Indonesia, sebagai negara agraris dengan mayoritas penduduk yang bergantung pada sektor pertanian, menghadapi tantangan besar setiap musim kemarau tiba. Kekeringan menjadi ancaman nyata, menyebabkan penurunan hasil panen, kerugian ekonomi, hingga ketahanan pangan yang terganggu.
Salah satu solusi yang mulai mendapatkan perhatian adalah pengembangan teknologi air tanah sebagai sumber irigasi alternatif untuk mengatasi krisis air selama musim kemarau. Teknologi ini menawarkan potensi besar untuk mendukung sektor pertanian namun juga memerlukan perencanaan yang matang agar keberlanjutannya terjamin.
Potensi pemanfaatan air bawah tanah adalah salah satu sumber daya yang melimpah yang berada di dalam tanah di atas permukaan tanah. Sumber daya ini sering kali tetap tersedia bahkan saat hujan tidak turun selama berbulan-bulan.
Air bawah tanah tersimpan dalam akuifer, lapisan tanah atau batuan yang mampu menahan air, yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi modern seperti sumur bor dalam, pompa, dan sistem pengolahan berbasis digital, air bawah tanah dapat diakses dan dimanfaatkan untuk irigasi.
Teknologi ini sangat menjamin terutama di daerah-daerah yang sering dilanda kekeringan yang sangat panjang, seperti Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Jawa Tengah (Yogyakarta), dan sebagian Kalimantan. Pemanfaatan air bawah tanah memungkinkan petani untuk tetap menanam padi, jagung, atau komoditas lain di musim kemarau, yang selama ini sulit dilakukan karena keterbatasan air permukaan.
Teknologi modern dalam eksplorasi dan pengolahan air bawah tanah kemajuan teknologi memungkinkan eksplorasi air bawah tanah menjadi lebih efisien dan tepat sasaran.
Dengan bantuan teknologi seperti pemetaan geolistrik, radar bawah tanah, dan perangkat lunak simulasi akuifer, potensi sumber air bawah tanah dapat mengidentifikasi dengan lebih akurat. Selain itu, sistem pompa air modern, seperti pompa bertenaga surya, semakin mempercepat proses pengembalian air tanpa ketergantungan besar pada energi fosil.
Pengolahan air bawah tanah juga kini lebih cerdas berkat teknologi berbasis Internet of Things (loT). Sensor adalah perangkat monitoring yang terhubung dapat memantau kualitas, kuantitas, dan penggunaan air secara real-time. Sistem ini dapat diintegrasikan dengan aplikasi yang memberikan rekomendasi kepada petani tentang yang terbaik untuk menyiram tanaman, sehingga efisiensi irigasi meningkat.
Manfaat dalam ekonomi dan sosial. Pemanfaatan air bawah tanah untuk irigasi dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikasikan. Petani dapat meningkatkan produktivitas lahan mereka karena tidak lagi sepenuhnya tergantung pada musim hujan.
Tanaman yang sebelumnya hanya bisa di tanam pada musim tertentu kini dapat diproduksi sepanjang tahun, mendukung di servikasikan hasil panen dan meningkatkan pendapatan para petani.
Dari segi sosial, pengembangan teknologi ini juga dapat membantu mengurangi konflik air antar wilayah. Sering kali, saat kekeringan melanda, perebutan sumber air permukaan menjadi masalah serius yang dapat memecahkan hubungan antar komunitas. Dengan adanya alternatif air bawah tanah, tekanan terhadap sumber air permukaan dapat dikurangi.
Tantangan dan risiko pemanfaatan air bawah tanah, pengembangan teknologi air bawah tanah juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu risiko terbesar adalah eksploitasi berlebihan yang dapat menyebabkan penurunan muka air tanah, penurunan tanah(land subsidence), hingga kerusakan akuifer yang tidak dapat diperbaiki.
Kasus-kasus ini telah terjadi di beberapa wilayah perkotaan seperti Jakarta, di mana ekstraksi air tanah yang tidak terkendali menyebabkan permukaan tanah turun secara signifikasi.
Selain itu, biaya awal untuk mengembangkan infrastruktur mengembalikan air bawah tanah, seperti pengeboran sumur dalam dan instalasi pompa, relatif tinggi. Hal ini menjadi kendala terutama bagi petani kecil yang memiliki keterbatasan modal.
Aspek kualitas air juga tidak boleh diabaikan. Di beberapa daerah, air bawah tanah mengandung kadar garam atau logam berat yang tinggi, yang dapat merusak tanaman dan merugikan ekosistem jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, pengolahan kualitas air menjadi tantangan tambahan yang harus diatasi.
Solusi untuk keberlanjutan dalam mengatasi tantangan ini, pendekatan yang berkelanjutan sangat diperlukan. Pemerintah dan sektor swasta dapat bekerja sama untuk memberikan sebuah subsidi atau pinjaman lunak bagi petani guna mendukung pembangunan infrastruktur irigasi berbasis air bawah tanah.
Selain itu, pelatihan dan edukasi kepada para petani tentang teknik irigasi yang efisien dan keberlanjutan juga penting untuk dilakukan.
Pemanfaatan teknologi berbasis data, seperti sistem pemantau terintegrasi, dapat membantu mengatur penggunaan air secara bijaksana. Dengan cara ini, eksploitasi secara berlebihan dapat dikendalikan bahkan dicegah, dan keberlanjutan akuifer dapat terjaga.
Pemerintah juga perlu mengatur kebijakan yang ketat terkait pengolahan air bawah tanah, termasuk pembatasan jumlah sumur yang diizinkan dan perlunya izin resmi untuk eksploitasi air tanah dalam skala besar.
Reboisasi dan konservasi lahan di sekitar area tangkapan air juga perlu dilakukan untuk memastikan bahwa akuifer terus mengisi kembali secara alami. Dengan menjaga ekosistem hutan dan lahan basah, proses pengisian ulang air tanah (recharge) dapat berlangsung optimal, sehingga ketersediaan air bawah tanah tetap terjaga.
Kesimpulannya yaitu pengembangan teknologi air bawah tanah sebagai sistem irigasi adalah solusi yang sangat potensial untuk menanggulangi dampak musim kemarau terhadap sektor pertanian. Dengan pemanfaatan teknologi modern dan pendekatan pengelolaan yang berkelanjutan, air bawah tanah dapat menjadi alternatif yang andal untuk mendukung produktivitas pertanian.
Namun, keberhasilan sosial ini tergantung pada pengolahan yang bijaksana, kolaborasi lintas sektor, dan kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan.
Jika semua elemen ini dapat diterapkan dengan baik teknologi air bawah tanah tidak hanya akan membantu petani bertahan di musim kemarau saja, melainkan juga mendukung para petani kita untuk mempertahankan ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kita sebagai generasi muda berperan penting dalam mewujudkan Indonesia emas.
Penulis: Qonita Izzatul Fadhilah
Mahasiswa Agroteknologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News