanian, dan komitmen untuk menjaga kesehatan emosional dan mental, kita dapat pulih dan menemukan kebahagiaan yang baru dalam hidup kita.

Selamat berproses dan semoga Anda menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sejati dalam perjalanan move on Anda.

 

Penulis: Meilda Puteri Hardiyati
Mahasiswi Interdisciplinary Islamic Studies, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

 

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Referensi:

Abdullah, S. M. (2019). Similiarity Artikel: Social Cognitive Theory: A Bandura Thought Review published in 1982-2012. Journal Psikodimensia, 18(1), 85–100.

Bandura, A. (1999). Social cognitive theory: An agentic perspective. Asian Journal of Social Psychology, 2(1), 21–41.

Davis, D., Shaver, P. R., & Vernon, M. L. (2003). Physical, emotional, and behavioral reactions to breaking up: The roles of gender, age, emotional involvement, and attachment style. Personality and Social Psychology Bulletin, 29(7), 871–884.

Slotter, E. B., Gardner, W. L., & Finkel, E. J. (2010). Who Am I Without You? The Influence of Romantic Breakup on the Self-Concept. Personality and Social Psychology Bulletin, 36(2), 147–160. https://doi.org/10.1177/0146167209352250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses