Era digitalisasi sudah mulai merasuki industri kecantikan. Salah satu keluaran mutakhirnya adalah teknologi Skin Analysis berbasis Artificial Intelligence (AI).
Dikutip dari situs idibiak.org, Artificial Intelligence merupakan sebuah metode untuk membuat komputer, software, atau robot untuk berpikir dengan cerdas. Hal itu termasuk dalam membentuk algoritma untuk melakukan klasifikasi, analisis, hingga prediksi dari data yang diberikan.
AI saat ini telah menjadi semakin kompleks dengan menggunakan artificial neural networks (ANNs), machine learning, neural networks, dan deep learning untuk mengungkap pola keterkaitan yang kompleks.
ANN terstruktur untuk meniru sinyal di otak manusia. Jaringan tersebut terdiri dari beberapa simpul yang meniru neuron biologis. Simpul menerima data masukan dan melakukan operasi sederhana berdasarkan data tersebut. Hasil operasi ini, atau keluaran, kemudian diteruskan ke simpul lain secara linier atau dengan putaran umpan balik (Elder et al., 2023).
Hasilnya, teknologi ini mampu menggabungkan kecerdasan buatan, computer vision, dan analisis data untuk memberikan penilaian mendalam tentang kondisi kulit seseorang. Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan insights yang sebelumnya hanya bisa didapatkan melalui pemeriksaan langsung oleh ahli kecantikan atau dermatologis.
Revolusi yang terjadi ini tidak lekang dari faktor tren kosmetik yang berkembang dengan sangat cepat dengan bantuan media sosial. Permintaan akan solusi yang dipersonalisasi mendorong pengembangan teknologi AI yang menganalisis data besar tentang informasi kulit untuk menyesuaikan produk dengan kebutuhan individu (Lee et al., 2022).
Dermatologi dalam konteks kosmetik sendiri berbeda dengan dermatologi medis karena fokusnya adalah adalah pada penanganan kondisi kulit yang tidak disebabkan oleh penyakit.
Meskipun tidak berakibat fatal dan tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap kesehatan fisik pasien, kondisi dermatologi yang berhubungan dengan kecantikan ini mungkin memiliki implikasi psikologis bagi individu, termasuk penurunan harga diri dan kepercayaan diri, serta efek mental jangka panjang yang merugikan (Vatiwutipong et al., 2023).
Prinsip kerja teknologi Skin Analysis ini sederhana namun canggih. Melalui kamera smartphone atau perangkat khusus, AI menganalisis berbagai aspek kulit.
Beberapa parameter yang dapat dideteksi mencakup tingkat kelembapan kulit, keberadaan garis halus dan kerutan, warna dan noda kulit, tingkat minyak dan pori-pori, dan hingga tanda-tanda penuaan dini. Beberapa platform bahkan memberikan rekomendasi produk untuk mengatasi permasalahan kulit yang ada.
Pengembangan sistem rekonstruksi wajah virtual tiga dimensi (3D) untuk merencanakan prosedur kosmetik akan merevolusi kemampuan dokter kulit untuk mengoptimalkan perawatan dan hasil.
Teknologi AI mampu menganalisis kulit dengan tingkat ketelitian yang jauh melampaui kemampuan manusia. Algoritma yang canggih dapat mendeteksi perubahan mikroskopis dan pola yang bahkan tidak terlihat oleh mata telanjang, sehingga menghasilkan penilaian yang sangat detail tentang kondisi kulit.
Berbeda dengan pendekatan konvensional yang bersifat umum, AI dapat memberikan rekomendasi yang sangat personal. Setiap individu mendapatkan saran perawatan yang disesuaikan dengan karakteristik kulitnya, termasuk faktor genetik, lingkungan, dan kebiasaan pribadi. Teknologi ini memungkinkan pengecekan dan analisis perubahan kulit secara real-time.
Pengguna dapat melihat perkembangan kondisi kulitnya dari waktu ke waktu, dengan dokumentasi yang akurat dan objektif. Dan pada beberapa platform yang sudah dapat diakses menggunakan smartphone, konsumen dapat mengakses analisis profesional kapan pun dan di mana pun.
Hal ini memberikan bukti bahwa akses terhadap layanan perawatan kulit berkualitas tinggi tidak hanya dapat dijangkau dengan harga selangit. Dibandingkan konsultasi langsung dengan ahli kecantikan, teknologi AI menawarkan solusi yang jauh lebih terjangkau dan cepat.
Meskipun menjanjikan, teknologi ini tidak lepas dari tantangan. Dengan kecanggihannya pun, AI tidak sepenuhnya dapat menggantikan pemeriksaan langsung oleh profesional medis. Beberapa kondisi kulit yang kompleks atau membutuhkan pemeriksaan fisik langsung mungkin tidak terdeteksi secara sempurna.
Penggunaan teknologi AI memunculkan kekhawatiran serius terkait perlindungan data pribadi. Gambar kulit yang dianalisis mengandung informasi sensitif yang memerlukan jaminan keamanan tingkat tinggi. Apalagi, sistem pada AI dapat memiliki bias yang berasal dari dataset training.
Jika database tidak mencakup beragam jenis kulit dan etnis, akurasi dan keterwakilan analisis menjadi dipertanyakan. Tak lupa, akurasi analisis masih sangat tergantung pada kualitas kamera, pencahayaan, dan resolusi gambar. Faktor teknis seperti ini dapat membatasi kehandalan hasil.
Sedangkan, AI belum mampu sepenuhnya memahami aspek psikologis dan emosional yang terkait dengan permasalahan kulit.
Dampak stress, kepercayaan diri, dan faktor psikologis lainnya sulit untuk diintegrasikan secara menyeluruh. Teknologi AI memerlukan pembaruan berkala dan training ulang algoritma. Hal ini membutuhkan investasi berkelanjutan dalam penelitian dan pengembangannya.
Tren ini menunjukkan potensi yang sangat menarik. Integrasi dengan teknologi augmented reality, pengembangan algoritma yang lebih canggih, dan kolaborasi lintas disiplin ilmu akan semakin memperkaya fitur Skin Analysis. Kombinasi antara kecerdasan buatan, analisis data, dan pemahaman mendalam tentang kulit manusia telah membuka babak baru dalam dunia kecantikan.
Di masa depan, teknologi ini berpotensi tidak hanya mengubah cara kita merawat kulit, tetapi juga mendefinisikan ulang konsep perawatan diri yang personal dan tepat sasaran. Namun, konsumen juga perlu memahami bahwa AI adalah alat bantu yang powerful, bukan pengganti total dari penilaian profesional. Kolaborasi antara teknologi dan keahlian manusia akan menciptakan pengalaman perawatan kulit yang lebih komprehensif dan personal.
Penulis: Zahra Salsabila
Mahasiswa S1 Prodi Teknologi Sains Data, Universitas Airlangga
Referensi
Elder, A., Cappelli, M. O’D., Ring, C., & Saedi, N. (2023). Artificial intelligence in cosmetic dermatology: An update on current trends. Clinical Dermatology. https://doi.org/10.1016/j.clindermatol.2023.12.015
Lee, Y.J., Choi, J.W., Nam, H.W., Shin, S.Y. (2022). A Study on the Direction of Beauty Tech Reflecting the Skin Characteristics of Koreans: Focused on Case Studies. In: Lee, R. (eds) Computer and Information Science 2021 – Fall. ICIS 2021. Studies in Computational Intelligence, vol 1003. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-030-90528-6_10
Vatiwutipong, S. Vachmanus, T. Noraset and S. Tuarob, “Artificial Intelligence in Cosmetic Dermatology: A Systematic Literature Review,” in IEEE Access, vol. 11, pp. 71407-71425, 2023, https://doi.org/10.1109/ACCESS.2023.3295001
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News