Tren Bekerja dari Rumah Diyakini Berlanjut setelah Pandemi COVID-19

Bekerja Dari Rumah

Dengan adanya tren kerja di rumah yang akan lanjut meski tidak ada pandemi COVID-19 diyakini akan segera berlanjut dikarenakan efektivitas (WFH) Work From Home pada beberapa sektor seperti kantor, jasa, dan industri kreatif dikarenakan para pekerja bisa melakukan pekerjaan tersebut di dalam rumah dan bisa menghemat biaya dan waktu lebih baik di bandingkan dengan (WFO) Work From Office. Dengan rata-rata hampir para pekerja khususnya pekerja kantoran yang bekerja di rumah mereka masing-masing tingkat kemacetan di wilayah khususnya Jakarta sangat menurun dengan pesat sehingga para pekerja yang bekerja dibidang jasa seperti pengiriman barang dapat melakukan dengan waktu yang cukup singkat berbeda dengan sebelum adanya pandemi COVID-19 yang sebagaimana kita tahu kota Jakarta adalah kota termacet di Indonesia. Beberapa masyarakat mempunyai tanggapan berbagai macam seperti ada yang setuju dengan diakannya (WFH) Work From Home dikarenakan mereka bisa membagi waktu luang dengan keluarganya masing-masing dan dapat terhindar oleh bahayanya virus COVID-19 tersebut, dan ada juga yang tidak setuju dengan hal itu yaitu para pedagang kaki lima karena tidak bisa berjualan dan tidak mendapatkan penghasilan mereka dikarenakan pandemi COVID-19 ini.

Fakta-fakta yang pendukung perihal macetnya kota Jakarta yaitu dari TomTom Traffic Index yang menyatakan bahwa Jakarta berada di peringkat 31 kota paling macet di dunia tahun 2020 dan TomTom Traffic Index menyebutkan bahwa dikarenakan penduduk Jakarta diwajibkan (WHF) Work From Home dengan itu tingkat kemacetan di Jakarta menurun sebanyak 11% selama (PPKM) Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat berlangsung hingga saat ini.

Baca Juga: Magang WFH: Tips Menulis Caption Media Sosial yang Menarik dan Informatif

Fakta-fakta pendukung lainnya ialah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geografis (BMKG) kadar karbon dioksida di Jakarta sejak 1 Maret 2020 – 27 April turun 9,8% dibandingkan pada periode  yang sama setahun sebelumnya. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa pada tahun 2018  menemukan indikasi perekonomian di Amerika Serikat merugi sekitar US87 Miliar Dolar karena kemacetan yang terjadi di Amerika Serikat, di kota Boston contohnya masyarakat disana menghabiskan waktu setara enam hari dan delapan jam per tahun di jalan yang membuat perekonomian setempat merugi US 4,1 Miliar Dolar. Sementara menurut riset TomTom Traffic Index menyebutkan bahwa Jakarta pada tahun 2019 dengan dampak kemacetan parah di wilayah Jakarta membuat masyarakat kehilangan sebanyak tujuh hari dan enam jam di jalan maka dari itu banyak faktor dirugikan karena kemacetan yang ada di Jakarta.

Bacaan Lainnya

Ada beberapa masyarakat yang kita wawancarai mengenai tren (WFH) Work From Home yaitu Ria 27 tahun yang bekerja sebagai Senior Editor Media Online yang berdomisili di Bekasi Jawa Barat mengatakan, “Saya sangat setuju dengan metode yang dimana para pekerja diwajibkan bekerja di dalam rumahnya masing-masing dikarenakan pandemi COVID-19 ini sehingga dapat memangkas waktu yang cukup banyak dikarenakan kantor saya yang berada di Jakarta.” Jika dia harus bekerja dikantor dia harus melakukan perjalanan kurang lebih 2 jam perjalanan yang dimana itu membutuhkan waktu yang cukup lama dan terlebih sudah capek di jalan beda Ketika dia bekerja di rumah dapat bekerja dengan maksimal dikarenakan bisa mengerjakan pekerjaannya di rumah dan tidak ada waktu yang dirugikan dan dapat berkumpul dengan keluarganya.

Baca Juga: Dampak Penurunan Ekspor Perusahaan Gula Kelapa pada Era Pandemi Covid-19

Dan juga kami mewawancarai pengamat tata ahli kota yaitu Nirwono Yoga 57 tahun yang berdomisili di Jakarta mengatakan, “Dengan diwajibkannya para pekerja kantoran diwajibkan bekerja di rumahnya masing-masing tata ahli kota ini berkata ruang lingkup Jakarta akan menjadi baik karena tidak hanya tata kota yang terlihat baik dikarenakan kemacetan di Jakarta berkurang begitu pesat dan sampah di jalan Jakarta berkurang dan polusi udara menjadi lebih segar,” dimana rata-rata para pekerja di Jakarta menggunakan kendaraan roda 2 ataupun roda 4 untuk taat transportasi mereka berangkat ke kantornya masing-masing.

Dengan ini dari beberapa aspek di atas bisa kita lihat bawah tren kerja dari rumah diyakini akan tetap berlanjut meski tak ada pandemi COVID-19 dikarenakan masyarakat bisa melakukan di rumah dengan memaksimalkan waktu yang ada dan polusi udara dan tingkat kemacetan di kota Jakarta menurun sehingga tidak ada kerugian yang berlebih akibat kemacetan walaupun  polusi udara yang dapat merugikan Kesehatan kita terlebih masyarakat Jakarta.

Baca Juga: Pelatihan Menjadi Seorang “Trainer” Bersama AR-Learning Center

https://www.vice.com/id/article/88nna4/wfh-jadi-solusi-kemacetan-kota-besar-bisa-diteruskan-di-indonesia-sesudah-pandemi-berakhir “Dengan adanya tren kerja di rumah yang akan lanjut meski tidak ada pandemi COVID-19 diyakini akan segera berlanjut dikarenakan efektivitas (WFH) Work From Home pada beberapa sektor seperti kantor, jasa, dan industri kreatif dikarenakan para pekerja bisa melakukan pekerjaan tersebut di dalam rumah dan bisa menghemat biaya dan waktu lebih baik di bandingkan dengan (WFO) Work From Office.”

https://www.tomtom.com/en_gb/traffic-index/jakarta-traffic/ “TomTom Traffic Index yang menyatakan bahwa Jakarta berada di peringkat 31 kota paling macet di dunia tahun 2020 dan TomTom Traffic Index menyebutkan bahwa dikarenakan penduduk Jakarta diwajibkan (WHF) Work From Home dengan itu tingkat kemacetan di Jakarta menurun sebanyak 11% selama (PPKM) Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat berlangsung hingga saat ini.“

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200526145945-199-507034/bmkg-ungkap-efek-langit-ri-cerah-sejak-lebaran-imbas-psbb “Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geografis (BMKG) kadar karbon dioksida di Jakarta sejak 1 Maret 2020 – 27 April turun 9,8% dibandingkan pada periode  yang sama setahun sebelumnya.”

Larasati Kusumadewi
Mahasiswa London School of Public Relations

Editor: Diana Pratiwi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses