Dakwah Pesantren Ummul Quro Cimahi dalam Hegemoni Pasar Modern

Gambar 1.0 Foto gapura masuk Pondok Pesantren Ummul Quro Cimahi (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Persoalan hegemoni di lingkup global tampaknya menjadi salah satu teori sosial yang paling signifikan dalam mengetahui proses perang antar peradaban. Dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan maka banyak pula masyarakat pada zaman sekarang yang mulai terjerumus dengan arus globalisasi.

Globalisasi pada zaman sekarang ini menuntut koalisi di segala bidang yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Beberapa bidang di antaranya adalah Pondok Pesantren dan juga pasar modern. Pondok Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan, pencetak generasi-generasi religius, serta lembaga layanan dakwah sosial kemasyarakatan tertua yang ada di Indonesia.

Era globalisasi ini juga mendorong banyak terbentuknya pasar modern yang membuat modal begitu mudah masuk ke dalam dan keluar suatu negara dengan berbekal kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Aspek Kepemimpinan Pesantren

Pondok Pesantren akan mengalami yang namanya ketertinggalan jika lembaga tersebut menghindar dari eksistensi pasar modern tersebut. Maka di sinilah pasar modern dengan hegemoni yang dimilikinya mulai bersinggungan dengan eksistensi Pondok Pesantren.

Pondok Pesantren Ummul Quro yang terletak di jalan Sisingamangaraja, Setiamanah, Kota Cimahi merupakan salah satu Pondok Pesantren berkonsep salafiah yang lokasinya berada ditengah lingkup pasar modern, salah satu pasar modern tersebut yaitu Cimall.

Pesantren ini didirikan pada tahun 1968 oleh Ibu Hj. Siti Sa`diyah yang merupakan seorang tokoh ulama perempuan di zamannya. Di awal pendiriannya, pesantren ini hanyalah berupa sebuah perkumpulan pengajian ibu-ibu yang kemudian berkembang menjadi sebuah pondok pesantren.

Sampai pada akhirnya Ibu Hj. Siti Sa`diah pun wafat pada tanggal 27 bulan Dzulqa`dah tahun 2001 M, kepemimpinan Pondok Pesantren Ummul Quro ini pun dilanjutkan turun temurun oleh jajaran keluarga.

Menurut H. Iyan Barliyan yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren Ummul Quro sekarang, dikarenakan posisi dari Pondok Pesantren Ummul Quro ini berada di tengah-tengah perkotaan yang notabenenya terdapat pasar modern seperti mall, hal itu bisa membuat orang-orang menjadi bersikap hedonis.

Baca Juga: Mendidik Anak adalah Investasi Akhirat

Oleh karena itu untuk melawan hegemoni pasar modern tersebut, pondok pesantren harus mampu mengembangkan potensi yang sudah ada dengan potensi yang baru agar terciptanya sebuah kemaslahatan.

Di zaman modern dengan teknologi yang canggih pondok pesantren harus memiliki posisi yang seimbang dengan perkembangan zaman, pesantren harus bisa menjaga serta melestarikan hal-hal kebiasaan para ulama, guru, kyai terdahulu dari mulai keberkahan, kemaslahatan, dan segala hal yang berhubungan dengan agama.

Dikarenakan Pondok Pesantren Ummul Quro ini merupakan pesantren yang memiliki konsep salafiah, maka Pesantren Ummul Quro ini lebih mengedepankan pembelajaran kitab kuning dari 15 fan ilmu agama.

Tetapi Pesantren Ummul Quro ini lebih memfokuskan kepada pembelajaran ilmu nahwu shorof, karena menurut pimpinan Pondok Pesantren Ummul Quro sendiri jika tidak memiliki dasar nahwu shorof yang baik bagaimana bisa seseorang tersebut menafsirkan apa yang telah dipelajari baik dari kitab kuning maupun Al-Qur`an tersebut.

Penulis: Dellia Gustiani
Mahasiswa Prodi Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Editor: Ika Ayuni Lestari

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI