Kegiatan Pengabdian Masyarakat Dosen dan Mahasiswa Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta, Berhasil Menginisiasi ”Desa Wisata: Kampung Tempe Ciomas”, di Bogor

Kegiatan Pengabdian Masyarakat
Kegiatan Pengabdian Masyarakat (Sumber: Penulis)

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) telah dilaksanakan sejak bulan Mei hingga November 2023 oleh dosen Unika Atma Jaya Jakarta bersama mahasiswa, dengan mitra Ibu-Ibu PKK di Desa Ciomas Rahayu, Kabupaten Bogor.

Kegiatan ini dibiayai oleh Kemendikbud Ristek (DRTPM) melalui Hibah Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2023 dengan skema Pemberdayaan Masyarakat.

Dosen Fakultas Teknobiologi yang menjadi ketua tim pengabdian ini adalah Anastasia Tatik Hartanti, M.Si., beranggotakan Dr. Yasinta Ratna Esti Wulandari, M.Si., dari Fakultas Teknobiologi dan Benedicta Evienia Prabawanti, S.E., M.M., dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selain dosen, kegiatan PkM ini melibatkan mahasiswa dari Fakultas Teknobiologi (Program Studi Biologi dan Teknologi Pangan) serta mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Bacaan Lainnya

Kegiatan PkM ini mengusung topik ”PkM Kelompok Ibu-Ibu PKK: Inovasi Makanan Berbasis Tempe dengan Teknologi Fermentasi yang Tepat untuk Skala Industri Rumah Tangga di Desa Ciomas Rahayu, Kabupaten Bogor”.

Kegiatan pengabdian ini diawali dengan pelatihan membuat tempe yang  higienis kepada mitra yang dilakukan oleh mahasiswa dari Fakultas Teknobiologi, program Teknologi pangan.

Mahasiswa selama 1 bulan mendampingi ibu-ibu PKK yang merupakan mitra di perumahan Villa Ciomas, Desa Ciomas Rahayu, Kabupaten Bogor.

Selama satu bulan mahasiswa membantu untuk penyediaan sarana untuk pembuatan tempe seperti membeli alat penggiling kedelai, kompor gas, baskom dan  bahan-bahan pembuatan kedelai. Selain menyiapkan sarana dan prasarana juga mengadakan pelatihan dan edukasi.

Dengan adanya fasilitas yang ada, maka para mitra dapat trampil membuat tempe. Mereka juga diberi edukasi bagaimana membuat tempe secara higienis.

Baik peralatan dan bahan untuk membuat tempe yang sehat harus diperhatikan, sehingga tempe yang dihasilkan bermanfaat untuk kesehatan.

Kenapa harus tempe yang diambil dalam topik dalam kegiatan pengabdian ini?  Tempe merupakan pangan fermentasi asli Indonesia yang berbasis kedelai, hal ini dapat dilihat di Serat Centini yang ditulis oleh Rangga Sutrasna pada tahun 1815.

Tempe sudah dikenal diberbagai mancanegara dan sangat dihargai sebagai makanan yang kaya akan nutrisi. Penelitian dan publikasi tentang tempe sudah banyak dilakukan oleh para dosen di Fakultas Teknobiologi, Unika Atma Jaya.

Unika Atma Jaya memiliki wadah bagi para peneliti tempe yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan Tempe (P3T) Unika Atma Jaya.

Tempe biasanya memakai bahan dasar kedelai akan tetapi  kacang-kacangan seperti kacang merah, koro, jagung, dan berbagai macam kacang lainnya dapat sebagai bahan dasar tempe.

Dari hasil penelitian penggunaan kacang yang berbeda juga dapat memberikan efek fungsional pada tempe yang berbeda sesuai dengan kandungan pigmen, karbohidrat, serta vitamin pada kacang yang digunakan.

Pada dasarnya mikrob yang berperan dalam pembuatan tempe adalah Rhizopus spp., akan tetapi dalam pembuatan tempe terdapat mikroorganisme yang  sangat beragam.

Salah satu kelompok mikroorganisme yang berperan adalah bakteri asam laktat (BAL). BAL dapat memproduksi asam laktat sebagai hasil akhir metabolisme karbohidrat pada kacang dan terdapat juga dalam usus sehat manusia.

Pada penelitian, mengonsumsi tempe kukus maupun tempe segar memberikan efek yang hampir sama dalam meningkatkan nilai IgA.

Hal ini menunjukkan bakteri yang telah mati itu dapat menjadi faktor antigen,  yang berarti tempe dapat sebagai agens imunomodulator atau sebagai vaksin oral.

Kandungan protein pada tempe cukup tinggi, selain itu juga memiliki vitamin B12 dan B kompleks yang sangat tinggi. Vitamin B merupakan vitamin yang tidak disimpan dalam tubuh dan perlu diganti setiap harinya.

Vitamin B digunakan sebagai koenzim yang mendukung fungsi sel serta memegang fungsi penting dalam sistem syaraf dan otak.

Kekurangan vitamin B dapat memengaruhi metabolisme makromolekul dalam tubuh manusia. Tempe memiliki antioksidan, antikanker, antihaemolitik, antibakteri yang tinggi, serta berbagai manfaat kesehatan lain.

Kandungan serat pada produk tempe juga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

Pasca-COVID-19, selain ekonomi, masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran  akan pola hidup sehat yang harus terus dijaga dan peningkatan ekonomi dengan berbagai cara, salah satunya berwiraswasta.

Pada masa ini, diperlukan makanan yang bergizi, dan harga terjangkau oleh masyarakat. Tempe sangat baik nilai gizinya dan harga sangat murah dibandingkan dengan makanan sumber protein hewani, untuk itulah edukasi tentang tempe sebagai makanan sehat sangat penting untuk terus disebarluaskan ke berbagai kalangan masyarakat.

Selain edukasi tentang nilai plus tempe, tentunya harus diimbangi adanya inovasi olahan berbasis tempe, sehingga tempe dapat disajikan lebih menarik dan disukai berbagai kalangan.

Bertepatan dengan perayaan hari Kemerdekaan RI ke-78, tim Pengabdi dan ketua mitra yaitu Ibu Yosephine Yanti Mulyani, S.E., menggagas acara melalui lomba berkreasi makanan olahan berbasis tempe untuk ibu-ibu PKK di RW 10, RT 04 Perumahan Villa Ciomas, Bogor.

Dalam kegiatan tersebut telah di suguhkan aneka masakan olahan berbasis tempe, seperti susu tempe, puding tempe, lumpia tempe, cake tempe, steak tempe dan lain sebagainya.

Dengan membuat lomba inovasi masakan berbasis tempe tersebut, ibu-ibu PKK terpacu untuk membuat inovasi olahan masakan baik untuk lauk pauk, makanan dessert, maupun minuman berbasis tempe.

Ternyata antusias ibu ibu baik sekali,  hasil inovasi makanan berbasis tempe dari para mitra layak untuk dikomersialkan.

Dengan adanya keanekaragaman makanan berbasis tempe inilah diharapkan masyarakat dapat menikmati tempe dengan tampilan yang berbeda dari biasanya.

Untuk itulah pentingnya  memotivasi para mitra untuk terus berinovasi membuat masakan berbasis tempe, agar berbagai kalangan dapat menyukai tempe.

Tidak hanya sebatas saat lomba, setelah kegiatan lomba usai inovasi tempe yang lainpun bermunculan, seperti keripik tempe sagu, tempe berbumbu pedas baik frozen maupun segar.

Para mitra yang tinggal di RW 10, Desa Ciomas Rahayu, Kecamatan Ciomas  sudah terbiasa dan mampu membuat tempe dan olahannya, bahkan sudah mulai dipasarkan beberapa produk tempe, bahkan beberapa produk telah didaftarkan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dan sertifikat halal.

Dengan adanya dana hibah Pengabdian kepada Masyarakat dari DRTPM  dengan skema Pemberdayaan Masyarakat ini,  sungguh terasa dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi tempe yang sehat dan higienis, cara memproduksi tempe yang sehat serta dapat menambah penghasilan bagi Mitra.

Selain berbagai rangkaian kegiatan yang telah dilakukan  diatas,  mitra juga dibekali oleh  oleh para narasumber dari dosen Fakultas Teknobiologi serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Atma Jaya, tak ketinggalan pemilik Resto Kampung Konco di daerah Bogor dihadirkan sebagai narasumber.

Para narasumber tersebut yaitu Prof. Dr. Diana E. Waturangi, M.Si. dengan topik pembahasan “Manfaat Makanan Fermentasi bagi Kesehatan Mikrobiota Usus” memaparkan pentingnya mengkonsumsi makanan fermentasi untuk kesehatan, Bapak Dionysius Subali, M.

Biotek dengan materi ”Pola Makan dan Gaya Hidup Sehat”, Bapak Jimmy Suryadi, Ph.D. dengan materi tentang ”Biokimia Tempe”.

Pemaparan Biokimia Tempe kepada mitra sangat memberi wawasan dan pengetahuan dasar tentang proses yang terjadi pada fermentasi kedelai menjadi tempe oleh mikroorganisme. Berbagai pertanyaan dilontarkan oleh para mitra kepada para narasumber.

Selain narasumber yang berbasis sains juga dihadirkan narasumber Ibu Benedicta Evienia Prabawanti, S.E., M.M. yang menghadirkan topik “Taktik Pemasaran Produk Tempe” serta Bapak Ronny Worotika, sebagai memberikan materi “Strategi Sukses Berbisnis Kuliner.

Pembekalan untuk pemasaran sangat penting, karena hasil produksi mereka harus dapat dinikmati oleh masyarakat. Dengan demikian peningkatan penghasilanpun diharapkan akan meningkat.

Besar harapan tim Pengabdi  supaya  mitra siap untuk melakukan terobosan yang lebih luas untuk lebih mengenalkan tempe sebagai ”Makanan murah tetapi bukan makanan murahan” kepada masyarakat luas.

Dalam perkembangannya muncul gagasan untuk menginisiasi Desa Ciomas Rahayu menjadi sebuah desa wisata berupa Kampung Tempe.

Desa wisata sendiri merupakan suatu wilayah penduduk yang berkembang menjadi destinasi wisata demi meningkatkan perekonomian rakyat dan melestarikan kebudayaan.

Desa wisata berbasis kampung tempe ini diharapkan dapat menyediakan dan menjual produk tempe, mulai dari tempe segar hingga berbagai macam makanan olahan tempe dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.

Aneka dari produk makanan olahan tempe tersebut dijual dalam bentuk segar dan frozen. Akhirnya Desa Wisata: Kampung Tempe Ciomas, dapat diresmikan pada tanggal 2 September 2023 oleh  bapak Yogiara, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Teknobiologi Unika Atma Jaya.

Kampung Tempe Ciomas memiliki slogan yang menarik untuk mendatangkan wisatawan, yaitu “Tempe Sehat, Bukan Tempe Biasa”.

Pelatihan terus dilakukan oleh tim Pengabdi kepada para mitra untuk Desa Wisata Kampung Tempe Ciomas.

Pelatihan Pengemasan dan Pelabelan Produk Pangan serta Teknik Pemasaran Digital Produk Olahan Tempe, dipandang penting.

Untuk itu tim pengabdi mengundang narasumber yaitu ibu Meda Canti, S.T.P, M.Sc. dari Fakultas Teknobiologi, prodi Teknologi Pangan dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis yaitu Yolanda Nadia Jakobus dari Unika Atma Jaya.

Pelatihan Pengemasan dan Pelabelan ini dirasakan sangat  penting, dengan memiliki dasar pengetahuan yang baik, para mitra bisa mengaplikasikan dalam berbagai kemasan produksinya.

Pelabelan juga tak kalah pentingnya, karena dalam pelabelan akan membantu menginformasikan produk kepada masyarakat atas produk yang dihasilkan.

Desa Wisata Kampung Tempe Ciomas ini juga sangat didukung oleh perangkat desa yaitu Ibu Selih Silih Wati, sebagai  Lurah di Desa Ciomas Rahayu, dan Bapak ketua Rukun Warga setempat.

Pembetonan jalan di sepanjang bantaran sungai dan beberapa gang di wilayah  RW 10, sejak Bulan Oktober 2023 sekiranya akan mendukung kegiatan mitra kedepan nantinya.

Perbaikan jalan ini menjadi sarana yang sangat penting jika kelak Kampung Tempe Ciomas ini lebih dikembangkan.

Dengan adanya ”Desa Wisata: Kampung Tempe Ciomas”, diharapkan tempe dapat semakin dihargai di negara kita sendiri.

Citra tempe sebagai pangan tradisional yang  lekat dengan unsur kekumuhan, karena pembuatan tempe memiliki image di injak injak dengan kaki dan memakai sumber air yang tidak bersih, sekarang dapat berubah dengan adanya berbagai gerakan cinta tempe yang semakin berkembang.

Saatnya generasi muda tidak menganggap tempe sebagai makanan murahan lagi tetapi mengangkat derajad tempe ini pada posisi yang semestinya.

Mari kita bergandengan tangan antara peneliti, dosen, mahasiswa dan pegiat masyarakat serta komponen masyarakat untuk menggangkat derajat tempe menjadi sejajar dengan makanan yang layak disuguhkan pada berbagai kalangan.

Sudah sepantasnyalah generasi muda kita bangga dengan Tempe sebagai makanan asli Indonesia yang merupakan warisan leluhur kita yang patut dibanggakan.

Penulis:

  1. Anastasia Tatik Hartanti, M.Si. 
  2. Dr. Yasinta Ratna Wulandari, M.Si.
  3. Benedicta Evienia Prabawanti, S.E., M.M
  4. Audrey Gabriella

Dosen dan Mahasiswa Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Fakultas Teknobiologi, Program Studi Teknologi Pangan, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses