Momentum Gebyak Bantengan Sido Joyo Kembali Meriah di Pujon

Pujon
Momentum Gebyak Bantengan Sido Joyo.

Malang – Pada tanggal 18 November 2024, Gebyak Bantengan Sido Joyo di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, kembali digelar di Punden setelah lima tahun vakum. Pertunjukan ini, yang dipimpin oleh Yogi Akbar, menjadi simbol kebangkitan tradisi dan nilai budaya lokal.

Pertunjukan bantengan ini juga dibantu oleh beberapa grup bantengan yang berada di daerah sekitar. Namun, meskipun acara ini sarat makna, terdapat beberapa masalah signifikan yang mengganggu kelancaran dan kualitas pertunjukan.

Pertunjukan Gebyak Bantengan dimulai dengan serangkaian acara yang cukup menarik, dimulai dengan pertunjukan pencak silat dari beberapa grup dan berbagai jenis pencak yang berbeda.

Pertunjukan silat ini berhasil menyuguhkan aksi yang energik dan memukau, menambah kesan tradisional yang kuat di awal acara. Namun, meskipun silat menjadi pembuka yang baik, transisi menuju atraksi berikutnya terasa agak terburu-buru dan kurang terorganisir.

Bacaan Lainnya

Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan berbagai atraksi ekstrem, seperti memecah bata ringan, penggunaan sajam, dan atraksi api. Masing-masing atraksi menampilkan keberanian dan keterampilan fisik yang luar biasa, namun banyak yang mengeluhkan kurangnya persiapan properti yang seharusnya mendukung atraksi ini.

Misalnya, bambu yang digunakan untuk membuat api tidak tersedia tepat waktu, yang menambah ketidaknyamanan bagi pemain dan penonton. Beberapa atraksi juga terasa kurang aman tanpa adanya sistem pengamanan yang memadai.

Akhirnya, acara puncak adalah pertunjukan bantengan yang selalu dinanti. Meski pertunjukan ini kembali menggugah semangat dan emosi penonton, masalah-masalah teknis yang terjadi sebelumnya, seperti sound system yang kadang mengeluarkan noise, kembali mengganggu kualitas pertunjukan ini.

Baca Juga: Harmonisasi Budaya Jawa dengan Kepercayaan Setempat

Secara keseluruhan, kostum yang digunakan dalam pertunjukan Gebyak Bantengan Sido Joyo tidak menimbulkan masalah. Para pemain mengenakan celana komprang yang khas dan kaos identitas bertuliskan “Sido Joyo,” yang memberikan kesan kekompakan dan identitas yang kuat sebagai bagian dari grup ini.

Kostum ini berhasil mempertahankan elemen tradisional sambil memberikan kenyamanan pada para pemain. Namun, ada beberapa aspek teknis lainnya yang perlu diperhatikan.

Pencahayaan yang digunakan sudah cukup memadai, meskipun dapat ditingkatkan agar memberikan efek yang lebih dramatis dan mendalam pada pertunjukan, mengingat pentingnya elemen visual dalam menciptakan atmosfer magis yang biasa ada pada pertunjukan bantengan.

Terkait dengan sound system, meskipun iringan ketipung dan jidor terdengar cukup jelas, kadang-kadang muncul noise yang mengganggu kenyamanan penonton dan mengurangi kualitas audio yang seharusnya memberikan atmosfer mendalam. Penggunaan sistem suara yang lebih stabil akan meningkatkan pengalaman penonton secara keseluruhan.

Salah satu masalah utama yang terlihat jelas dalam acara ini adalah ketidakteraturan dalam pelaksanaan rundown. Rangkaian acara yang molor, serta perubahan total dalam rundown yang disebabkan oleh persiapan yang kurang matang, menciptakan ketegangan dan kebingungan di antara peserta maupun penonton.

Baca Juga: Lestarikan Budaya Jawa, Mahasiswa KKN UIN Turut Serta Mengikuti Terbangan Jawa

Persiapan yang kurang baik juga terlihat pada kurangnya properti dan atraksi pendukung, seperti bambu yang digunakan untuk membuat api, yang tidak tersedia tepat waktu. Hal ini menciptakan kekhawatiran mengenai keselamatan dan kesan kurang profesional dari pihak penyelenggara.

Area yang terbatas memang menjadi masalah serius. Meskipun Gebyak Bantengan adalah pertunjukan yang melibatkan banyak peserta, ruang yang disediakan tidak cukup luas untuk menampung penonton dengan nyaman.

Seperti yang disampaikan oleh Anggada Budianto, “Untuk area memang sempit, tetapi mengingat ini adalah gebyak setelah lima tahun, jadi harus dilaksanakan di punden yang areanya memang sebatas itu.”

Meskipun area tersebut terbatas, faktor lokasi yang merupakan tempat bersejarah menjadi bagian dari pengalaman budaya yang harus dihargai, meskipun tetap menimbulkan tantangan dalam hal kenyamanan penonton.

Ketiadaan sistem keamanan penonton, seperti pagar pembatas yang jelas, sangat mempengaruhi kenyamanan acara. Penonton yang terlalu dekat dengan area pertunjukan menyebabkan potensi bahaya, terutama ketika beberapa player kerasukan atau mengalami kesurupan.

Kurangnya penjagaan membuat beberapa player yang kerasukan mengganggu warga, bahkan merusak fasilitas yang ada. Insiden seperti ini menunjukkan betapa pentingnya sistem pengamanan yang memadai untuk melindungi baik pemain maupun penonton.

Baca Juga: Disabilitas dalam Sejarah Budaya Jawa

Kekurangan pengawasan juga berpotensi membahayakan pemain yang sedang dalam keadaan kerasukan, karena mereka bisa menjadi lebih agresif dan sulit dikendalikan. Kejadian-kejadian semacam ini tidak hanya merusak suasana acara, tetapi juga membahayakan keselamatan individu.

Meski ada sejumlah masalah, Gebyak Bantengan tetap mengandung makna budaya yang sangat kuat. Pertunjukan ini menggambarkan perjuangan antara kebaikan dan keburukan, serta nilai moral yang terkandung dalam filosofi bantengan.

Gebyak Bantengan juga berfungsi sebagai pengingat pentingnya menjaga warisan budaya lokal yang sangat berarti bagi masyarakat. Namun, dalam kondisi yang kurang terorganisir dan tidak aman, makna yang ingin disampaikan bisa tereduksi.

Secara keseluruhan, Gebyak Bantengan Sido Joyo pada 18 November 2024 berhasil menjadi simbol kebangkitan tradisi, meskipun sejumlah masalah manajerial dan teknis mengurangi kualitas dan keselamatan acara.

Meskipun area yang terbatas merupakan kendala yang tidak dapat dihindari, mengingat acara ini dilaksanakan setelah lima tahun vakum dan harus diselenggarakan di punden yang memiliki ruang terbatas, hal ini seharusnya dapat dipertimbangkan lebih matang dalam perencanaan dan pengorganisasian.

Persiapan acara yang kurang matang, terutama dalam hal rundown, properti, dan pengamanan penonton, mengganggu kelancaran pertunjukan dan dapat berisiko bagi keselamatan baik pemain maupun penonton.

Baca Juga: Menjaga Kelestarian Kebudayaan Jawa di Kemlayan dan Pengenalan UMKM Bedoyo Street Food Melalui Mural

Untuk meningkatkan kualitas acara di masa depan, perlu ada peningkatan pada aspek teknis seperti sound system dan pencahayaan, yang akan mendukung atmosfer pertunjukan secara keseluruhan.

Selain itu, penerapan sistem pengamanan yang lebih baik sangat penting, baik untuk melindungi penonton maupun pemain, terutama ketika terjadi kejadian kerasukan yang dapat mengganggu jalannya acara.

Dengan perbaikan tersebut, Gebyak Bantengan Sido Joyo dapat menjadi contoh pertunjukan budaya yang tidak hanya berhasil melestarikan tradisi, tetapi juga aman, terorganisir, dan profesional bagi semua pihak yang terlibat.

Penulis: Saka Surya Negara
 Mahasiswa Pendidikan Seni Tari dan Musik Universitas Negeri Malang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses