Artificial Intelligence vs Kemanusiaan

Artificial Intelligence
Ilustrasi: istockphoto

Center for AI Safety yang berbasis di San Francisco telah membuat petisi untuk mengurangi risiko kepunahan yang disebabkan oleh Artificial Intelligence (AI) harus menjadi agenda global bersama dengan agenda isu-isu sosial lainnya seperti pandemi dan perang nuklir.

Pernyataan ini telah disepakati oleh 400 orang dan uniknya, CEO dari perusahaan Open AI, Sam Altman, serta para eksekutif AI dari Microsoft, dan para ahli teknologi juga menyetujui pernyataan tersebut.

Kemunculan AI viral di kalangan masyarakat global karena kepintarannya yang mampu menandingi kecerdasan manusia. Maraknya kemampuan AI dalam meniru vokal artis-artis kelas dunia dan menguasai berbagai bahasa adalah contoh nyata dari kecanggihan Artificial Intelligence di era sekarang.

Bacaan Lainnya
DONASI

Namun, yang tidak terduga adalah para pejabat, teknisi, dan profesor menolak dan menyarankan para ilmuwan untuk berhenti mengembangkan kecerdasan buatan. Di balik kecanggihannya, inovasi teknologi ini menghantui masyarakat global dengan berbagai ancaman kemanusiaan.

Kecerdasan buatan menyebabkan hilangnya banyak lapangan kerja, PHK, kejahatan berbasis AI, dan masih banyak konsekuensi untuk menghadapi AI.

The Center for AI Safety juga memaparkan sejumlah prediksi bahwa akan terjadi kehancuran kemanusiaan ketika AI disalahgunakan untuk kepentingan golongan, seperti produksi senjata kimia, penyebaran mis-informasi, hingga ketergantungan manusia pada AI.

Keberadaan Artificial Intelligence memiliki tantangan tersendiri, baik bagi perusahaan maupun bagi tiap individu manusia. Mesin AI belajar secara otodidak ketika diberikan suatu program oleh manusia dan ini membuat mesin fasih dengan pekerjaan yang diberikan.

Layaknya pisau bermata dua, AI dapat memberikan manfaat sekaligus ancaman bagi manusia. Perusahaan sangat dimudahkan untuk mengolah dan menganalisis data-data dengan efisien sehingga produktivitas dan keuntungan pun ikut melonjak.

Tak hanya itu, AI juga berkontribusi dalam memberikan customer service yang lebih baik dalam bentuk admin robot sehingga tingkat kepuasan pelanggan kian bertambah. Mesin canggih ini juga dapat membantu perusahaan untuk mengembangkan produk baru dan mendorong proses produksi.

Namun di sisi lain, kecerdasan mesin ini melampaui kinerja manusia di berbagai bidang. Dilansir dari Fortune, website seperti Microsoft, Google, dan Baidu sudah berhasil menguasai pengenalan gambar dan bahasa dari manusia.

Pekerjaan yang dilakukan oleh mesin membuahkan hasil yang akurat dan cepat sehingga hal ini mendorong perusahaan untuk mengandalkan kecerdasan buatan.

Tentunya kita mengharapkan yang terbaik dari teknologi kecerdasan buatan karena esensi dari penciptaan teknologi adalah untuk memudahkan pekerjaan manusia. Performa AI bisa mencapai hasil yang optimal dengan berkolaborasi dengan manusia.

Kolaborasi antara manusia dan mesin dianalogikan dengan centaurus, yaitu manusia setengah kuda. Kasparov adalah pecatur dunia yang mencetuskan ide Centaur Chess sebagai gambaran dari kolaborasi antara manusia dan mesin.

Menggabungkan ide, analisis, kreativitas, dan empati manusia dengan keterampilan komputasi dan analisis komputer menghasilkan hasil yang jauh lebih optimal daripada AI atau manusia saja.

Jika diibaratkan dengan permainan catur, pecatur sudah memiliki bekal strategi dan kemampuannya sendiri dan ketika disokong oleh bantuan komputer, kemampuannya pun bertambah. Kekuatan AI hadir untuk memperkokoh performa manusia dalam pekerjaannya sehingga seharusnya tidak ada persaingan di antara AI dan manusia.

Perkembangan teknologi AI harus didasarkan pada kebutuhan manusia sebab teknologi sendiri diciptakan untuk manusia. Kecanggihan teknologi memiliki peran untuk membantu manusia, bukan untuk menggantikan manusia, sehingga inovasi harus mempertimbangkan asas kemanusiaan.

Maka dari itu, negara harus mengeluarkan peraturan-peraturan yang tepat terkait penggunaan AI sehingga pemanfaatannya optimal. Selain itu, risiko-risiko juga harus dipikirkan dan diprediksi selagi AI berkembang. Hal ini harus diupayakan untuk mengurangi bahaya dan kerugian yang disebabkan oleh AI.

Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan merupakan teknologi masa kini yang dirancang dengan kepintaran yang setara dengan manusia.

Kecanggihan AI terdengar sangat menjanjikan namun juga sangat kontroversial karena dikhawatirkan akan menggantikan posisi manusia di berbagai macam bidang dan mengancam keamanan hidup masyarakat global.

Maka dari itu, AI dan manusia tidak boleh dipandang sebagai rival, melainkan harus dilihat sebagai rekan kerja yang saling membantu. Penggunaannya harus bijak dan bernilai. Kolaborasi harus diprioritaskan di atas persaingan supaya menghasilkan kekuatan super intelligence  yang maksimal.

Jadi, teknologi harus digunakan semaksimal mungkin dan jangan sampai teknologi yang dibuat untuk membantu manusia justru malah menghancurkan manusia.

Penulis: Chaste Marlyne Maylista
Mahasiswa Communication BINUS University Malang

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Daftar Rujukan

https://www.forbes.com/sites/kwamechristian/2023/05/04/the-future-of-communication-in-the-age-of-artificial-intelligence/?sh=4a92ba02469c

https://journals.sagepub.com/doi/epub/10.1177/1461444819858691

https://burrelles.com/how-ai-is-transforming-pr-and-communications/

https://towardsdatascience.com/ai-and-its-impact-on-humanity-924dde308274

https://www.nbcnews.com/tech/tech-news/ai-risks-leading-humanity-extinction-experts-warn-rcna86791

https://www.bbc.com/news/uk-65746524

https://www.huffpost.com/entry/centaur-chess-shows-power_b_6383606

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI