Dampak Pelecehan Seksual oleh Orang Terdekat: Dampak Psikologis pada Anak Perempuan

Pelecehan Seksual
Sumber: pexels.com

Di era sekarang ini, pelecehan seksual menjadi isu yang sering kita jumpai pada laman berita, media sosial, koran, dan media lainnya. Pelecehan seksual bisa muncul dalam berbagai bentuk, baik fisik maupun non fisik.

Karena maraknya kasus pelecehan seksual di era sekarang, diharapkan untuk kita semua, terutama pada kaum perempuan, untuk terus berhati-hati dan cepat tangkap terhadap kondisi sekitar agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Dalam banyak kasus, pengakuan oleh korban ketika mengalami kasus pelecehan seksual mereka cenderung menutup diri dan takut untuk mengungkapkan atau menceritakan apa yang mereka alami kepada orang terdekat mereka.

Hal ini dikarenakan beredarnya stigma bahwa mereka tidak bisa menjaga kehormatannya yang membuat mereka akhirnya malu dan memilih mengurung diri.

Bacaan Lainnya

Kekerasan seksual di masyarakat dianggap ke dalam ranah pribadi atau privasi terlebih lagi kekerasan seksual yang dilakukan dalam keluarga.

Stigma buruk ini harus dihilangkan dengan memberikan edukasi kepada masyarakat agar pandangan masyarakat terhadap korban pelecehan seksual bisa berubah dan tidak lagi menyudutkan mereka.

Baca Juga: Pelecehan Seksual Berkedok Edukasi Pendidikan

Edukasi tidak hanya dilakukan oleh pihak-pihak terkait seperti komnas perempuan saja, tetapi seluruh elemen masyarakat harus turut serta melakukan revolusi kearah positif.

Masih banyak masyarakat yang berasumsi bahwa pelecehan seksual terjadi karena kesalahan cara berpakaian korban padahal pelecehan terjadi karena nafsu bejat pelaku.

Pelecehan seksual bukan fenomena baru dalam masyarakat, pelecehan seksual merujuk pada tindakan verbal dan nonverbal oleh suatu individu atau kelompok, umumnya dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan.

Pelecehan seksual memiliki cakupan yang sangat luas. Mulai dari komunikasi verbal, seperti siulan, komentar dan lelucon yang tidak pantas, hingga perilaku fisik, seperti sentuhan, meraba, mengelus, mencium, dan memeluk secara paksa.

Perempuan dan anak-anak sering kali mendapatkan pelecehan seksual, hal ini disebabkan karena ketidakberdayaan mereka. Pelecehan seksual juga sering terjadi oleh orang terdekat yang merupakan seseorang yang dipercaya oleh korban, seperti keluarga atau teman dekat.

Pelecehan seksual oleh orang terdekat dapat terjadi karena pelaku memiliki kekuasaan atau kendali terhadap korban.

Baca Juga: Korelasi Antara Pelecehan Seksual dan Stereotip pada Masyarakat: Benarkah Hal ini Berpengaruh?

Ada beberapa faktor penyebab pelecehan seksual oleh orang terdekat, yaitu penyalahgunaan kekuasaan dan kontrol.

Pelaku sering kali merasa memiliki kendali atas korban, baik secara emosional, finansial, atau fisik. Pelaku merasa berhak untuk mengatur atau memanipulasi korban sesuai kehendak mereka.

Faktor kedua, yaitu gangguan psikologis. Gangguan psikologis atau perilaku tertentu, seperti gangguan kepribadian anti-sosial, narsisme, atau masalah kontrol impuls. Gangguan gangguan ini dapat membuat pelaku merasa tidak ada batasan moral.

Ketiga, yaitu manipulasi dan gaslighting. Pelaku sering menggunakan teknik manipulasi psikologis, seperti gaslighting, yaitu membuat korban meragukan persepsi mereka sendiri tentang apa yang terjadi.

Dalam konteks keluarga, pelaku membuat korban merasa bahwa apa yang terjadi adalah “normal” atau bahwa korban yang salah paham.

Dari faktor pelecehan oleh orang terdekat, ini menimbulkan dampak bagi korban. Trauma akibat kekerasan seksual pada anak akan sulit dihilangkan jika tidak secepatnya ditangani oleh ahlinya.

Baca Juga: Pelecehan Seksual Semakin Marak Terjadi, Guru hingga Pemuka Agama Dapat Menjadi Pelaku: Mengapa Demikian?

Anak yang mendapat kekerasan seksual, dampak jangka pendeknya akan mengalami mimpi-mimpi buruk, ketakutan yang berlebihan pada orang lain, dan konsentrasi menurun yang akhirnya akan berdampak pada kesehatan.

Jangka panjangnya, ketika dewasa nanti dia akan mengalami pobia pada hubungan seks atau bahkan yang parahnya lagi dia akan terbiasa dengan kekerasan sebelum melakukan hubungan seksual. Bisa juga setelah menjadi dewasa, anak tersebut akan mengikuti apa yang dilakukan kepadanya semasa kecilnya.

Pelecehan oleh orang terdekat terhadap anak perempuan memiliki dampak sangat serius dan jangka panjang, baik fisik, seperti luka fisik, penyakit menular seksual, dan kehamilan.

Kemudian dampak emosional, seperti rasa takut dan cemas, rasa bersalah dan malu, depresi, dan gangguan kecemasan. Dampak psikologis, seperti trauma, gangguan kepercayaan, dan gangguan lainnya.

Terakhir, yaitu dampak jangka panjang. Masalah kesehatan mental anak perempuan yang mengalami pelecehan beresiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, gangguan stress pasca-trauma, dan masalah hubungan.

Pelecehan dapat memengaruhi kemampuan anak perempuan untuk membangun hubungan yang sehat dengan pasangan, teman, keluarga. Siklus kekerasan anak perempuan yang mengalami pelecehan mungkin lebih rentan untuk menjadi pelaku kekerasan di kemudian hari.

Baca Juga: Menyelamatkan Generasi: Dampak Media Sosial terhadap Kekerasan Seksual dan Pelecehan Anak

Dampak ini dapat memengaruhi perkembangan anak perempuan secara keseluruhan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berbagai dampak akan ditimbulkan dari para korban kekerasan seksual.

Masa kanak-kanak adalah masa di mana anak sedang dalam proses tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, anak wajib dilindungi dari segala kemungkinan kekerasan terhadap anak, terutama kekerasan seksual. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan.

Upaya perlindungan terhadap anak harus diberikan secara utuh, menyeluruh dan komprehensif, tidak memihak kepada suatu golongan atau kelompok anak.

Upaya yang diberikan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi anak dengan mengingat haknya untuk hidup dan berkembang, serta tetap menghargai pendapatnya. Upaya perlindungan terhadap anak berarti terwujudnya keadilan dalam suatu masyarakat.

Pemulihan korban pelecehan seksual meliputi dukungan medis, korban pelecehan seksual perlu mendapatkan pemeriksaan medis segera untuk memastikan tidak ada cedera fisik dan mendapat pengobatan yang diperlukan.

Dukungan psikologis, terapi psikologis sangat penting untuk membantu korban mengatasi trauma. Terapi dapat membantu korban dalam memproses emosi, dukungan sosial, dukungan dari keluarga dan teman sangat penting untuk membantu korban merasa aman.

Baca Juga: Peran Psikolog Forensik dalam Kasus Pelecehan Seksual

Pencegahan pelecehan seksual bisa dilakukan dengan edukasi dan sosialisasi, yaitu dengan meningkatkan pemahaman anak tentang apa itu kekerasan seksual dan bagaimana mereka bisa melindungi diri.

Menurut Meita, anak sedini mungkin harus diajarkan mengenai lima daerah tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain. Di antaranya, yaitu daerah leher, mulut, dada, alat kelamin, dan anus.

Selanjutnya yang dapat dilakukan, yaitu pengawasan dan perlindungan, mengawasi anak-anak di tempat-tempat umum, dan memastikan mereka selalu berada di lingkungan yang aman.

Ketahuilah bahwa kekerasan seksual pada anak bisa terjadi di mana saja, termasuk di tempat bermain. Penting bagi orang tua untuk terus mengawasi anak di manapun berada.

Penulis: Ariqah Safril Yani Awaluddin Iha
Mahasiswa Jurusan Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses