Banyak dari kita yang lelah menjalani PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di tengah pandemi Covid-19. Karena sudah menjadi kebiasaan manusia modern untuk berkegiatan di luar ruangan bahkan bertemu banyak orang, seperti bekerja di kantor, sekolah, atau berbelanja di pasar.
PPKM menjadikan kebiasaan lama menjadi berhenti secara tiba-tiba. Kebijakan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona. Namun, seiring berjalannya waktu dengan keadaan yang semakin membaik, kita sudah bisa menjalani kehidupan seperti biasanya.
Hanya saja dengan tambahan kebiasaan baru dengan memakai masker ke manapun, fasilitas cuci tangan yang disediakan setiap gedung maupun tempat umum, dan kebijakan jaga jarak antar manusia di mana-mana.
Kebiasaan baru pun juga diterapkan pada kegiatan-kegiatan (events) yang mengundang banyak penonton. Seperti kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam 2 tahun terakhir menggunakan online platform, seperti Zoom Meeting dan Youtube.
Penonton yang ingin menyaksikan kegiatan tersebut hanya dapat melihatnya dari layar datar. Efek sampingnya juga tidak sedikit, contohnya penggunaan kuota internet yang besar, baterai gawai jadi lebih cepat habis, tidak dapat merasakan sensasi (euphoria) acara secara langsung, hingga gangguan sinyal karena cuaca buruk mengakibatkan menonton acara jadi tidak nikmat.
Baru-baru ini pemerintah Kota Yogyakarta, yaitu Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta menyelenggarakan acara secara langsung di Jalan Malioboro untuk mengobati rasa rindu pecinta seni dan budaya. Jogja Cross Culture 2022 hadir menyapa pengunjung Teras Malioboro 2 dan wisatawan yang sedang berada di Yogyakarta.
Minggu, 15 Mei 2022 menjadi hari bersejarah untuk event budaya di Yogyakarta karena Jogja Cross Culture menjadi kegiatan yang pertama digelar dan mengundang penonton yang dapat menyaksikan langsung di lokasi acara setelah pandemi, namun tetap dengan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah.
Jogja Cross Culture berhasil mengundang ribuan penonton turun ke Jalan Malioboro. Dihadiri pula oleh Walikota Yogyakarta, Drs. Haryadi Suyuti dan didampingi istrinya. Lalu ada Wakil Walikota Yogyakarta, Drs, Heroe Poerwadi, MA. yang sekaligus menjadi inisiator Jogja Cross Culture. Serta undangan yang hadir dari jajaran pemerintah Kota Yogyakarta.
Dan Dana Istimewa menjadi penyokong kegiatan Jogja Cross Culture 2022 ini. Pengelolaan Dana Istimewa untuk program kegiatan kebudayaan tentunya harus teliti dan cermat sehingga pemanfaatannya dapat bermanfaat bagi semua yang terlibat.
Program Director RM Altiyanto Henryawan dan tim Jogja Cross Culture 2022 mengusung tema “Sulih, Pulih, Mulih” untuk tema besar kegiatan.
Sulih, yang berarti pengganti, diharapkan Jogja Cross Culture dapat menggantikan rasa bosan ketika pandemi dengan pertunjukan meriah yang dihadirkan.
Pulih, saat keadaan sudah membaik, dan masyarakat Yogyakarta sudah pulih dari pandemi, maka saatnya merayakan keberhasilan dengan ikut berbaur di acara Jogja Cross Culture 2022.
Mulih, Yogyakarta selalu menjadi rumah bagi masyarakatnya, menjadi rumah kedua bagi para pelancong, rumah bagi siapapun yang mencintai Kota Berhati Nyaman ini. Dan ketika berada di Yogyakarta, mereka merasakan pulang ke rumahnya sendiri.
Kemeriahan panggung multimedia Jogja Cross Culture berlangsung selama kurang lebih 3 jam. Dengan menampilkan pertunjukan-pertunjukan yang dipersembahkan dari 14 Kemantren yang ada di Kota Yogyakarta, Commission Artists, dan kolaborasi karya dari seniman dan musisi dari Kota Yogyakarta.
Keceriaan yang terpancar dari wajah pengunjung Malioboro pun terlihat dari awal sampai akhir acara. Banyak juga orang-orang yang penasaran ketika sedang berada di kawasan Malioboro karena belum mengetahui info acara sebelumnya, namun mereka juga senang menikmati terjebak dalam keramaian penonton karena mendapat hiburan yang sudah lama tidak disaksikan secara langsung.
Program kegiatan Jogja Cross Culture yang ke-4 ini juga melibatkan seniman-seniman yang sudah diakui keberadaannya di Indonesia maupun dunia. Cak Rina, seorang Maestro Tari Kecak yang berasal dari Ubud, Bali, datang secara khusus ke Yogyakarta hanya untuk berkolaborasi dengan Pedagang Kaki Lima Teras Malioboro 2 dan siswa-siswi PKL dari SMK N 1 Kasihan Bantul (SMKI), menggarap Tari Kecak Massal di Jalan Malioboro.
Baca juga: Kesenian Ludruk di Jawa Timur yang Mulai Pudar
Ada juga penampilan dari Tony Yap, yang merupakan seorang penari, koreografer, sutradara, dan seniman visual di negaranya, Australia. Tony Yap berkolaborasi dengan penari dari Manisrenggo, Jawa Tengah yaitu Agung Gunawan, dan juga Sagitama penari dari Yogyakarta. Dan masih banyak penampilan dari seniman lainnya.
Dari program kegiatan Jogja Cross Culture 2022 ini, tentu dapat menjadi kegiatan percontohan untuk kegiatan kebudayaan selanjutnya yang akan diselenggarakan di Kota Yogyakarta maupun di daerah lain.
Dengan mendukung kegiatan pemerintah, masyarakat juga dapat ikut terlibat langsung dalam kegiatan Jogja Cross Culture 2022. Dan juga wisatawan yang datang ke Kota Yogyakarta dapat menyaksikan acara yang didukung oleh pemerintah daerah.
Penulis: Awis Citra
Mahasiswa Jurusan Magister Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta