Penelitian Vaksin di Laboratorium

Penelitian Vaksin di Laboratorium

Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. Pengaplikasian vaksin ini bisa melalui suntikan atau lewat mulut agar dapat masuk ke dalam tubuh untuk menstimulasi sistem imun tubuh dan akhirnya imun kebal terhadap penyakit menular.

Seperti yang terjadi di beberapa tahun ini, sudah banyak ahli laboratorium yang berusaha keras untuk menciptakan vaksin untuk virus berjenis corona. Bukan hanya Indonesia, bahkan beberapa laboratorium dari negara-negara lain pun juga mencoba menguji vaksin untuk jenis virus ini.

“Mahasiswa Oxford University yang menjadi bagian tim penelitian uji klinis vaksin AstraZeneca di Oxford, Inggris. Itu mengatakan bahwa para ilmuan masih menerka apa saja proses pembentuk imunitas di dalam tubuh manusia setelah vaksinasi.” (Dikutip2020).

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: “Tak Kenal, Maka Tak Sayang.” Yuk, Kenali Jenis Vaksin COVID-19 Dan Cara Kerjanya!

Penurunan efektivitas vaksin dari beberapa jurnal ilmiah merupakan studi di laboratorium. Namun pendapat dari pakar secara umum menyebutkan bahwa vaksin tetap efektif membentuk kekebalan tubuh seseorang dari risiko kesakitan maupun kematian. Dari beberapa penelitian di laboratorium vaksin yang tersedia saat ini merupakan solusi untuk mencapai kekebalan komunal sehingga masyarakat diimbau untuk tidak pilih-pilih jenis vaksin yang tersedia di Indonesia saat ini.

Selain itu untuk mencapai kekebalan komunal bisa melalui infeksi natural. Kita biarkan saja infeksi sars-cov2 kemudian sakit dan sembuh lalu memiliki kekebalan alami. Namun pilihan itu, sangat berisiko kematian bagi populitas rentan yang terinveksi virus. Namun dengan vaksinasi dapat memberikan pengenalan tubuh kepada virus lebih awal.

Banyak pertanyaan dari masyarakat mengenai vaksin untuk Covid-19. Mengapa seseorang harus divaksin? Karena imunisasi adalah upaya paling efektif untuk memberikan kekebalan yang paling spesifik.

Ada berbagai macam jenis vaksin yang masuk di Indonesia:

1. Vaksin Sinovac (coronavac)

Coronavac adalah vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan Biofarma Tiongkok, Sinovac. Sejak pertengahan 2020 vaksin ini menjalani penelitian klinis tahap III, dan mendapat persetujuan untuk penggunaan darurat yang saat ini berlangsung di Brazil, Chili, Indonesia dan Turki.

Baca Juga: Vaksin COVID-19? Sosialisasi Vaksin COVID-19 kepada Warga Desa Ngoro-ngoro

Uji coba tahap akhir corona Sinovac di Brazil dinyatakan Efektif 78% detail hasil data disebut telah dikirimkan ke ANVISA, Pusat Biomedis Brazil. Mitra penelitian dan produksi vaksin Corona Sinovac. Anvisa, memiliki waktu sekitar 10 hari untuk menganalisis permintaan izin penggunaan darurat vaksin Corona Sinovac.

2. Vaksin AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca juga dikenal sebagai AZD1222 AstraZeneca adalah sebuah vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Universitas OXFORD dan AstraZeneca diberikan lewat suntikan. Vaksin Covid-19 AstraZeneca dikatakan 80% efektif mencegah infeksi Corona pada lansia dan tidak menyebabkan peningkatan risiko pembekuan darah. Kesimpulan ini didasarkan pada uji coba vaksin fase III yang dilakukan di Amerika Serikat, Chili dan Peruk.

3. Vaksin Sinopharm

Vaksin Sinopharm adalah vaksin untuk mencegah infeksi virus corona. Vaksin ini direncanakan menjadi bagian dari vaksinasi mandiri atau vaksinasi gotong royong. Vaksin Sinopharm dikembangkan oleh China National pada tahun 2020. Vaksin buatan Sinopharm ini diberi nama BBIBP-CRORV.

Baca Juga: Pemalsuan Kartu Vaksin Covid-19 di Situs E-commerce

4. Vaksin Moderna

Vaksin Corona buatan Moderna INC menunjukkan hasil menjanjikan dalam uji di labolatorium. Hanya ada sedikit penurunan respons di bandingkan pada varian asli dari Wuhan. Uji klinis ini  dilakukan dengan serum darah dari delapan partisipan yang di ambil sepekan setelah mendapat dosis kedua MRNA-1273.

5. Vaksin Pfizer

Mampu menetralkan varian baru virus corona yang menyebar dengan cepat di Brazil. Hasil tersebut berdasarkan study laboratorium yang dilakukan Universitas OF TEXAS MEDICAL BRARAH dan diterbitkan dalam New England Journal of Medicine.

Suci Ababil
Mahasiswa Universitas Binawan

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI