Dampak “New Normal” Terhadap Roda Perekonomian Indonesia

new normal

Pandemi virus corona (Covid-19) belum usai, memutar roda ingatan pada Desember 2019 lalu. Sejak itu virus corona (Covid-19) pertama kali ditemukan di Wuhan China, dengan cepatnya virus tersebut menyebar ke banyak negara termasuk di Indonesia. Semua disibukkan dengan virus yang dapat menyebabkan kematian tersebut. Awal virus corona masuk ke Indonesia diperkirakan pada Januari, 2020. Kasus pertama kali ini ditemukan pada warga Depok, sebelumnya korban sempat berinteraksi dengan warga negara Jepang yang pada saat itu sedang terinfeksi virus corona. Pada awal Maret, pemerintah Indonesia mengumumkan untuk pertama kalinya dua kasus pasien positif virus corona (Covid-19) di Indonesia.

Sampai saat ini Senin 1 Juni 2020, dari data menunjukkan, jumlah pasien yang dinyatakan positif virus corona (Covid-19) bertambah dengan total keseluruhan pasien poitif virus corona di Indonesia mencapai sebanyak 26.940 orang. Akan tetapi, total pasien yang sembuh sebanyak 7.637 orang dan kasus meninggal sebanyak 1.641 orang.

Virus Corona Meningkat

Virus Corona yang semakin hari semakin meningkat di Indonesia ini menjadi tantangan dan harus beradu cepat dengan waktu. Peningkatan kasus dari hari ke hari menunjukkan penyebaran virus tidak boleh dianggap sepele. Sistem yang ditetapkan oleh pemerintah guna menangkal dan menahan laju penyebaran virus corona yaitu mulai dari, pembatasan sosial dan isolasi mandiri belum efektif.

Bacaan Lainnya
DONASI

Namun Pemerintah Indonesia tidak tinggal diam, beragam cara dilakukan oleh Presiden Joko Widodo beserta jajarannya dengan mengambil pelajaran dari berbagai negara yang berhasil menahan penyebaran virus yang mematikan ini. Salah satu cara yang diambil yaitu dengan mengikuti langkah Korea Selatan, dengan melakukan rapid test. Rapid Tes yaitu metode pemeriksaan secara cepat untuk melihat suatu infeksi yang ada di dalam tubuh.

Namun, akibat merebaknya wabah virus corona serta diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sebagian wilayah, sangat memengaruhi perekonomian khususnya pada sektor perdagangan dan perindustrian. Semenjak adanya pandemik Covid-19 terjadinya penurunan drastis. Penurunan dari sektor ekonomi, baik itu dari perdagangan maupun perindustrian, pandemik Covid-19 serta berlakunya PSBB, maka yang berjualan dan yang membelipun menjadi kurang. Ini akibatnya ekonomi masyarakat menjadi sangat menurun. Indonesia belum melakukan Lockdown hanya tingkat PSBB, ini saja sudah sangat terasa bagi masyarakat saat ini.

Bagaimana Dampak “New Normal terhadap Roda Perekonomian Indonesia

New normal merupakan perubahan perilaku untuk menjalankan aktivitas normal, jadi yang berubah adalah perilaku kita. Tujuannya agar perekonomian masyarakat bisa tetap berjalan dan persebaran virus dapat ditekan. Karena yang kita tahu bahwa pada saat ini, vaksin belum juga ditemukan, lalu satu-satunya cara adalah dengan menekan penyebaran virus dengan New normal.

Sampai sekarang kita tidak tahu kapan pandemik virus corona ini akan berakhir, yang pastinya virus ini akan mengakibatkan aktivitas ekonomi, perdagangan, maupun perindustrian baik itu ditingkat lokal, regional dan internasional akan melemah serta mengalami ketidak pastian, bisa saja sampai ada ancaman berhenti secara total. Walaupun kita melihat negeri kita Indonesia ini memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah akan tetapi, kekayaan alam kita tidak mampu menciptakan kemandrian terhadap ekonomi di Indonesia, ini disebabkan karena masih adanya ketergantungan pada negara lain.

Selain itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, “Indonesia cukup terhantam dengan adanya penyebaran virus corona (Covid-19) ini, bukan hanya berdampak pada kesehatan manusia, akan tetapi juga telah mengganggu kesehatan ekonomi global”.

Dalam laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PSBB), yang dirilis pada (13 Mei 2020) lalu. Perekonomian dunia diperkirakan merosot hingga 3,2%. Sementara itu perdagangan dunia akan diprediksi terus terkontraksi 14,6%. Oleh sebab itu, akhirnya sejumlah negara mencabut pembatasan sosial demi menyelamatkan pekerjaan masyarakat dan mengembalikan lagi aktivitas ekonomi secara perlahan.

Pemerintah Indonesia sendiri sedang mengkampanyekan New Normal, masyarakat diminta untuk mulai hidup dan beraktivitas secara normal tentu saja selama pencegahan Covid-19 vaksin belum ditemukan. Dalam beberapa kesempatan kita melihat Presiden Joko Widodo mengatakan kita harus kembali produktif, Ia menyatakan kita harus melihat kondisi masyarakat saat ini.

Nantinya untuk pertama kali New normal akan dilaksanakan di 4 wilayah yaitu, DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, Gorontalo, dan 25 kabupaten/kota. Saat ini pemerintah sudah mengizinkan karyawan yang berusia di bawah 45 tahun di sebelah sektor yang dikecualikan dalam PSBB untuk kembali bekerja. Bahkan Menteri BUMN sudah mulai mempersiapkan diri untuk tambahan pemulihan ekonomi yang dalam beberapa fase. Meski roda ekonomi ini akan kembali diputar secara perlahan. Namun, perlu kita ingat kondisi ini belum tentu bisa menyelamatkan perekonomian dari kontraksi diportal 2 tahun 2020.

Jika New Normal terburu-buru, dapat membuat ketimpangan semakin banyak. Dampak new normal di Indonesia yang terlalu terburu-buru akan membuat ketimpangan semakin melebar. Protokol kesehatan mudah diterapkan di sektor usaha yang sedang dan besar. Namun sementara itu, pelaku UMKM harus menghadapi kenaikan biaya untuk pembelian APD, masker, Hand Sanitizer dsb. Tanpa bantuan pemerintah, new normal akan jadi beban UMKM. Selain itu konsumen yang berbelanja secara fisik pun berkurang, berubah menggunakan cara digital. Jika cara digital ini digunakan, maka bisa jadi banyak yang akan dirugikan seperti para pekerja akan di PHK, serta akan  menambah pengangguran.

Namun dalam hal ini WHO juga mengingatkan kepada kita, walaupun saat ini posisinya jumlah pasien Covid-19 di dunia sudah adanya penurunan, mereka mengingatkaan kita jangan senang dahulu karena bisa saja dalam waktu dekat potensi terjadinya persebaran virus corona ini meningkat. Bisa kita lihat kilas balik saat wabah Flu Spanyol pada tahun 1919, wabah yang telah menginfeksi lebih dari 500 juta penduduk pada waktu itu, ini disebabkan karena masyarakat spanyol pada saat itu terlalu senang dan tidak memperhatikan lagi peraturan kesehatan. Sehingga pada gelombang ke 2 dahsyatnya peningkatan pasien terjangkit Covid-19.

Kita bisa belajar dari Flu Spanyol ini, potensi gelombang kedua masih bisa terjadi jika masyarakat Indonesia tidak mematuhi protokol kesehatan di saat New Normal berlaku. Alih-alih New Normal bukan untuk menghindari terjadinya gelombang kedua persebaran corona. Maka dari itu, pemerintah harus berhati-hati dalam menerapkan New Normal, jika Pemerintah Indonesia salah langkah dan juga perhitungan kebijakaan new normal ini bisa saja jadi boomerang. Akan tetapi, disatu sisi keduanya harus tetap berjalan. Kita tidak bisa sehat, tapi kelaparan, dan kita juga tidak mau bisa makan tapi jatuh sakit karena virus corona (Covid-19) yang dapat menyebabkan kematian ini.

Dara Atika
Mahasiswa Universitas Syiah Kuala

Editor: Ningga Yudha Prajna
Instagram: @ninggayudha

Baca juga:
Menganalisis Dampak New Normal terhadap Ekonomi dan Politik

New Normal dan Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat

Dampak Pemberlakuan New Normal terhadap Ekonomi dan Politik di Indonesia

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI