Kemajuan teknologi digital telah mengubah cara hidup masyarakat Indonesia, terutama dalam kebiasaan berbelanja. E-commerce sekarang menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, khususnya bagi Gen Z yang lahir dan besar di zaman digital.
Aplikasi seperti Shopee, Tokopedia, dan TikTok Shop menawarkan kemudahan akses dan berbagai pilihan produk yang dapat dibeli hanya lewat smartphone. Gen Z dikenal sebagai generasi digital native dan menjadi kelompok yang paling merasakan dampak dari perkembangan e-commerce.
Perdagangan lewat internet di Indonesia berkembang sangat pesat, terutama setelah pandemi COVID-19. Gen Z menjadi pendorong utama dalam perkembangan tersebut karena lebih cepat beradaptasi dengan teknologi digital. Dibanding generasi sebelumnya, Gen Z lebih suka belanja online karena praktis dan prosesnya lebih cepat.
Salah satu hal yang membuat e-commerce menarik bagi Gen Z adalah kemudahan dalam membandingkan produk, membaca ulasan, dan mencari saran sebelum membeli. Sebagai pembeli yang bijak, Gen Z dapat menilai pilihan berdasarkan beberapa hal seperti harga, kualitas, merek, dan fitur.
Informasi yang jelas dan harga yang transparan di platform e-commerce membuat Gen Z lebih yakin saat mengambil keputusan pembelian. Tetapi, perubahan tersebut juga membawa dampak negatif.
Pola belanja Gen Z berubah menjadi lebih impulsif, karena sering membeli sesuatu secara spontan hanya kasrena tertarik dengan promo atau diskon. Hal tersebut semakin diperkuat dengan fitur seperti flash sale, notifikasi potongan harga, dan rekomendasi produk yang disesuaikan dengan minat pengguna.
Baca juga: Pengaruh Media Sosial Seorang Influencer dalam Meningkatkan Penjualan melalui E-Commerce
Media sosial juga mempunyai pengaruh besar dalam membentuk kebiasaan belanja Gen Z. Peran influencer dan komunitas online sangat besar karena Gen Z lebih percaya dengan saran dari pengguna lain. Strategi iklan yang melibatkan influencer terbukti lebih efektif dibanding iklan biasa.
Banyaknya pilihan di e-commerce membuat Gen Z jarang setia pada satu merek, dan lebih suka mengikuti tren dan penawaran yang sedang populer. Walaupun e-commerce memberi banyak kemudahan, ada sisi negatif yang harus diwaspadai.
Gen Z jadi lebih sering belanja tanpa rencana dan melebihi kebutuhan. Kebiasaan tersebut dapat menimbulkan masalah seperti utang, gangguan fokus belajar karena terlalu sering buka aplikasi belanja, stres karena tekanan finansial, dan gaya hidup konsumtif yang berlebihan serta tidak ramah lingkungan.
Perubahan cara belanja Gen Z juga dapat dilihat dari cara membagi anggaran. Dulu orang belanja karena memang butuh dan sudah direncanakan. Namun sekarang, karena akses ke platform e-commerce sangat mudah, Gen Z sering tergoda untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Fitur pembayaran seperti e-wallet dan cicilan tanpa bunga membuat belanja lebih impulsif, namun faktor psikologis juga berpengaruh. Belanja online bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan, tetapi juga sebagai hiburan atau penghilang stres.
Fenomena retail therapy semakin umum di kalangan Gen Z, yaitu kebiasaan belanja untuk memperbaiki suasana hati atau merayakan sesuatu. Hal tersebut semakin diperkuat oleh fitur game seperti poin reward, level keanggotaan, dan permainan seru yang membuat belanja terasa lebih menyenangkan dan jadi ketagihan.
Gen Z perlu belajar tentang literasi keuangan digital yang baik, untuk menghindari pola konsumsi yang boros. Penting untuk berpikir cermat dan bijak saat belanja online. Salah satu caranya adalah dengan membuat daftar belanja yang hanya berisi barang yang dibutuhkan, bukan karena keinginan sesaat.
Memahami konsep mental accounting juga penting. Hal tersebut merupakan cara orang memperlakukan uang secara berbeda tergantung kategori pengeluaran. Gen Z perlu mengetahuinya agar dapat mengatur uang dengan bijak dan tidak menjadi konsumtif.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah memprioritaskan kebutuhan dibanding keinginan, ikut pelatihan pengelolaan keuangan dari sekolah atau pemerintah, ikut komunitas positif untuk belajar disiplin keuangan dan kepemimpinan, membatasi waktu belanja online, dan meminta bantuan serta arahan dari orang tua atau guru.
Dukungan dari berbagai pihak sangat penting agar Gen Z dapat memiliki kebiasaan belanja yang sehat. Keluarga, teman, dan guru dapat menjadi sumber motivasi dan pengawasan yang baik. Kampanye edukasi dengan tokoh inspiratif dan influencer juga dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mengatur keuangan.
E-commerce memang membawa banyak perubahan dalam cara Gen Z berbelanja. Kemudahan akses dan promo menarik dapat membuat belanja menjadi lebih impulsif, jika tidak dikontrol dapat merugikan diri sendiri. Tetapi, jika Gen Z mempunyai pemahaman keuangan yang baik, paham tentang mental accounting, dan dapat dukungan dari lingkungan sekitar, maka dapat memanfaatkan e-commerce dengan lebih bijak.
Baca juga: Dampak Positif dan Negatif E-Commerce & E-Business
Edukasi yang tepat, kontrol diri, dan dukungan yang cukup, diharapkan dapat membantu Gen Z untuk menjadi generasi yang pintar dalam urusan digital dan bijak dalam mengatur keuangan. Strategi yang tepat akan membantu Gen Z menjadi konsumen yang sadar, cerdas, dan lebih bertanggung jawab dalam menghadapi perkembangan dunia digital.
Penulis: Marita Wiji Rahayu (202410180110030)
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan, Universitas Muhammadiyah Malang
Dosen Pengampu: Robby Cahyadi, M.Pd
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News