Etika dalam Berbicara Gen Alpha di Media Maya

Gen Alpha
Sumber: freepik.com

Berbicara dengan sopan dan santun merupakan salah satu adab penting dalam agama Islam.

Menggunakan kalimat tayyibah dapat menghindarkan diri dari menyakiti orang lain, dengan cara inilah bagian dari upaya membangun ukhuwwah insaniyyah.

Rasulullah saw. memberikan contoh yang baik dalam berbicara, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang lembut dan tidak menyinggung perasaan orang lain.

Di dalam agama Islam, setiap individu memiliki hak untuk dihormati dan tidak diperlakukan dengan kasar, dengan berbicara sopan menandakan bahwa kita menghargai lawan bicara kita.

Bacaan Lainnya

Ucapan yang kasar atau menyakitkan juga dapat melukai hati orang lain dan menyebabkan rusaknya suatu hubungan.

Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”

Baca Juga: Etika Komunikasi Generasi Z di Zaman Sekarang Beserta Contoh Kasus

Dalam menghadapi konflik, menahan diri dari ucapan kasar adalah langkah baik yang dapat mencegah terjadinya pertengkaran atau kerusakan hubungan.

Pada masa sekarang ini kita hidup berdampingan dengan generasi baru, yakni Generasi Alpha.

Sebenarnya ini bukan perihal yang baru, melainkan hanya sebutan saja untuk para anak-anak kelahiran tahun 2010-2024 yang sebagian sudah bertumbuh menjadi remaja.

Pada generasi ini kita sudah mengalami banyak perubahan dari segi teknologi, pakaian atau busana bahkan gaya berbicara yang lebih gaul.

Anak generasi ini yang gaya berbicaranya kurang sopan bahkan diantaranya juga banyak yang menggunakan kata-kata kotor atau kasar untuk bahan bercandaan atau familiar dengan jokes-jokes komedi.

Sangat disayangkan sekali karena dampak negatif tersebut, banyak anak di bawah umur yang menirunya, bahkan tidak sedikit anak yang berani melontarkan kata tersebut di hadapan orang tua mereka.

Baca Juga: Peran Media Sosial dalam Pembentukan Bahasa Gaul di Kalangan Generasi Alpha

Beberapa contoh kata kasar yang sering digunakan remaja sekarang di antaranya seperti “Anjir, Bjirr, Anjay”.

Kata-kata tersebut berasal dari kata “anjing”, supaya tidak kasar ketika didengar maka diplesetkan atau biasa disebut dengan “Bahasa Slang”.

Hal tersebut hanya sebagian kecil saja karena masih banyak kata plesetan lainya yang mereka buat dan mereka ucapkan di setiap harinya.

Mirisnya, mereka menganggap hal tersebut sebagai hal sepele, bahkan mereka terlihat santai dan tidak segan ketika menggunakan kata tersebut di depan orang yang lebih tua dari mereka.

Realitas tentang di desa-desa sudah banyak gen Alpha yang juga telah menggunakan kata “Anjir, Bjirr, Anjay” sebagai bahasa sapaan antarteman.

Namun, sangat disayangkan literatur kata-kata tersebut tidak diketahui oleh orang tua, sehingga orang tua cenderung abai.

Ini akan menjadi sebuah keteraturan bahasa baru yang dapat merusak moral anak Alpha.

Baca Juga: Generasi Z dan Alpha: Tantangan Pendidik di Era Digital

Padahal Allah sudah menegaskan dalam firman-Nya pada QS. Al-Hujurat ayat 11 yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.”

Imam Ibrahim An-Nakha’i rahimahullah ta’ala juga mengatakan:

“Jika seseorang mencela orang lain dengan perkataan ‘wahai keledai’, ‘wahai anjing, ‘wahai babi’ maka kelak Allah akan bertanya kepadanya di hari kiamat: “apakah engkau melihat aku menciptakan (dia) sebagai anjing atau keledai atau babi?” (Diriwayatkan oleh ibnu Abi Syaiban dalam Al-Mushannaf 5/283)

Menurut Syarah Riyadhus Shalihin jilid 4 oleh Abu Usamah Salim terjemahan M Abdul Ghoffar, hadis di atas menunjukkan bahwa berkata kotor termasuk perbuatan tercela.

Dalam ceramah Ustadz Adi Hidayat dijelaskan, “Ketika kata-kata kotor keluar dari lisan maka pada saat yang bersamaan pula anda sedang merendahkan kehormatan diri anda di hadapan orang lain. Makanya tidak ada orang yang mencela kecuali akan dicela, tidak ada orang yang menghina kecuali akan terhina. Sebab itulah di dalam agama Islam kita dilarang berkata kotor, mencaci maki, memprovokasi dan saling terpecah belah karena semua perbuatan itu akan menghilangkan kehormatan pada diri kita sebagai bawaan fitrah dalam berkehidupan.”

Baca Juga: Urgensi Memahami Etika Komunikasi dalam Islam pada Era New Media demi Terwujudnya Kedamaian dalam Bermasyarakat

Dalam hadits lain disebutkan, “Tidaklah manusia tersungkur di neraka diatas wajah atau hidung mereka melainkan dengan disebabkan oleh lisan mereka.” (HR Tirmidzi & Ibnu Majah)

Dari Abu Ad-Darda’ radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh Allah benci dengan orang yang lisannya kotor dan kasar.”

Dari hadis dan ayat diatas sudah jelas bahwa mengucapkan kata-kata kotor dan kasar adalah perbuatan tercela dan sangat dibenci oleh Allah SWT, maka dari itu remaja dan anak-anak zaman sekarang perlu diajarkan kembali tentang menjaga lisan.

Orang yang sudah terbiasa mengucapkan kata-kata kotor maka hatinya akan ikut kotor, sehingga kosa kata yang dikeluarkan pun akan ikut kotor.

“Barang siapa hidup dengan kebiasaan tertentu, niscaya ia akan wafat diatas kebiasaan tersebut. Dan barangsiapa yang wafat di atas kebiasaan tertentu, niscaya ia akan dibangkitkan seperti itu pula.”

Kita akan dimatikan sesuai kebiasaan hidup kita maka pilihlah kebiasaan yang baik.

 

Ziatul Fakhiroh

Penulis: Ziatul Fakhiroh
Mahasiswi Prodi Ilmu Hadist, UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses