Wisata Jelajah Jejak Kolonial di Yogyakarta

Fotografi
Dokumen Pribadi.

SIGARDA menyelenggarakan suatu kegiatan “Jelajah Jejak Kolonial di Yogyakarta” pada 11 Februari 2023 di Kota Budaya Yogyakarta. SIGARDA (Sinau Cagar Budaya) merupakan suatu komunitas yang sering kali melakukan kegiatan “blusukan” ke kawasan cagar budaya.

Kegiatan yang dilakukan kali ini memiliki konsep yang berbeda dibanding kegiatan-kegiatan sebelumnya, yaitu “blusukan” ke tempat bersejarah berbalut lomba foto. Terdapat tiga destinasi yang dikunjungi bersama-sama, yaitu Gedung Agung Yogyakarta atau Istana Kepresidenan Yogyakarta, Museum Sonobudoyo, dan Benteng Vredeburg.

Kegiatan ini memiliki batasan kuota peserta maksimal 50 orang. Berbagai kalangan dan usia antusias untuk mengikuti kegiatan tersebut, dimulai dari siswa SD, mahasiswa, hingga orang tua.

Baca Juga: Pementasan Macapat oleh Paguyuban Sekar Kenanga di Bangsal Srimanganti Keraton Yogyakarta

Bacaan Lainnya

Kegiatan wisata jelajah ini dimulai dengan berkumpul di depan pintu masuk Benteng Vredeburg dan diberi arahan oleh panitia. Kemudian memasuki destinasi pertama yaitu Gedung Agung Yogyakarta, yang merupakan istana kepresidenan di Yogyakarta. Gedung tersebut digunakan untuk menjamu tamu negara.

Sesampai di lokasi, peserta diwajibkan untuk meletakkan segala bawaan dan juga kamera/ hp di loker yang ada di dekat pintu masuk karena hanya salah satu panitia saja yang diperkenankan mengambil gambar/ video.

Lalu peserta dipandu oleh pemandu yang akan menjelaskan secara detail tentang sejarah dan fungsi tiap benda yang berada di Gedung Agung Yogyakarta. Setelah itu peserta diarahkan oleh pemandu menuju ke arah selatan, yang di sana terdapat Gedung Seni Sino.

Dokumen Pribadi.

Gedung tersebut berfungsi sebagai museum Istana Kepresidenan Yogyakarta yang menyimpan bermacam koleksi seni tamu negara, seperti lukisan presiden yang dilukis oleh seniman ternama yang didominasi menggunakan cat minyak.

Selanjutnya, melanjutkan perjalanan menuju Museum Sonobudoyo yang terletak sekitar 400 meter selatan Gedung Agung Yogyakarta dengan berjalan kaki.

Saat perjalanan menuju lokasi, kita akan melewati perempatan lampu merah yang merupakan Titik Nol Kilometer Yogyakarta yang di sekitarnya terdapat bangunan kantor “lawas” yang masih dioperasikan hingga saat ini, seperti Bank Indonesia, Bank BNI, dan Kantor Pos.

Tempat tersebut sangat ikonik dan banyak wisatawan yang berfoto di daerah tersebut. Kemudian, kita akan menuju arah selatan yang di sana terdapat Alun-Alun Yogyakarta. Lokasi Museum Sonobudoyo berseberangan tepat dengan alun-alun tersebut.

Di dalamnya terdapat 2 gedung yang sama-sama menyimpan koleksi seni Jawa yang terdiri dari perangkat gamelan Jawa, koleksi kuno, wayang, dan sebagainya. Di museum bisa photo shoot ala Jawa dengan menggunakan kebaya di bangunan Gapura Candi Bentar dan juga bisa belajar menari yang akan dibimbing oleh penari profesional.

Baca Juga: Festival Srawung Kampung di Kotagede Yogyakarta

Dokumen Pribadi.

Di beberapa spot museum terdapat pengrawit yang sedang memainkan alat musik gender. Namun, di dalam gedung museum tidak diperkenankan untuk merekam gambar menggunakan kamera profesional.

Setelah menjelajahi museum, peserta berjalan kembali ke tempat kumpul semula yaitu Benteng Vredeburg. Selanjutnya, memasuki benteng tersebut yang akan diarahkan oleh pemandu. Benteng Vredeburg juga terdapat museum dengan diorama yang menggambarkan cerita bersejarah dan mengkoleksi peninggalan-peninggalan bersejarah lainnya.

Di setiap sudut bangunan benteng yang berbentuk persegi tersebut terdapat tempat penjagaan yang disebut seleka. Sudut tersebut memiliki struktur bangunan yang lebih tinggi dan dapat melihat keluar Benteng Vredeburg.

Setelah sesi berkunjung cagar budaya berakhir, para peserta dapat mengunggah hasil foto/ video pada akun Instagram masing-masing dengan memberi tag akun-akun milik panitia.

Hasil karya terbaik akan mendapatkan hadiah dari panitia; juara 1 mendapat kaos dan buku, juara 2 mendapat kaos dan buku, dan juara 3 mendapat kaos. Setelah itu, seluruh partisipan berfoto bersama-sama dan acara selesai.

Dari pandangan saya pribadi, meskipun cukup melelahkan karena berjalan kaki antar destinasi wisata di tengah panasnya Kota Yogyakarta, namun seluruh rangkaian kegiatan tersebut sangatlah menarik karena bangunan dan koleksinya sungguh eksotik dan edukatif, mengajak pengunjung menjelajah ke memori masa lalu bangsa Indonesia. Apalagi, disemangati dengan kegiatan lomba foto yang diunggah ke medsos masing-masing peserta.

Penulis: Widi Lindi Ranangsari
Mahasiswa Manajemen Universitas Terbuka

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses