Desa Penglipuran di Bali Menjadi Top Global Desa Pariwisata Terbaik

Desa Pariwisata Terbaik
Desa Penglipuran di Bali.

Saya Luh Desytha Maharani sebagai penulis dari artikel yang berjudul “Desa Penglipuran di Bali Menjadi Top Global Desa Pariwisata Terbaik”. Di sini saya akan sedikit menjelaskan terkait dari sumber yang saya dapat tentang judul di atas. Maaf apabila ada kesalahan penulisan yang tidak berkenan bagi pembaca, informasi yang saya dapat berdasakan sumber yang ada.

Desa Penglipuran di Bali Menjadi Top Global Desa Pariwisata Terbaik

Desa wisata penglipuran yang bertempat di Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia. Desa Wisata Penglipuran terpilih menjadi salah satu dari 54 UNWTO Best Tourism Villages 2023 yang digelar di Samarkand, Uzbekistan pada Kamis (19/10/2023).

Melihat hal ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi prestasi yang telah diraih Desa Penglipuran.

Bacaan Lainnya
DONASI

“Best Tourism Village dari UNWTO ini menjadi pelengkap kebahagiaan kita. Karena seperti kita ketahui, ini adalah sebuah ajang yang sangat selektif,” kata Sandiaga.

Bahwa meskipun pada 2022 Indonesia sempat tertinggal, tetapi tahun ini Indonesia menyabet prestasi Desa Wisata Terbaik Dunia. I Wayan Budiarta, selaku pengelola Desa Wisata Penglipuran yang menerima piagam penghargaan secara langsung dari Sekjen UNWTO mengatakan, Best Tourism Village dari UNWTO merupakan penghargaan internasional yang luar biasa dalam perkembangan Desa Wisata Penglipuran.

“Penghargaan ini tidak hanya untuk Penglipuran, tetapi untuk pariwisata Indonesia secara umum. Prestasi ini juga akan semakin mengangkat Desa Wisata Penglipuran di tingkat internasional. Selain itu, penghargaan ini menjadi satu motivasi kami, masyarakat Penglipuran, untuk tetap menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya sehingga kepariwisataan di Desa Wisata Penglipuran bisa berkelanjutan,” ujar I Wayan Budiarta.

Adapun pesona yang ada di Desa Penglipuran yaitu:

1. Mempertahankan aturan adat Awig-Awig

Desa Wisata Penglipuran menganut dua sistem pemerintahan, yaitu sistem pemerintah formal dan aturan desa adat atau dikenal sebagai Awig-Awig.

Melansir dari situs Pemerintah Kabupaten Bangli, aturan adat Awig-Awig tersebut merupakan implementasi dari Tri Hita Karana. Meliputi, hubungan manusia dan Tuhan (prahyangan), hubungan manusia dan manusia (pawongan), serta hubungan manusia dan lingkungan.

2. Tata ruang Tri Mandala

Tata ruang Desa Penglipuran dikenal sebagai Tri Mandala, yang terdiri dari tiga bagian. Meliputi, Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala. Utama Mandala diartikan sebagai tempat suci para Dewa. Di lokasi ini, masyarakat Desa Wisata Penglipuran melakukan sembahyang kepada Sang Hyang Widi.

Selanjutnya, Madya Mandala merupakan kawasan pemukiman penduduk yang berbanjar sepanjang jalan utama desa. Rumah penduduk tersebut itu berjejer menghadap barat dan timur. Terakhir, Nista Mandala adalah tempat yang paling buruk, yang menjadi lokasi pemakaman masyarakat Desa Wisata Penglipuran.

3. Arti nama Penglipuran

Nama Desa Wisata Penglipuran ternyata memiliki makna khusus. Penglipuran berasal dari kata pengeling pura, yang maknanya adalah tempat suci untuk mengenang para leluhur.

