Transformasi dari Timah ke Pariwisata: “Menyongsong Ekonomi Berkelanjutan di Belitung Timur Lewat Pariwisata”

Transformasi dari Timah ke Pariwisata: “Menyongsong Ekonomi Berkelanjutan di Belitung Timur Lewat Pariwisata”

Pulau Belitung dikenal sebagai salah satu penghasil timah terbesar di indonesia, dengan Kabupaten Belitung Timur sebagai pusat kejayaan industri tambang yang menopang perekonomian daerah selama bertahun-tahun. Namun, seiring waktu berjalan kejayaan itu mulai memudar.

Cadangan timah yang mulai menipis, perubahan harga dipasar global, dan dampak lingkungan dari aktivitas tambang mendorong masyarakat dan pemerintah daerah untuk mengembangkan sektor ekonomi baru. Dalam upaya tersebut, sektor pariwisata muncul sebagai solusi yang menjanjikan.

Meski tidak mudah, transformasi ini membawa harapan baru bagi masa depan. beralih dari industri tambang yang eksploitatif menuju pariwisata yang berkelanjutan membutuhkan perubahan paradigma, perencanaan yang matang, serta kerja sama yang baik antara berbagai pihak. Hal ini melibatkan pemanfaatan potensi yang ada, seperti keindahan alam, warisan budaya dan kreativitas lokal.

Baca Juga: Raja Ampat sebagai Aset Prospektif bagi Pengembangan Pariwisata di Indonesia

Bacaan Lainnya

Memanfaatkan Bekas Tambang sebagai Destinasi Wisata

Salah satu langkah inovatif yang telah dilakukan adalah memanfaatkan bekas tambang menjadi destinasi wisata menarik. Contoh yang paling menonjol, yaitu Open Pit Nam Salu yang berada di Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung Timur.

Bekas tambang ini kini telah menjadi salah satu Geosite unggulan dalam Geopark Belitung, yang telah diakui oleh UNESCO Global Geopark. Keindahan danau bekas tambang dengan air yang berwarna biru kehijauan dan dikelilingi dengan tebing-tebing yang curam, menawarkan pemandangan yang menakjubkan sekaligus memberikan pengalaman unik bagi wisatawan.

Keberadaan Open Pit Nam Salu tidak hanya menawarkan keindahan, tetapi juga menceritakan sejarah panjang industri timah di daerah tersebut. Dengan pengelolaan yang baik, bekas tambang ini menjadi bukti nyata bahwa dampak lingkungan dari kegiatan tambang tersebut dapat diubah menjadi aset ekonomi baru yang lebih ramah lingkungan.

Baca Juga: Strategi Indonesia untuk Mendukung Industri Pariwisata di Tengah COVID-19 pada Tahun 2020: Fokus pada Wisatawan Tiongkok

Mengangkat Potensi Lokal melalui Pariwisata Berbasis Budaya

Selain wisata berbasis alam, potensi budaya lokal juga menjadi pilar penting dalam transformasi pariwisata di Belitung Timur. Salah satu contohnya adalah pengembangan wisata berbasis pengalaman, seperti belajar membatik dan membuat kerajinan lokal.

Batik merupakan salah satu produk wisata Laskar Pelangi yang mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu motif batik daun simpor (Pohon dengan daun lebar khas Pulau Belitong) serta fauna lokal seperti Ikan Cempedik, yang tidak hanya mencerminkan identitas daerah tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi UMKM lokal.

Kegiatan ini memberikan nilai tambah bagi pariwisata karena wisatawan tidak hanya datang untuk menikmati keindahan alam, tetapi juga mendapatkan pengalaman mendalam mengenai kehidupan dan budaya masyarakat setempat. Hal ini penting untuk menciptakan pariwisata yang lebih inklusif, dimana manfaat ekonomi dapat dirasakan langsung oleh masyarakat lokal.

Baca Juga: Aspek Hukum Pengelolahan Pariwisata di Bali: Tantangan Pariwisata dan Lingkungan Hidup

Tantangan: Mengubah Pola Pikir dan Membangun Infrastruktur

Namun, transformasi ini tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah mengubah pola pikir masyarakat yang selama ini bergantung pada industri tambang. Bagi sebagian orang, tambang adalah pekerjaan yang memberikan penghasilan langsung, meskipun sifatnya tidak berkelanjutan.

Beralih  ke sektor pariwisata memerlukan waktu, pelatihan dan dukungan agar masyarakat dapat melihat potensi jangka panjang dari industri ini.

Selain itu, infrastruktur pendukung pariwisata juga perlu ditingkatkan. Akses transportasi, akomodasi dan fasilitas wisata harus tetap dijaga dan dikembangkan agar dapat memenhi kebutuhan wisatawan domestik dan mancanegara.

Di sisi lain, pemerintah dan masyarakat juga harus memastikan bahwa pembangunan tersebut tidak merusak lingkungan yang menjadi daya tarik utama di daerah Belitung Timur.

Baca Juga: Desa Penglipuran di Bali Menjadi Top Global Desa Pariwisata Terbaik

Peluang Besar untuk Pariwisata Berkelanjutan

Meski menghadapi berbagai tantangan, daerah Belitung Timur memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata berkelanjutan yang sukses.

Keindahan alamnya yang meliputi pantai-pantai berpasir putih dan jernih, perbukitan yang hijau, serta laut yang jernih adalah modal utama. Ditambah lagi dengan warisan budaya yang kaya dan masyarakat yang kreatif dapat menjadi kekuataan tambahan dalam membangun daya tarik wisata yang unik dan menarik.

Langkah-langkah konkret yang telah diambil, seperti pengakuan Geopark Belitung oleh UNESCO, membuktikan bahwa daerah ini memiliki komitmen yang kuat untuk mengelola pariwisata secara bijaksana. Pendekatan berbasis kelanjutan dimana aspek ekonomi, sosial, dan budaya diperhatikan secara seimbang.

Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa keberlanjutan tidak hanya tentang menjaga lingkungan, tetapi juga tentang menciptakan masa depan yang lebih baik serta memastikan bahwa manfaat dari sektor pariwisata dapat dinikmati oleh generasi sekarang dan mendatang.

 

Penulis: Elis
Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Universitas Bangka Belitung

 

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses