Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi efektivitas model pembelajaran Talking Stick dan Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila materi hak dan kewajiban pada siswa kelas IV SD. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan teknik observasi, wawancara, dan simulasi mengajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Talking Stick mendorong kepercayaan diri siswa dalam berbicara dan berpikir kritis secara individu, sementara NHT memperkuat kerja sama kelompok, tanggung jawab individu, serta pemahaman mendalam melalui diskusi kolaboratif. Implementasi kedua model ini terbukti meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dan hasil belajar, dengan mayoritas siswa mencapai Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP). Kombinasi kedua model direkomendasikan untuk memberikan pengalaman belajar yang interaktif dan bermakna, mendukung pemahaman konsep hak dan kewajiban, sekaligus menanamkan nilai-nilai Pancasila.
Kata Kunci: Talking Stick, Numbered Heads Together (NHT), Pendidikan Pancasila, Hak dan Kewajiban, Pembelajaran Aktif.
Abstract
This research aims to explore the effectiveness of the Talking Stick and Numbered Heads Together (NHT) learning models in teaching Pancasila Education regarding rights and obligations for fourth grade elementary school students. The research uses qualitative methods with observation techniques, interviews and teaching simulations. The research results show that the Talking Stick model encourages students’ confidence in speaking and critical thinking individually, while NHT strengthens group cooperation, individual responsibility, and deep understanding through collaborative discussions. The implementation of these two models has been proven to increase active student involvement and learning outcomes, with the majority of students achieving the Learning Objective Achievement Criteria (KKTP). The combination of the two models is recommended to provide an interactive and meaningful learning experience, supporting understanding of the concepts of rights and obligations, while instilling Pancasila values.
Keywords: Talking Stick, Numbered Heads Together (NHT), Pancasila Education, Rights and Obligations, Active Learning.
Pendahuluan
Pembelajaran pendidikan pancasila (PKn) di Sekolah Dasar, untuk menjaga agar nilai-nilai dasar Pancasila tetap hidup dalam kehidupan masyarakat, penting untuk menanamkannya sejak dini pada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Anak-anak perlu diberi pemahaman tentang pentingnya Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Salah satu cara efektif untuk menanamkan nilai-nilai tersebut adalah melalui pendidikan Pancasila. Pendidikan ini merupakan pendidikan ideologi bangsa Indonesia yang bertujuan membentuk warga negara yang baik, memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara, mencintai tanah air, serta memiliki semangat kebangsaan Indonesia. Pengajaran pendidikan Pancasila dapat dimulai sejak jenjang sekolah dasar. Terutama kelas IV, memiliki peran penting dalam membentuk karakter peserta didik sebagai warga negara yang baik. Materi yang diajarkan mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bertujuan menanamkan nilai-nilai moral, norma, dan kebangsaan. Namun, dalam praktiknya, pembelajaran PKn seringkali menghadapi berbagai permasalahan yang dapat menghambat pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal. Materi PKn cenderung dianggap membosankan oleh peserta didik karena metode pembelajaran yang kurang variatif dan interaktif. Guru seringkali menggunakan pendekatan ceramah, yang membuat peserta didik pasif dan kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Banyak guru yang masih menggunakan media pembelajaran konvensional tanpa memanfaatkan teknologi atau sumber belajar yang relevan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini menyebabkan peserta didik kesulitan memahami konsep-konsep abstrak, seperti demokrasi, kerjasama, atau tanggung jawab warga negara.
Pembelajaran PKn seringkali lebih berfokus pada hafalan konsep dan teori, sehingga aspek keterampilan sosial dan pembentukan sikap kurang mendapatkan perhatian. Akibatnya, peserta didik tidak mendapatkan kesempatan yang memadai untuk mempraktikkan nilai-nilai seperti toleransi, disiplin, atau gotong royong dalam konteks nyata. Tidak semua guru memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menerapkan model pembelajaran aktif seperti role-playing, diskusi kelompok, atau project-based learning dalam pembelajaran PKn. Hal ini berdampak pada terbatasnya pengalaman belajar peserta didik yang bermakna dan aplikatif. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dan pengembangan strategi pembelajaran yang lebih interaktif, kontekstual, dan berpusat pada peserta didik. Melalui praktikum ini, diharapkan dapat ditemukan solusi untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran PKn kelas IV, baik dalam aspek metode, media, maupun pendekatan pembelajaran yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan ke dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Praktikum ini menjadi langkah penting dalam menjawab kebutuhan tersebut sekaligus mempersiapkan generasi muda yang memiliki karakter kebangsaan yang kuat.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apa saja faktor yang mempengaruhi efektivitas model pembelajaran Talking Stick dan NHT dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SD terhadap materi hak dan kewajiban dalam Pendidikan Pancasila?; (2) Bagaimana penerapan model pembelajaran Talking Stick dan NHT dalam materi hak dan kewajiban dalam Pendidikan Pancasila?; (3) Bagaimana tingkat partisipasi siswa selama proses pembelajaran menggunakan model Talking Stick dan NHT pada materi Hak dan Kewajiban dalam Pendidikan Pancasila di kelas IV SD?. Tujuan dari penelitian ini, yaitu (1) Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas model pembelajaran Talking Stick dan Numbered Heads Together (NHT) dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SD terhadap materi hak dan kewajiban dalam Pendidikan Pancasila.; (2) Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Talking Stick dan Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran materi hak dan kewajiban dalam Pendidikan Pancasila di kelas IV SD.; (3) Untuk menganalisis tingkat partisipasi siswa selama proses pembelajaran menggunakan model Talking Stick dan Numbered Heads Together (NHT) pada materi Hak dan Kewajiban dalam Pendidikan Pancasila di kelas IV SD.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena secara mendalam dengan menggali makna, pengalaman, dan perspektif subjek penelitian melalui pendekatan yang deskriptif dan naturalistik. Jenis kegiatan yang dilakukan, yaitu berupa observasi, wawancara dan simulasi mengajar. Observasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung proses pembelajaran yang berlangsung di kelas IV SD PANCASILA, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila materi Hak dan Kewajiban. Dalam kegiatan ini, dilakukan dengan wawancara kepada guru untuk mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila khususnya pada materi Hak dan Kewajiban, serta mengidentifikasi metode, media, dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas IV untuk mengidentifikasi permasalahan yang dialami siswa kelas IV, khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila pada materi Hak dan Kewajiban. Wawancara ini juga bertujuan untuk memahami kebutuhan siswa dalam mendukung proses belajar mengajar di SD Pancasila. Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan beberapa kendala, diantaranya masih ada siswa yang belum lancar membaca dan kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Permasalahan ini disinyalir disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti mengembangkan dua modul ajar interaktif dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda, yakni Talking Stick dan Numbered Heads Together (NHT). Model Talking Stick dirancang untuk meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif melalui diskusi kelompok yang dipandu dengan alat bantu simbolik, sedangkan NHT dirancang untuk mendorong siswa bekerja sama secara efektif dan bertanggung jawab dalam kelompok dengan pendekatan berbasis nomor kepala. Kedua modul ini diintegrasikan dengan media pembelajaran yang mendukung agar materi lebih mudah dipahami dan dapat menarik minat siswa. Proses pengembangan modul dilakukan melalui tahapan yang sistematis, termasuk konsultasi dengan guru kelas untuk memastikan modul sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Dengan pendekatan ini, diharapkan siswa dapat lebih aktif, dan memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap materi Hak dan Kewajiban.
Pada pertemuan pertama, peneliti 1 melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan modul ajar berbasis model Numbered Heads Together (NHT). Model ini dirancang untuk mendorong kerja sama siswa dalam kelompok, di mana setiap anggota memiliki peran aktif dalam memahami dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Selama proses pembelajaran, siswa terlihat antusias dan terlibat aktif, khususnya saat bekerja sama menyelesaikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Setelah siswa menyelesaikan tugas kelompok dalam LKPD, peneliti 1 membagikan soal evaluasi untuk dikerjakan secara individu. Soal evaluasi ini bertujuan untuk mengukur pemahaman masing-masing siswa secara mandiri terhadap materi yang telah dipelajari. Namun, berdasarkan hasil evaluasi tersebut, ditemukan bahwa 3 siswa belum mencapai Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) yang telah ditetapkan, yaitu 70. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pembelajaran berbasis kelompok dapat meningkatkan kerja sama dan keaktifan siswa, pemahaman individu terhadap materi masih perlu ditingkatkan melalui pendekatan yang lebih variatif.
Pada pertemuan kedua, pembelajaran dilakukan oleh peneliti 2 dengan menggunakan modul ajar berbasis model Talking Stick. Proses pembelajaran dimulai dengan pembagian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), di mana siswa diminta untuk duduk dalam kelompok dan mengerjakan LKPD secara bersama-sama. Aktivitas kelompok ini dirancang untuk meningkatkan kerja sama dan pemahaman siswa terhadap materi. Selanjutnya, peneliti 2 melaksanakan permainan interaktif dengan menerapkan model Talking Stick. Dalam permainan ini, peneliti memberikan sebuah stick kepada salah satu siswa, kemudian memutar musik sebagai bagian dari aktivitas. Ketika musik berhenti, siswa yang memegang stick diminta untuk mengambil satu kartu berisi soal dan menjawab soal tersebut secara langsung. Proses ini diulang hingga semua siswa mendapatkan giliran mengambil kartu dan menjawab soal. Metode ini bertujuan untuk melibatkan seluruh siswa secara aktif dalam pembelajaran dan mendorong keberanian mereka untuk menjawab pertanyaan. Setelah permainan selesai, peneliti membagikan soal evaluasi untuk dikerjakan secara individu. Berdasarkan hasil evaluasi, terlihat peningkatan signifikan dalam pemahaman siswa, dengan hanya satu siswa yang belum mencapai Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) yang ditetapkan, yaitu 70. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model Talking Stick tidak hanya mampu menarik perhatian siswa, tetapi juga efektif dalam meningkatkan keterlibatan mereka selama proses pembelajaran
Pembahasan
Faktor yang mempengaruhi efektivitas model pembelajaran Talking Stick dan NHT
Efektivitas model pembelajaran Talking Stick dan Numbered Heads Together (NHT) dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SD terhadap materi hak dan kewajiban dalam Pendidikan Pancasila dipengaruhi oleh beberapa faktor. Keterlibatan aktif siswa sangat penting, di mana Talking Stick mendorong siswa untuk berani menjawab pertanyaan langsung saat memegang tongkat, sedangkan NHT mengoptimalkan partisipasi melalui diskusi kelompok. Keberhasilan juga ditentukan oleh keterampilan guru dalam memfasilitasi pembelajaran, seperti merancang pertanyaan yang relevan dengan materi, serta pengelolaan waktu yang baik agar seluruh siswa dapat berkontribusi secara maksimal. Selain itu, kesiapan materi yang disesuaikan dengan kemampuan siswa, kemampuan mereka bekerja dalam kelompok, serta keragaman gaya belajar menjadi aspek penting yang mendukung keberhasilan kedua model pembelajaran. Talking Stick lebih efektif untuk siswa yang percaya diri berbicara, sementara NHT mendukung siswa yang lebih menyukai pembelajaran kolaboratif. Motivasi siswa juga berperan besar, karena mereka harus merasa tertarik dengan metode pembelajaran yang digunakan. Di sisi lain, lingkungan belajar yang kondusif sangat diperlukan agar diskusi dan interaksi dalam kelas berjalan lancar. Dengan memperhatikan seluruh faktor ini, guru dapat mengoptimalkan implementasi kedua model untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi hak dan kewajiban.
Baca Juga: Peran Pendidikan Bahasa Indonesia dalam Pembentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar
Penerapan model pembelajaran Talking Stick dan NHT dalam materi hak dan kewajiban dalam Pendidikan Pancasila
Penerapan model pembelajaran Talking Stick dan Numbered Heads Together (NHT) dalam materi hak dan kewajiban dalam Pendidikan Pancasila di kelas IV SD dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang disesuaikan untuk masing-masing model, dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep hak dan kewajiban serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah cara penerapannya:
1. Penerapan Model Talking Stick
Model Talking Stick dapat digunakan untuk mengaktifkan partisipasi siswa dalam diskusi tentang hak dan kewajiban. Dalam model ini, guru dapat memulai dengan memberikan penjelasan singkat mengenai konsep hak dan kewajiban, kemudian mengajukan pertanyaan kepada siswa, misalnya, “Apa saja hak yang dimiliki oleh setiap warga negara?” atau “Apa kewajiban yang harus dipenuhi sebagai warga negara yang baik?” Setelah itu, guru memberikan tongkat kepada salah satu siswa yang diberi giliran untuk menjawab. Ketika siswa memegang tongkat, mereka harus memberikan jawaban atau pendapat mereka secara terbuka. Jika mereka selesai, tongkat akan diberikan kepada siswa lain yang ingin berbicara.
Penerapan model ini dapat mendorong siswa untuk berpikir secara mendalam dan mengungkapkan pemahaman mereka tentang hak dan kewajiban. Ini juga memberikan kesempatan bagi semua siswa untuk terlibat dalam pembelajaran secara aktif. Model Talking Stick cocok digunakan untuk memperdalam pemahaman siswa secara individu, mengingat setiap siswa berkesempatan menjelaskan pendapatnya dengan percaya diri.
2. Penerapan Model Numbered Heads Together (NHT)
Dalam penerapan NHT, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing dengan nomor yang berbeda. Guru dapat mengajukan pertanyaan berkaitan dengan hak dan kewajiban, seperti “Apa contoh kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang anak di rumah dan di sekolah?” atau “Bagaimana cara kita menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik?” Setelah pertanyaan diajukan, siswa dalam setiap kelompok berdiskusi untuk menyusun jawaban bersama. Setiap siswa dalam kelompok diberikan kesempatan untuk berkontribusi sesuai dengan nomor yang mereka miliki.
Setelah diskusi, guru memanggil nomor tertentu dan siswa yang memiliki nomor tersebut harus menyampaikan jawaban kelompok mereka. Hal ini memastikan bahwa setiap anggota kelompok terlibat dalam pembelajaran dan memahami materi yang dibahas. NHT memperkuat kerja sama tim dan memberi kesempatan kepada siswa yang kurang percaya diri untuk berbicara setelah berdiskusi terlebih dahulu dalam kelompok. Selain itu, model ini juga melatih siswa untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab terhadap tugas kelompok.
3. Kombinasi Kedua Model
Kombinasi kedua model ini juga dapat dilakukan untuk meningkatkan keberagaman metode pembelajaran dalam kelas. Misalnya, guru bisa memulai pembelajaran dengan Talking Stick untuk mengumpulkan berbagai pendapat siswa secara individu tentang hak dan kewajiban. Setelah itu, NHT dapat diterapkan untuk memperdalam pemahaman melalui diskusi kelompok, di mana siswa bekerja sama untuk merumuskan jawaban yang lebih mendalam dan menyampaikan hasilnya kepada kelas.
Dengan penerapan kedua model ini, siswa tidak hanya mendapatkan kesempatan untuk berbicara dan menyampaikan pendapat mereka, tetapi juga belajar bekerja sama dalam kelompok, mendengarkan teman, dan memperkaya pengetahuan mereka melalui diskusi yang konstruktif. Model Talking Stick dan NHT dapat mengoptimalkan partisipasi siswa, meningkatkan pemahaman tentang materi hak dan kewajiban, serta membangun keterampilan sosial yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Baca Juga: Nilai-Nilai Pancasila sebagai Dasar Mengatasi Bullying di Sekolah
Tingkat partisipasi siswa selama proses pembelajaran menggunakan model Talking Stick dan NHT pada materi Hak dan Kewajiban dalam Pendidikan Pancasila di kelas IV SD
Tingkat partisipasi siswa selama proses pembelajaran menggunakan model Talking Stick dan Numbered Heads Together (NHT) pada materi Hak dan Kewajiban dalam Pendidikan Pancasila di kelas IV SD dapat terlihat dalam dua bentuk yang berbeda namun saling melengkapi. Model Talking Stick mendorong siswa untuk aktif terlibat secara individu dalam setiap sesi pembelajaran. Setiap siswa diberikan kesempatan untuk berbicara ketika memegang tongkat, yang memastikan bahwa setiap siswa, tanpa terkecuali, mendapat giliran untuk menyampaikan pendapat atau menjawab pertanyaan. Hal ini dapat meningkatkan keterlibatan pribadi siswa dalam pembelajaran, karena mereka tahu bahwa mereka akan dipanggil untuk berbicara. Model ini juga memberikan ruang bagi siswa yang cenderung lebih pemalu untuk mengatasi rasa takutnya, meskipun tetap ada tantangan bagi beberapa siswa yang merasa kurang percaya diri. Dengan demikian, Talking Stick dapat meningkatkan tingkat partisipasi siswa dalam hal berbicara dan berpikir secara individual, meskipun beberapa siswa yang lebih dominan mungkin memanfaatkan kesempatan ini lebih banyak.
Sementara itu, Numbered Heads Together (NHT) menawarkan pendekatan yang lebih kolaboratif dalam meningkatkan partisipasi siswa. Dalam model ini, siswa bekerja dalam kelompok kecil, dimana setiap anggota kelompok diberi nomor tertentu. Ketika pertanyaan diajukan, kelompok akan berdiskusi untuk mencapai jawaban bersama. Setelah diskusi, seorang siswa dengan nomor tertentu diminta untuk menyampaikan jawaban kelompoknya di depan kelas. Dengan demikian, NHT mengedepankan partisipasi siswa melalui kerja sama kelompok, memastikan bahwa setiap siswa dalam kelompok merasa bertanggung jawab untuk berkontribusi dalam diskusi. Model ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa yang cenderung lebih pendiam atau merasa kurang percaya diri karena mereka memiliki kesempatan untuk berbicara dan berdiskusi terlebih dahulu dalam kelompok sebelum menyampaikan pendapat di depan kelas. Selain itu, NHT memberikan ruang bagi siswa untuk saling belajar dari teman-temannya, memperkaya pemahaman mereka tentang materi hak dan kewajiban dalam Pendidikan Pancasila.
Secara keseluruhan, kedua model ini dapat meningkatkan tingkat partisipasi siswa dengan cara yang berbeda namun saling mendukung. Talking Stick lebih menekankan pada keaktifan individu dalam menjawab pertanyaan atau menyampaikan pendapat secara langsung, sementara NHT lebih menekankan pada kerja sama dan kolaborasi dalam kelompok, di mana setiap siswa diberikan kesempatan untuk berkontribusi secara kolektif. Keduanya memiliki manfaat besar dalam mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam memahami materi hak dan kewajiban, dengan Talking Stick yang memberi kesempatan pada siswa untuk berbicara langsung dan NHT yang mengoptimalkan pemahaman melalui diskusi kelompok. Kombinasi kedua model ini dalam pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih menyeluruh, meningkatkan rasa percaya diri, dan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Simpulan
Penelitian tentang penerapan model pembelajaran Talking Stick dan Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila pada materi Hak dan Kewajiban siswa kelas IV SD menunjukkan bahwa kedua model tersebut efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa. Model Talking Stick mampu mendorong siswa untuk lebih percaya diri dalam berbicara dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis secara individu, sementara NHT memperkuat kerja sama kelompok, tanggung jawab individu, dan pemahaman mendalam melalui diskusi kolaboratif. Hasil pembelajaran menunjukkan peningkatan yang signifikan, di mana sebagian besar siswa berhasil mencapai Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP). Talking Stick memberikan keberanian kepada siswa untuk berbicara langsung, sedangkan NHT memastikan seluruh anggota kelompok terlibat aktif dalam pembelajaran. Keberhasilan implementasi kedua model ini didukung oleh perencanaan guru yang baik, materi yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta suasana belajar yang kondusif. Selain itu, motivasi belajar siswa meningkat melalui penggunaan media dan metode pembelajaran yang menarik. Oleh karena itu, disarankan agar guru terus mengembangkan strategi pembelajaran berbasis aktif seperti Talking Stick dan NHT untuk menciptakan pengalaman belajar yang interaktif dan bermakna. Dukungan lingkungan belajar yang kondusif serta penggunaan media pembelajaran yang relevan juga perlu ditingkatkan untuk menunjang proses belajar-mengajar. Dengan penerapan kedua model ini, pemahaman siswa terhadap materi hak dan kewajiban dapat ditingkatkan, sekaligus menanamkan nilai-nilai yang penting dalam Pendidikan Pancasila.
Penulis:
1. Latifa Ratri Hastuti
2. Rima Fadhilah
3. Susilo Tri Widodo
4. Eva Nur Hidayah
5. Sekar Nova Juan Qurrota’Ayun
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News
Daftar Pustaka
Jannah, R. (2024). Pengaruh Model Talking Stick Dalam Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila Di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 462-463.
Purwanti dkk. 2018. “Introducing Language Aspect (English) To Early Childhood Thtough The Combina Of Picture And Picture Model, Talking Stick Model, Flashcard Media, And Movement And Song Mocement And Song Method In B1 Group At Matahariku Bilingual Kindergarten Landasan Ulian Tengah BanjarBaru, Indonesia”. European Journal of Education Studies. Vol. 5, No.7.
Putri Rifkiyani, E. C. (2023). Keefektifan Model Talking Stickterhadap Keaktifan Belajar Siswa pada Pembelajaran PPKn Materi Hak dan Kewajiban. JURNALBASICEDU, 3372-3374.
Parhan, H., & Sukaenah, S. (2020). Implementasi Nilai Pancasila dalam Pengajaran Hak dan Kewajiban Siswa. Jurnal Pendidikan Karakter Bangsa, 8(3), 45-53
Rahayu, K. N. S. (2021). Sinergi Pendidikan Menyongsong Masa Depan Indonesia di Era Society 5.0. EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar, 2(1), 95-97.
Yusniati, Y. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Vi SD Negeri Bantarjati 8 Kota Bogor Pada Materi Taksiran Keliling Dan Luas Lingkaran. Journal of Social Studies Arts and Humanities (JSSAH), 2(1), 19–24.
Zulhafizh, Z. (2021). Peran dan Mutu Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru di SatuanPendidikan Tingkat Atas. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian DanKajian Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran, 7(2), 328.