Zaman modern seperti saat ini, semakin banyak masyarakat yang tidak memperhatikan pola hidupnya dan cenderung beresiko terkena penyakit diabetes melitus, karena hal ini terjadi melalui kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji yang banyak mengandung lemak tinggi dan banyak yang mengkonsumsi makanan yang manis.
Diabetes melitus (DM) merupakan sebuah gangguan metabolisme yang terjadi akibat gangguan dalam produksi dan fungsi insulin, atau yang dapat dikenal dengan peningkatan kadar glukosa darah.
Insulin yang telah berkurang jumlahnya dan bekerja menyebabkan glukosa digunakan oleh sel dan akan meningkatkan pengeluaran glukagon, keadaan ini disebabkan oleh aktivitas radikal bebas dalam tubuh meningkat secara terus menerus (Anggi V, Ningrum TA, Tandi J, 2021)
Menurut Wahyuni (2020) diabetes melitus atau yang biasa disebut kencing manis adalah penyakit gula darah tinggi yang disebabkan karena tubuh tidak mengeluarkan atau menggunakan insulin.
Diabetes bisa disebabkan oleh obesitas, makanan yang manis, penyakit infeksi atau hormon insulin. Penderita diabetes seringkali memiliki gejala awal yang disebut 3P yaitu, Poliurea, polydipsia dan polifagia.
World Healt Organization (2018) menyatakan bahwa 70 persen dari total kematian di dunia dan lebih dari setengah beban penyakit disebabkan diabetes. Sebanyak 90-95% Â dari kasus diabetes adalah diabetes tipe 2.
Jumlah peringkat penyandang diabetes terbanyak, yakni Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil, dan Meksiko. Penderita diabetes militus dunia dengan jumlah kasus sebanyak 8,4 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 (Netty Herawati Et Al., 2021).
Menurut Simatupang (2018) pada penyakit diabetes melitus gejala yang sering terjadi adalah lebih sering buang air kecil atau disebut juga poliuria dari biasanya terutama pada malam hari, hal ini dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang ginjal (>180mg/dl), sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine.
Dalam keadaan normal, keluaran urine harian sekitar 1,5 liter, tetapi pada pasien diabetes melitus yang tidak terkontrol, pengeluaran urine lima kali lipat dari jumlah ini. Lalu sering merasa cepat lapar, nafsu makan meningkat dan merasa kurang bertenaga.
Insulin menjadi bermasalah pada penderita diabetes melitus sehingga pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang dan energi yang dibentuk pun menjadi kurang. Ini adalah penyebab mengapa penderita merasa kurang tenaga.
Lalu berat badan menurun ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi yang cukup dari gula karena kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan protein yang ada di dalam tubuh untuk diubah menjadi energi.
Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, memiliki berbagai macam jenis tanaman obat yang dapat digunakan untuk penyembuhan berbagai macam penyakit.
Binahong (Anredera cordifolia L) sebagai salah satu jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
Daun binahong memiliki khasiat untuk menyembuhkan luka demam, luka luar, mempercepat pemulihan kesehatan setelah pembedahan, melancarkan peredaran darah, mencegah stroke, menyembuhkan penyakit magh, menyembuhkan asam urat, menyembuhkan diabetes, menjaga daya tubuh. (Tjahjani & Yusniawati, 2017)
Salah satu obat tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat anti diabetes adalah tamanam binahong (Anredera cordifolia). Tanaman tersebut secara empiris mempunyai khasiat untuk pengobatan diabetes mellitus.
Baca juga:Â Ternyata Tanaman Daun Binahong (Anredera Cordifolia) dapat Menurunkan Tekanan Darah (Hipertensi)
Bagian daun tanaman Binahong digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk penyakit Diabetes Mellitus dengan mengambil 11 helai (50g) daun binahong kemudian dibersihkan dengan air mengalir dan direndam dalam air hangat selama 10 menit kemudian disaring, kemudian diminum sekali habis ada juga dengan menggunakan daun Binahong sebagai lalapan. (Makalalag & Wullur, 2013)
Daun binahong lebih efektif dibandingkan batang dan akar untuk dijadikan sebagai bahan utama dalam menurunkan kadar glukosa karena dapat diperoleh dalam jumlah yang banyak dan tidak mempengaruhi kehidupan dari tanaman tersebut (Candra Kusumastuti, 2018).
Binahong (Anredera cordifolia L) merupakan tanaman obat berpotensi mengobati beberapa jenis penyakit. Di negara Eropa maupun Amerika tanaman ini cukup dikenal, tetapi para ahli belum tertarik untuk meneliti tanaman ini lebih mendalam, padahal berbagai khasiat sebagai obat telah diketahui.
Bagian dari tanaman binahong hampir semuanya dapat dimanfaatkan, mulai dari batang, akar, bunga, dan daun, akan tetapi bagian yang banyak digunakan sebagai bahan obat herbal adalah bagian daun (Manoi, 2009)
Daun binahong memiliki beberapa manfaat yang banyak orang awam belum ketahui seperti mencegah komplikasi diabetes karena salah satu komplikasi diabetes adalah katarak. Katarak terjadi saat kadar gula sudah tidak terkontrol.
Berdasarkan penelitian yang dicobakan pada hewan, daun binahong mengandung senyawa antioksidan berupa flavonoid yang berperan sebagai anti-katarak togenik. Meskipun begitu, manfaat ini masih perlu diteliti lebih lanjut demi keamanan bagi manusia. Khasiat daun binahong selanjutnya dapat membantu pertumbuhan rambut.
Hal ini dapat terjadi karena kandungan daun binahong berupa vitamin E yang dapat meningkatkan aliran darah dan mengalirkan nutrisi ke folikel rambut sehingga pertumbuhan rambut dapat terjadi. Manfaat selanjutnya yaitu pengobatan pada sakit perut.
Sakit perut akibat telat makan dapat menyebabkan pencernaan tidak bekerja tepat waktu. Hal ini dapat diatasi dengan mengkonsumsi minuman herbal dari daun binahong. Meskipun begitu, sakit perut akibat telat makan masih bisa dicegah dengan disiplin makan tepat waktu.
Dibalik banyaknya manfaat dari tanaman binohong ternyata tanaman ini juga memiliki efek samping yang juga tidak sedikit seperti mual dan muntah, diare, jantung berdebar dengan kencang, pusing dan menyebabkan alergi pada tubuh konsumen
Mekanisme kerja tanaman daun binahong (Anredera cordifolia) terhadap penurunan kadar gula darah, diketahui ekstrak daun binahong sebagai anti diabetes bekerja dengan aktivitas penghambatan enzim alva glucosidase, menginduksi sekresi insulin dan meningkatkan fungsi insulin. (Juwariyah & Priyanto, 2018).
Penulis: Eli Putri Yani
Mahasiswa S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi Â
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News