Zoroastrianisme: Agama Monotheisme Terbesar di Peradaban Kuno

Agama
Zoroastrianisme

Zoroastrianisme adalah salah satu agama tertua di dunia. Agama ini lahir di Persia Kuno sekitar 3500 tahun yang lalu. Agama ini dimulai sekitar 1500 SM oleh Nabi Zarathustra atau orang Yunani kuno biasa memanggilnya Zoroaster.

Penganut agama ini biasa menyebut diri mereka Mazdayasna yang berarti penyembah Ahura Mazda. Zoroastrianisme adalah agama terbesar di Persia selama sekitar 1000 tahun lebih. Pada masa itu, pendeta Zoroastrianisme dikenal dengan sebutan Magi.

Para Magi bahkan tertulis di dalam Alkitab, menurut Gospel Matius, tiga Magi pergi mengunjungi bayi Yesus. Tiga Magi tersebut masih dirayakan oleh umat Krisen sampai saat ini pada 6 Januari.

Baca Juga: Pentingnya Peran Agama dalam Kesehatan Tubuh dan Mental pada Diri Manusia

Bacaan Lainnya

Pada 651 M, Kekaisaran Sassanid takluk di tangan muslim Arab saat menginvasi Persia, yang mana memulai kemunduran dan penindasan para penganut Zoroastrianisme. Pada abad ke-10 Masehi, beberapa dari mereka berlabuh ke India, membentuk komunitas yang dikenal dengan nama Parsi.

Komunistas yang dulunya adalah imigran ini sekarang membentuk kelompok Zoroastrianisme terbesar di dunia. Salah satu perusahaan bisnis terbesar India, Tata Group, adalah milik orang Zoroastrian, dan Parsi juga memainkan peran penting dalam memenangkan kemerdekaan India dari Inggris.

Nabi Zoroaster

Kita tidak tahu banyak tentang kehidupan Zoroaster, kita bahkan tidak tahu pasti kapan dia hidup. Orang Yunani mengira dia hidup 6000 tahun sebelum kematian Plato, jadi sekitar 6347 SM. Sementara sejarahwan modern berpendapat sekitar 1700-1000 SM.

Pada masa ini, orang-orang Persia percaya pada banyak dewa, beberapa di antaranya mirip dengan Dewa Hindu. Yang kita ketahui adalah Zoroaster merupakan seorang pendeta dari kepercayaan sebelum Zoroastrianisme dan dia tidak suka pada masyarakatnya.

Gerombolan pejuang mabuk berkeliling dan merusak pedesaan. Mereka menjarah, menyiksa, dan membantai sesuka hati. Orang-orang biasa hidup dalam ketakutan sementara para pendeta hanya sibuk dengan obsesi ritual dan pengorbanan.

Nabi Zoroaster.

Zoroaster sudah muak dengan semua ketidakadilan ini. Jadi, saat dia berusia tiga puluh tahun, Zoroaster pergi ke sungai mengambil air untuk upacara. Di sana, dia mendapat wahyu dari makhluk cahaya suci dan kebaikan, Ahura Mazda, yang mengungkapkan bahwa dia adalah satu-satunya Tuhan yang mahakuasa.

Rahasia dari keajaiban alam semesta diperlihatkan kepada Zoroaster dan dia percaya bahwa misi ilahinya adalah menyebarkan kepada rakyatnya tentang Ahura Mazda.

Baca Juga: Kompleks Candi Plaosan dan Kisah Asmara Beda Agama

Ahura Mazda & Angra Mainyu

Penganut Zoroastrianisme menyembah satu Tuhan yang dikenal dengan nama Ahura Mazda, yang berarti dewa yang bijak. Zoroaster menjelaskan bahwa Ahura Mazda adalah semua yang baik. Tuhan yang penuh dengan kasih sayang, kebijaksanaan yang tak terbatas, pencipta alam semesta dan semua hal yang baik.

Ahura Mazda dibantu oleh enam makhluk suci yang dikenal dengan sebutan Amesha Spentas. Para makhluk suci ini biasanya dibandingkan dengan para malaikat agung di Kristen. Kadangkala, ada makhluk suci ketujuh yang dikenal dengan Spenta Mainyu, tapi kemungkinan dia hanyalah roh suci dari Ahura Mazda.

Ahura Mazda.

Kebalikan dari Ahura Mazda adalah Angra Mainyu, sang “roh penghancur” dan pasukan jahatnya yang disebut Daevas. Angra Mainyu adalah benar-benar kebalikan dari Ahura Mazda, dia adalah kegelapan, kematian, dan kehancuran. Dia adalah makhluk yang ingin menghancurkan ciptaan Ahura Mazda dan bertanggung jawab atas semua kejahatan di dunia.

Ahura Mazda adalah cahaya, Angra Mainyu adalah kegelapan. Ahura Mazda adalah pencipta, Angra Mainyu adalah penghancur. Ahura Mazda menciptakan cahaya, api, kebahagiaan, dan manusia. Angra Mainyu menciptakan kegelapan, penyakit, kesengsaraan, dan kehancuran.

Penganut Zoroastrianisme berpikir semuanya adalah pertempuran antara dua sisi berlawanan, Ahura Mazda adalah kebenaran, dan Angra Mainyu adalah kebohongan. Manusia harus memilih antara kebenaran dan kebohongan. Hal ini akan sangat sulit karena Angra Mainyu bisa sangat menipu dan mempengaruhi manusia.

Angra Mainyu.

Sebelum adanya waktu, Ahura Mazda dan Angra Mainyu dipisahkan oleh “kekosongan tak terbatas” Ahura Mazda hidup dalam “cahaya tak terbatas” sementara Angra Mainyu hidup dalam “kegelapan tak terbatas”. Setelah itu, Ahura Mazda menciptakan dunia fana, atau dikenal dengan Getig.

Baca Juga: Islam Puritan dan Pengaruhnya bagi Kehidupan Beragama

Angra Mainyu masuk ke dunia ini untuk mencemarinya. Dia membuat lautan menjadi asin, mengubah kehijauan menjadi padang pasir, membunuh manusia pertama, dan memberi polusi pada api dengan asap. Menurut penganut Zoroastrianisme, saat ini kita hidup pada masa Gumezishn atau masa campuran.

Kebaikan dan kejahatan hidup secara bersamaan di dunia kita. Tapi, kehadiran Angra Mainyu adalah sementara. Dia hanyalah masalah kehidupan, bukan masalah yang abadi. Penganut Zoroastrianisme melihat dunia fana sebagai perangkap yang diciptakan oleh Ahura Mazda untuk menjebak Angra Mainyu. Angra Mainyu bisa dikalahkan secara perlahan dengan niat baik, perkataan baik, dan perbuatan baik manusia.

Surga dan Neraka

Penganut Zoroastrianisme percaya bahwa setelah seseorang meninggal, roh meninggalkan tubuh mereka. Roh akan pergi menuju jembatan penentuan yang disebut Jembatan Chinvat. Di seberang jembatan adalah surga, sementara di bawah adalah neraka.

Di sinilah perbuatan baik dan buruk akan dipertimbangkan, jika perbuatan baik lebih berat, maka mereka akan lolos menyebrangi jembatan Chinvat dan mendapat kesenangan abadi di surga. Atau jika perbuatan buruk yang lebih berat, mereka akan jatuh ke neraka, “usia panjang kesengsaraan, kegelapan, makanan buruk, dan tangisan celaka”, nama lain tempat ini adalah Duzakh.

Mirip seperti jembatan Shiratal Mustaqin dalam Islam. Ada pula tempat pertengahan untuk orang yang tidak baik maupun jahat, di mana mereka tidak akan merasakan apa-apa.

Zoroaster berkata bahwa budak maupun majikan bisa memasuki surga. Manusia akan dinilai berdasarkan bagaimana mereka memilih jalan hidup mereka, bukan dengan harta atau tahta. Bagi penganut Zoroastrianisme, kematian melambangkan keburukan yang paling tinggi, karena kematian hanya ada karena Angra Mainyu.

Saat seseorang mati, pendeta akan mengadakan upacara, setelah itu roh dianggap sudah berpisah dengan tubuh. Kemudian para keluarga akan mengucapkan perpisahan mereka tanpa menyentuh tubuh sang mayat, setelah itu tubuhnya akan diletakkan di lempengan batu dan dibawa dengan pembawa mayat khusus.

Karena tubuh mayat hanya akan menambah polusi, penganut Zoroastrianisme tidak akan pernah berpikir untuk mengotori elemen-elemen sakral mereka, yaitu api, air, dan tanah. Jadi, metode yang digunakan selama ribuan tahun adalah Menara Kesunyian.

Tubuh mayat akan diletakkan di lempengan batu agar tidak mengotori tanah, lalu akan dimakan oleh burung pemakan bangkai. Biasanya, dalam beberapa jam tulang-belulang akan terbakar matahari dan menjadi debu dengan cepat. Dengan memberi makan burung, mereka telah melakukan perbuatan baik terakhir sebelum melewati jembatan Chinvat.

Baca Juga: Biografi Ibnu Thufail, Karya, dan Pemikirannya

Hari Kiamat

Pertarungan antara Ahura Mazda dan Angra Mainyu akan berlangsung selama ribuan tahun. Tapi pada akhirnya, seorang penyelamat atau disebut Saoshyant akan lahir dari rahim seorang wanita perawan, dan dialah yang akan membimbing manusia melawan kekuatan jahat di dunia, sedikit mirip dengan Yesus di Kristen.

Bumi akan ditutupi oleh api, lelehan besi akan menutupi semuanya, orang-orang baik akan melewati sungai lelehan api ini, sementara orang-orang jahat akan terbakar dan kemudian disucikan. Gerbang neraka akan terbuka, dan jiwa-jiwa akan dilepaskan dan disucikan, lalu semuanya akan hidup bersama dalam keabadian.

Angra Mainyu akhirnya dikalahkan oleh Ahura Mazda dan semua kebaikan di dunia akan bertahan selamanya. Hari Kiamat ini disebut Franshokereti, yang artinya “pengembalian”, karena Hari Kiamat ini adalah pengembalian dari ciptaan Ahura Mazda yang awalnya sempurna.

Api dan Kitab Suci

Penganut Zoroastrianisme menggunakan api sebagai simbol sakral Ahura Mazda, sebab api dipercaya melambangkan kesucian dan kebenaran. Di dalam kuil api, para pendeta akan melakukan ritual di depan api. Karena inilah agama ini sering disebut Majusi, atau kaum penyembah api.

Tapi, sebenarnya mereka tidak pernah menyembah api, sering terjadi kesalahpahaman terhadap hal ini, penganut Zoroastrianisme tidak menyembah api! Tapi Ahura Mazda yang disimbolkan sebagai api! Dan agama ini juga bukan agama kongresional, sebagian besar ibadah dilakukan di rumah, dan hanya pergi ke kuil api saat 7 hari suci atau hari raya mereka setiap tahun.

Penganut Zoroastrianisme punya kitab suci yang disebut Avesta dan merupakan salah satu tulisan tertua di dunia. Avesta ditulis dengan bahasa kuno yaitu bahasa Avesta, yang mana adalah bahasa yang digunakan oleh Zoroaster sekitar 3500 tahun tang lalu.

Avesta terdiri dari himne-himne Zoroaster sendiri yang disebut Gathas. Ke-17 Gathas ini sangat penting bagi inti kepercayaan agama Zoroastrianisme. Karena berbagai kekerasan yang telah terjadi kepada penganut Zoroastrianisme sepanjang sejarah, hanya sedikit dari Avesta yang selamat pada masa kini.

Contohnya pada saat Alexander yang Agung menaklukkan Kekaisaran Achaemenid, dia membakar bangunan dan perpustakaan, menghancurkan salinan lengkap Avesta, yang ditulis dengan emas pada 12000 kulit kambing. Lebih banyak lagi Avesta yang hilang selama invasi Arab, Turki, dan Mongolia.

Baca Juga: Manuskrip Al-Qur’an Batusangkar Warisan Dunia Islam

Pengaruh pada Yahudi, Kristen, dan Islam

Saat penemu Kekaisaran Achaemenid, Cyrus yang Agung, membebaskan kaum Yahudi dari Kekaisaran Babilonia, dia tidak hanya menunjukkan pada dunia akan pemimpin Zoroastrianisme yang terkenal dengan toleransi antar agama mereka, tapi juga mengubah sejarah dunia secara bersamaan.

Karena membebaskan kaum Yahudi, Cyrus dibanggakan sebagai messiah di kitab Isaiah. Ini artinya para pemikir Yahudi pada masa itu cukup reseptif kepada penganut Zoroastrianisme dan ajaran agama mereka. Pada kitab Isaiah, untuk pertama kalinya Yahweh dibicarakan sebagai satu-satunya tuhan pencipta, seperti Ahura Mazda.

Agama-agama Abrahamik seperti Yahudi, Kristen, dan Islam berutang banyak pada Zoroastrianisme. Karena meskipun ajaran Zoroaster tidak terdengar unik pada masa kini. Ide-ide seperti satu Tuhan yang mahakuasa, pertempuran antara Tuhan yang penuh kasih dengan iblis yang mempengaruhi manusia, malaikat, pengadilan untuk menentukan apakah seseorang akan masuk neraka atau surga adalah ide-ide baru pada masa itu.

Konsep tentang Iblis, Malaikat, Surga-Neraka, dan Hari kiamat baru ditambahkan pada Alkitab setelah interaksi mereka dengan penganut Zoroastrianisme pada masa Cyrus yang Agung. Ini artinya, meskipun penganut agama ini hanya tersisa sedikit pada masa sekarang, agama ini memiliki pengaruh kuat pada agama-agama besar pada saat ini yang memiliki miliaran pengikut.

Penulis: Rizqi Rayyan

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses