Di era digital saat ini, penyebaran informasi kesehatan begitu cepat melalui berbagai platform media sosial, blog, bahkan aplikasi pesan instan. Sayangnya, tidak semua informasi tersebut benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Maraknya disinformasi di bidang kesehatan, seperti kabar palsu tentang obat, vaksin, atau terapi tertentu, telah menimbulkan keresahan di masyarakat. Kondisi ini berpotensi membahayakan keselamatan jiwa jika tidak segera ditangani secara sistematis.
Di sinilah Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) memainkan peranan penting, khususnya dalam membekali tenaga medis, mahasiswa kedokteran, dan masyarakat umum untuk mampu menyaring, mengkritisi, dan menyikapi informasi kesehatan secara bijaksana.
Mengapa Civic Education Relevan dalam Dunia Kedokteran?
Civic Education tidak hanya membahas hak dan kewajiban warga negara, tetapi juga menanamkan sikap kritis, etis, dan tanggung jawab sosial nilai-nilai yang sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan dan calon dokter. Beberapa alasan pentingnya Civic Education dalam dunia kedokteran antara lain:
1. Meningkatkan Literasi Kesehatan Masyarakat
Pendidikan Kewarganegaraan mendorong individu untuk mengakses informasi dari sumber terpercaya, seperti jurnal ilmiah, situs resmi WHO atau Kemenkes, dan menganalisis kebenaran informasi kesehatan sebelum menyebarkannya. Hal ini penting karena keputusan kesehatan yang diambil berdasarkan informasi keliru bisa berujung pada penanganan yang salah, bahkan kematian.
Baca juga: Literasi Digital dan Kewarganegaraan: Melawan Hoaks, Membangun Demokrasi
2. Membentuk Etika Profesional Tenaga Kesehatan
Civic Education memperkuat kesadaran etis dokter dan tenaga medis agar tidak menyebarkan informasi medis yang belum terbukti kebenarannya secara ilmiah. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi medis. Integritas profesional tidak hanya tercermin dari kemampuan klinis, tetapi juga dari tanggung jawab dalam menjaga kebenaran informasi yang disampaikan.
3. Mendorong Kritis terhadap Informasi Hoaks Medis
Dengan bekal Civic Education, mahasiswa kedokteran maupun praktisi kesehatan dapat mengedukasi pasien dan masyarakat tentang bahaya informasi keliru, seperti mitos pengobatan herbal yang berbahaya, hoaks vaksinasi, atau penggunaan obat yang tidak sesuai dosis.
Kemampuan membedakan antara opini pribadi dan bukti ilmiah adalah keterampilan krusial yang perlu ditanamkan sejak dini dalam pendidikan kedokteran.
4. Membangun Kepedulian Sosial dalam Penanggulangan Hoaks Kesehatan
Civic Education menumbuhkan semangat partisipatif bagi tenaga medis untuk ikut meluruskan informasi keliru di masyarakat melalui penyuluhan, media sosial, atau kampanye kesehatan. Tenaga medis masa kini bukan hanya penyembuh fisik, tetapi juga penjaga kebenaran di ruang publik digital.
Contoh Disinformasi Kesehatan
Berikut contoh disinformasi kesehatan yang pernah terjadi:
- Hoaks tentang bahaya vaksin COVID-19 yang menyebabkan penolakan imunisasi.
- Informasi palsu mengenai “obat herbal” yang dapat menyembuhkan kanker tanpa bukti ilmiah. Disinformasi seputar prosedur cabut gigi yang dianggap menyebabkan kebutaan.
Tanpa pemahaman Civic Education yang baik, masyarakat bisa mudah terpengaruh oleh kabar semacam ini, yang pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan publik.
Simpulan
Civic Education memegang peran strategis dalam membentuk sikap kritis dan etis di kalangan mahasiswa kedokteran, tenaga kesehatan, maupun masyarakat umum dalam menghadapi disinformasi di bidang kesehatan.
Melalui penguatan nilai kewarganegaraan ini, diharapkan terwujud masyarakat Indonesia yang cerdas informasi, sadar kesehatan, dan berdaya tangkal terhadap hoaks medis. Dengan membekali masyarakat dengan nilai-nilai kewarganegaraan dan literasi informasi, kita membangun benteng pertahanan sosial terhadap ancaman disinformasi.
Sinergi antara ilmu kedokteran dan Civic Education akan memperkuat ketahanan informasi kesehatan di tengah masyarakat yang semakin digital dan dinamis. Pendidikan bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi juga pembentukan karakter, beretika, berpikir kritis, dan bertanggung jawab atas dampak informasi yang disampaikan.
Penulis:
- Faiz Assyifa APT
- Farah Hamidah
- Farah Amalia Pratiwi
Mahasiswa Kedokteran Gigi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News