Bahasa mencerminkan budaya dan identitas masyarakat. Di Indonesia, serapan bahasa asing melalui media, teknologi, dan globalisasi telah menjadi topik penting. Serapan bahasa asing bukan hal baru.
Bahasa Indonesia telah menyerap kata-kata dari Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, dan Inggris. Misalnya, “raja” dari Sanskerta dan “meja” dari Portugis.
Saat ini, dominasi bahasa Inggris terlihat pada kata-kata seperti “online” dan “startup”, yang bahkan memengaruhi struktur kalimat.
Fenomena ini semakin intensif dengan kemajuan teknologi, di mana bahasa Inggris sering menjadi bahasa utama dalam komunikasi internasional dan dokumen teknis.
Baca juga:Â Pengaruh Bahasa Asing terhadap Minat Generasi Muda
Sebagian orang menganggap serapan bahasa asing dapat mengikis identitas budaya dan bahasa lokal. Kata-kata asing seperti “meeting” menggantikan “rapat”, meskipun ada padanan lokal. Generasi muda yang lebih akrab dengan bahasa asing berpotensi melupakan bahasa daerah.
Kekhawatiran ini diperparah oleh dominasi media sosial yang sering menggunakan istilah-istilah asing tanpa penyesuaian. Namun, serapan bahasa asing juga memperkaya bahasa Indonesia dengan fleksibilitas dan relevansi di era globalisasi.
Kata seperti “internet” dan “software” sulit diterjemahkan tanpa kehilangan maknanya. Adaptasi ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia mampu berkembang tanpa kehilangan esensinya.
Baca juga:Â Bahasa Slang: Pro dan Kontra Pendidikan Bahasa Indonesia
Penting menjaga keseimbangan antara mempertahankan keaslian dan menerima inovasi. Edukasi tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik harus digalakkan. Proses adaptasi, seperti yang dilakukan KBBI, memungkinkan kata asing diintegrasikan dengan ejaan lokal, seperti “televisi” dari “television.
Selain itu, penggunaan istilah asing sebaiknya dilakukan dengan seleksi, memastikan bahwa hanya kata-kata yang benar-benar diperlukan yang diadopsi.
Serapan bahasa asing bukan ancaman, melainkan tantangan yang harus dikelola dengan bijaksana. Bahasa Indonesia dapat berkembang modern dan relevan tanpa kehilangan identitas, menjadikannya lebih kaya dan inklusif.
Kolaborasi antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan masyarakat menjadi sangat penting. Lembaga pendidikan dapat memperkuat kurikulum bahasa Indonesia yang menyisipkan pemahaman tentang pentingnya menjaga keaslian bahasa tanpa mengabaikan perkembangan global.
Pemerintah juga perlu lebih aktif dalam mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik melalui kebijakan maupun kampanye kreatif. Dengan langkah ini, masyarakat diharapkan lebih bangga dan percaya diri menggunakan bahasa Indonesia, bahkan ketika dihadapkan pada derasnya arus globalisasi.
Penulis: Faqih Setiawan
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Editor: Rahmat Al Kafi