4. Desa terbersih di dunia

Pernah menyandang gelar desa terbersih ketiga di dunia menurut Green Destinations Foundation pada 2016, setelah Desa Mawlynnong di India dan Giethoorn di Belanda. Saat memasuki Desa Wisata Penglipuran, wisatawan akan disambut dengan deretan tanaman hijau dan pagar tanaman di seluruh area desa, seperti dikutip dari Pesona Indonesia.

Berada di kaki Gunung Batur, desa wisata seluas 112 hektar ini juga memiliki udara sejuk dan segar. Saat berkeliling desa, wisatawan dilarang menggunakan kendaraan bermotor, ya! Hal ini dilakukan untuk menjaga lingkungan Desa Wisata Penglipuran agar bebas dari polusi.

Nah, wisatawa bisa mengeksplorasi keunikan Desa Wisata Penglipuran dengan berjalan kaki. Selain itu, wisatawan juga dilarang membuang sampah sembarangan. Pengelola Desa Wisata Penglipuran, sudah menyediakan tempat sampah setiap 30 meter.

5. Hutan bambu sebagai pelindung desa

Pesona Desa Wisata Penglipuran selanjutnya adalah keberadaan hutan bambu seluas 45 hektar, atau sekitar 40 persen dari luas desa. Melansir dari Pesona Indonesia, hutan bambu yang mengelilingi desa ini, disebut sebagai hutan pelindung desa.

Sebab, hutan bambu ini bukan hanya berfungsi untuk keindahan, namun juga sebagai kawasan resapan air. Selain itu, masyarakat setempat percaya, bahwa hutan bambu ini adalah bagian dari awal sejarah keberadaan mereka. Oleh sebab itu, hutan bambu tersebut masih dilestarikan hingga saat ini sebagai bentuk pelestarian warisan leluhur dan menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

6. Ritual keagamaan

Seperti desa adat lainnya di Bali, Desa Wisata Penglipuran juga memiliki ritual keagamaan yang masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satu ritual besar adalah Ngusaba untuk menyambut Hari Raya Nyepi. Selain itu, setiap 15 hari sekali, masyarakat Desa Wisata Peglipuran akan datang ke Pura Penataran untuk bersembahyang. Ritual keagamaan ini menjadi salah satu daya tarik Desa Wisata Penglipuran.

7. Penglipuran Village Festival

Pesona Desa Wisata Penglipuran lainnya adalah festival budaya yakni Penglipuran Village Festival. Acara ini biasanya diselenggarakan di akhir tahun dengan rangkaian kegiatan yang beragam. Mulai dari parade pakaian adat Bali, Barong Ngelawang, parade seni budaya, dan berbagai lomba lainnya.

Saat Penglipuran Village Festival digelar, biasanya jumlah wisatawan akan membludak untuk menyaksikan berbagai kegiatan yang memamerkan seni dan budaya khas Bali ini.

Terdapat tiga desa wisata lainnya di Indonesia yang masuk dalam upgrade program dalam ajang yang sama. Di antaranya, Desa Bilibante di NTB, Desa Pela di Kalimantan Timur, dan Desa Taro di Gianyar, Bali. Tiga desa tersebut bakal mendapatkan pelatihan dan pendampingan sehingga diharapkan dapat meraih prestasi serupa.

Dalam prestasi yang diraih dari desa tersebut membuat atau memberitahukan  bahwa desa desa lainnya di Indonesia lebih diketahui keindahannya, tradisinya, aturannya, dan lain-lain.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun berharap pesona desa-desa lain, seperti Desa Bayung Gede, Kintamani, yang juga potensial bisa terangkat.

“Penglipuran ini dari sisi klasifikasinya mandiri dan tentu kami akan dorong pariwisata Penglipuran berbasis budaya, berkualitas, dan bermartabat. Kami menginginkan tidak hanya kualitas tapi kuantitas dalam jumlah tertentu sehingga tetap terjaga khazanah budaya Penglipuran,” urai Tjok Pemayun.

Penulis:

Luh Desytha Maharani (202310110311164)
Mahasiswa Hukum Universitas Muhamadiyah Malang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI