Seiring dengan bertambahnya populasi dunia, kemampuan bumi untuk memperbaharui sumber daya terus menurun. Akibatnya, sumber daya hayati yang dibutuhkan untuk produksi pangan semakin berkurang dan diperlukan pendekatan baru untuk menyediakan pangan populasi global saat ini dan masa depan.
Efisiensi produksi pangan yang rendah dan manajemen limbah yang tidak optimal menjadi penyebab utama. Untuk mengatasi tantangan ini, solusi berbasis teknologi dan ilmu pangan yang inovatif diperlukan, termasuk penerapan ekonomi sirkular, pengembangan teknologi alternatif untuk produksi pangan, desain pangan yang kreatif, dan digitalisasi rantai pasokan pangan.
Limbah pangan merupakan isu global yang berdampak terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial. Setiap tahun, jutaan ton makanan terbuang sia-sia di seluruh dunia, sementara jutaan orang masih menderita kelaparan.
Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 1.3 juta miliar ton makanan terbuang setiap tahun di seluruh dunia, yang setara dengan sepertiga dari semua makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia.
Kerugian dalam sistem pangan terjadi di seluruh rantai pangan, mulai dari panen, produksi, distribusi hingga konsumsi akhir di dalam rumah tangga dengan berbagai alasan. Di negara maju, limbah pangan lebih banyak terjadi pada tahap konsumen akhir, sedangkan di negara berkembang lebih dominan pada tahap produksi dan pasca-panen.
Dampak lingkungan yang signifikan akibat limbah pangan adalah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembusukan makanan, yang juga menyebabkan kerugian ekonomi besar, yaitu biaya produksi yang terbuang maupun hilangnya potensi keuntungan.
Efek gas rumah kaca juga berasal dari produksi pertanian yang melepaskan ratusan juta pon pestisida ke lingkungan, yang merupakan penyebab utama penurunan kualitas air di sungai-sungai.
Limbah pangan terus menjadi masalah global sehingga akademisi, pengambil kebijakan, dan praktisi sama-sama tertarik untuk mencari solusi terhadap masalah ini dengan menciptakan makanan yang terbuat dari bahan-bahan yang diperoleh selama produksi makanan lain, yang disebut value‐added surplus products (VASP). Tantangan produk VASP terletak pada penerimaan konsumen terhadap makanan tersebut, oleh karena itu menentukan kelayakan komersial serta komunikasi yang tepat untuk VASP sangat penting, diantaranya melalui deskripsi produk, label, dan manfaatnya.
Baca Juga: Efektivitas Daur Ulang Kulit Jagung terhadap Limbah Pertanian dengan Teknik Pulverisasi
Deskripsi produk harus jelas untuk membedakan dari makanan konvensional dan organik. Selain itu penggunaan label juga sangat penting, di mana label “daur ulang/ upcycle” lebih diterima dibanding penggunaan “reprocessed dan reclaimed”.
Pelabelan yang tepat, dapat membuat produk VASP dianggap lebih dekat dengan makanan organik sebagai salah satu kategori makanan.
Hal ini dapat memberikan sinyal kemungkinan untuk mempromosikan makanan VASP sebagai kategori makanan baru yang menawarkan manfaat bagi masyarakat sehingga dapat memberikan solusi potensial untuk masalah krisis pangan. Contoh nyata dari VASP adalah penggunaan kulit buah-buahan untuk membuat ekstrak rasa atau pewarna alami.
Limbah pangan seperti buah dan sayur merupakan contoh limbah yang memiliki nilai tambah, untuk mengurangi dampak negatif sosial-ekonomi dan lingkungan. Pengelolaan limbah dibedakan antara konvensional dan valorisasi yang bertujuan mendaur ulang, dan memulihkan limbah pertanian menjadi produk yang lain.
Baca Juga: Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan Tuna sebagai Tepung Sumber Kalsium Alami Produk Pangan
Pada metode konvensional menghasilkan produk yang bermanfaat yaitu biogas dan biohidrogen, tetapi risiko lingkungan tidak hilang karena dampak terhadap polusi udara di atmosfer, emisi gas rumah kaca, serta produksi air limbah dan limbah padat.
Sebaliknya metode valorisasi baru diusulkan agar tidak merusak nutrisi dan senyawa berharga lainnya, sehingga bernilai tambah. Teknologi valorisasi lebih disukai karena berkontribusi mengurangi jumlah limbah dengan memasukkannya kembali ke dalam food supply chain (FSC).
Contoh teknologi pengelolaan limbah pangan secara konvensional yaitu pemberian pakan, penimbunan, biogas, pengomposan dan insinerasi atau pembakaran. Sedangkan contoh valorisasi limbah yaitu senyawa bioaktif, enzim, eksopolisakarida, bioplastik, serta biofuel.
Teknologi pengolahan yang optimal melalui kombinasi antara metode konvensional dan valorisasi harus berjalan secara terkoordinasi untuk memungkinkan pengelolaan terpadu yang meminimalkan dampak terhadap ketahanan pangan, pemborosan sumber daya dan kerusakan lingkungan.
Dengan mempertimbangkan pengelolaan yang berbeda dan sifat limbah buah dan sayur yang mudah rusak, prioritas diberikan pada jalur valorisasi, dengan ketentuan bahwa pengukuran preventif telah diterapkan sebelumnya. Setelah kapasitas penuh dari teknologi valorisasi telah dimanfaatkan, material yang tersisa kemungkinan besar akan dikelola dengan baik melalui sektor end of pipe konvensional.
Baca Juga: Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Tempe sebagai Alternatif Biogas Ramah Lingkungan
Dalam hal ini, metode pengomposan dan pencernaanan aerobic harus diprioritaskan, dibandingkan penimbunan dan pembakaran. Namun saat ini sangat sedikit yang beroperasi dengan limbah buah dan sayur karena keterbatasan ekonomi dan teknologi.
Meningkatkan efisiensi sistem pangan dan pengelolaan limbah memerlukan serangkaian solusi triple bottom line yang memerlukan upaya kolaboratif antara dunia usaha, pemerintah dan konsumen. Selain itu solusi pengelolaan limbah sangat tergantung pada pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah, fasilitas pengeloaan dan sarana transportasi
Penulis: Yulia Astuti Tulastiati (F2502231027)
Mahasiswa Pasca Sarjana Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News
Daftar Pustaka
Gunders, D. (2012). Wasted: How America Is Losing Up to 40 Percent of Its Food from Farm to Fork to Landfill. NRDC Issue Paper, iP:12-06-B.
Bhatt, S., Lee, J., Deutsch, J., Ayaz, H., Fulton, B., & Suri, R. (2018). From food waste to value-added surplus products (VASP): Consumer acceptance of a novel food product category. Journal of Consumer Behaviour, 17(1), 57-63. https://doi.org/10.1002/cb.1689
Esparza I, Jiménez-Moreno N, Bimbela F, Ancín-Azpilicueta C, Gandía LM. Fruit and vegetable waste management: Conventional and emerging approaches. J Environ Manage. 2020 Jul 1;265:110510. doi: 10.1016/j.jenvman.2020.110510. Epub 2020 Apr 7. PMID: 32275240.