Aplikasi sistem digital dalam dunia peternakan sangat diperlukan untuk meningkatkan peluang keberhasilan usaha secara signifikan di era persaingan bebas dan industri 4.0 yang menuntut kualitas produk dan kecepatan ketersediaan produk.
Sistem digital dalam industri peternakan semakin sering digunakan terutama pada Industri Perunggasan (Poultry Industry), Industri Ternak Perah dan Persusuan (Dairy Industry), Industri Ternak Potong dan Daging (Beef and Meat Industry), Industry Pakan (Feed Industry), dan Industry Pastura (Pasture Industry).
Dengan semakin berkembangnya Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence/kecerdasan buatan (AI), robot peralatan pemerah susu sapi robot, sensor (RFID, NIR-wifi), drone, augmented reality, blockchain, virtual reality, dan big data, sektor peternakan menghadapi peluang besar untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan.
Namun, di balik optimisme tersebut, terdapat tantangan signifikan seperti keterbatasan akses teknologi dan literasi digital yang masih menjadi hambatan utama bagi banyak peternak, khususnya di daerah pedesaan.
Peternakan tradisional di Indonesia seringkali menghadapi berbagai masalah yang kompleks. Inefisiensi produksi, tingginya risiko penyakit ternak, dan kerugian akibat manajemen yang kurang optimal adalah beberapa di antaranya.
Transformasi digital menawarkan solusi melalui pendekatan berbasis data, pemantauan kesehatan ternak secara real-time, serta otomatisasi berbagai proses.
Namun, adopsi teknologi ini belum merata. Banyak peternak yang masih enggan atau kesulitan untuk mengadopsi teknologi baru karena keterbatasan infrastruktur, biaya awal yang tinggi, serta minimnya edukasi mengenai manfaat yang ditawarkan oleh teknologi digital.
Baca Juga:Â Pengembangan Marketing dan Pelayanan Peternakan Kelinci
Salah satu contoh implementasi transformasi digital adalah penggunaan sensor dan perangkat IoT. Dengan teknologi ini, peternak dapat memantau kondisi suhu, kelembaban, dan kesehatan ternak secara langsung melalui perangkat digital.
Misalnya, sensor yang terpasang pada ternak dapat mendeteksi gejala awal penyakit, dan mendeteksi birahi yang memungkinkan intervensi dini yang efektif. Selain itu, analisis big data juga memberikan manfaat besar bagi sektor ini.
Data yang dikumpulkan dari peternakan dapat diolah untuk memahami pola penyakit, kebutuhan pakan, atau produktivitas ternak. Dengan wawasan berbasis data ini, peternak dapat mengambil keputusan yang lebih cepat dan akurat.
Teknologi kecerdasan buatan (AI) juga semakin banyak digunakan di sektor peternakan. AI mampu menganalisis data kesehatan ternak, mendeteksi perilaku abnormal, hingga mengoptimalkan jadwal reproduksi hewan.
Di beberapa peternakan modern, robot bahkan telah digunakan untuk memberi makan ternak, membersihkan kandang, dan memerah susu, sehingga mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual.
Namun, di balik potensi besar ini, masih ada tantangan besar berupa keterbatasan jaringan internet di daerah pedesaan yang seringkali menghambat adopsi teknologi ini.
Teori dasar dari transformasi digital di peternakan adalah efisiensi berbasis data. Di negara maju seperti Belanda, penerapan teknologi ini telah membawa perubahan besar. Produksi susu meningkat signifikan, penggunaan pakan menjadi lebih efisien, dan risiko penyakit ternak dapat diminimalkan.
Baca Juga:Â Teknologi AI (Artificial Intelligence) pada Bidang Peternakan
Idealnya, setiap peternak di Indonesia memiliki akses yang sama terhadap teknologi ini. Namun, praktik di lapangan menunjukkan bahwa teknologi saja tidak cukup. Pelatihan dan edukasi peternak memainkan peran penting.
Sebagai contoh, program “Digital Farmer” di India membuktikan bahwa edukasi sederhana dapat meningkatkan adopsi teknologi hingga 50%. Di Indonesia, beberapa peternakan modern seperti Greenfields telah menunjukkan bahwa meski mahal, penerapan teknologi mampu meningkatkan produktivitas dengan efisiensi yang tinggi.
Transformasi digital di sektor peternakan adalah masa depan yang tidak terelakkan. Dengan mengatasi tantangan akses teknologi, Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan potensi ini demi meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan peternakan.
Kolaborasi antara pemerintah, perusahaan teknologi, dan civitas akademika sangat dibutuhkan untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif dan memastikan sektor ini tetap relevan di era modern.
Penulis: drh. Fadhli Rahman Fauzi
Mahasiswa Magister Ilmu Biologi Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News